AWAS BAHAYA SEPILIS(SEKULERISME,LIBERALISME,PLURALISME)
1. Sekularisme
Sekularisme
secara sederhana dapat didefinisikan sebagai doktrin yang menolakcampur
tangan nilai-nilai keagamaan dalam urusan manusia, singkatnya
urusanmanusia harus bebas dari agama atau dengan kata lain agama tidak
boleh mengintervensi urusan manusia. Segala tata-cara kehidupan antar
manusia adalahmenjadi hak manusia untuk mengaturnya, Tuhan tidak boleh
mengintervensinya.
Sikap orang-orang Sekularis ini terlihat
angkuh, sombong bahkan sangatmenggelikan, bagaimana tidak, mereka
seakan-akan lebih mengetahui mana yangbaik dan mana yang buruk bagi
urusan manusia melebihi Allah SWT yang telahmenciptakannya. Memang patut
diakui, orang-orang Sekularis adalah orang-oranggenius dan brillian
bahkan dengan gelar pendidikan profesor-doktor yangmenyilaukan mata,
tetapi sangat tidak pantas bila mereka lantas merasa lebihtahu urusan
manusia dari pada Allah SWT yang menciptakannya.
Negara Sekuler
berarti negara yang mengatur kehidupan warganya tanpamengikutkan campur
tangan nilai-nilai agama, dengan kata lain negara dengan nolagama.
Mendiang Cak Nur pernah mengatakan Islam Yes partai Islam no yangartinya
silahkan saja beragama Islam, tetapi tidak usah membuat partai
yangmemperjuangkan Islam. Lebih jauh makna tentang ungkapan itu adalah
tidak usahmembawa-bawa nilai-nilai agama ke dalam parlemen, silahkan
saja amalkan agamasecara pribadi, biar negara yang mengatur urusan
warganya.
Allah SWT telah memperingatkan terhadap tipu daya orang-orang Sekularis yangartinya :
“Dan
bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan dimuka
bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yangmengadakan
perbaikan".
“Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan,tetapi mereka tidak sadar” QS. 2:11-12
2. Liberalisme
Sebenarnya
ada banyak macam Liberalisme, ada ekonomi Liberal, politik
Liberal,demokrasi Liberal, Kristen Liberal, Islam Liberal dan lain
sebagainya, yangakan kita coba tarik defenisinya adalah Islam Liberal.
Islam
artinya tunduk patuh atau pasrah dan Liberal artinya bebas, jadi
Islamliberal adalah tunduk patuh tapi bebas. Sesungguhnya istilah Islam
liberaladalah istilah yang kontradiktif, masa Islam liberal, masa tunduk
patuh bisabebas. Jadi kalau ada orang mengatakan “saya adalah penganut
Islam Liberal”adalah pengakuan yang keliru lagi keblinger walaupun dia
seorangprofesor-doktor, mungkin saja pengakuannya supaya terkesan keren,
atau mungkinuntuk menipu umat Islam dengan istilah-istilah yang keren,
Allah SWT berfirmanyang artinya :
“ sebagian mereka membisikkan kepada sebagian lain perkataan-perkataan yangindah-indah untuk menipu (manusia).” QS. 6:112
Mereka
hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka
hanyamenipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. QS. 2:9
Namun
yang dimaksud Islam Liberal dalam praktek adalah kebebasan
dalammenafsirkan ajaran-ajaran Islam agar Islam compatible dengan
modernitas,compatible dengan perkembangan zaman. Untuk mencapai tujuan
tersebut harusdilakukan penafsiran ulang atas al-Qur”an, tidak boleh
mengikuti metode tafsirulama-ulama terdahulu, menafsirkan al-Qur”an
harus dengan cara kontemporer ataumodern, bahkan harus membuang
jauh-jauh sunnah Rasulullah saw dan menghujat ulama-ulamabesar seperti
Imam Syafi”i.
Banyak sekali yang akan dirombak ulang oleh Islam
Liberal antara lainmenghalalkan khamer, membolehkan zina asal tidak
melanggar hak orang lain,tidak mengkafirkan umat di luar Islam agar bisa
kawin secara lintas agama atauagar agama lain dapat dihukumi sama-sama
akan masuk sorga dan masih banyak lagihukum-hukum yang akan dirombak
semuanya agar Islam dapat mengikuti dan sesuaidengan perkembangan zaman.
Menelusuri Akar Pemikiran Liberalisme
Liberalisme
telah masuk ke dalam semua kelompok masyarakat manusia. Tidakterkecuali
kaum muslimin. Indonesia sebagai Negara dengan mayoritas
pendudukberagama Islam pun demikian. Pengaruh liberalisme telah merasuk
ke dalam semualini kehidupan banyak masyarakat kaum muslimin di negeri
ini.
Selain faktor internal kaum muslimin yang lemah dari sisi
komitmen merekaterhadap agamanya, terutama persoalan yang berkaitan
dengan akidah, tersebarnyaaliran pemikiran liberalisme tidak lepas dari
peran Barat yang sangat giatmenyebarkannya melalui kekuatan politik,
ekonomi dan teknologi informasi yangmereka miliki. Dan disinyalir, kaum
muslimin adalah sasaran utama dari invansipemikiran ini. Karena,
sebagaimana yang dikatakan oleh Samuel P. Huntingtondalam bukunya yang
berjudul “Clash Of Civilization” (Benturan Peradaban),setelah jatuhnya
aliran Komunisme, maka tantangan Barat selanjutnya adalahIslam.
Menurutnya, “bahaya Islam” lebih berat dari peradaban-peradaban yanglain
seperti Cina, Jepang dan negeri-negeri Asia Utara yang lain.
Selain
itu, keyakinan Barat terhadap konsep liberal di antaranya
jugadiinspirasi oleh tesis Francis Fukuyama dalam “The End Of History”
(AkhirSejarah) yang menyebutkan bahwa demokrasi liberal adalah titik
akhir darievolusi sosial budaya dan bentuk pemerintahan manusia.[1]
Sebagai
umat Islam, tentu kita tidak ingin peradaban Islam yang di bangundiatas
akidah dan nilai-nilai agama Allah ini dirusak oleh orang-orang
kafirdengan pemikiran-pemikiran luar itu. Islam adalah agama yang
sempurna denganajaran yang bersumber dari wahyu Allah, Pencipta yang
Mahamengetahui segalakebutuhan makhluk-makhluk-Nya. Karenanya Islam
tidak membutuhkan isme-isme danideologi dari luar. Allah berfirman:
“Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkankepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu.” (QS. AlMaidah [5]: 3)
Sejarah Liberalisme
Sejarah
kemunculan liberalisme terbentang dari sejak abad ke-15, saat
Eropamemulai era kebangkitan (Renaissance) mereka sampai sekitar abad
ke-18 masehi,setelah sebelumnya dari sejak abad ke-5, orang-orang Eropa
hidup dalam erakegelapan (Dark Ages).[2]
Dr. Abdurrahim Shamâyil
mengatakan, “Liberalisme secara teori politik, ekonomidan sosial tidak
terbentuk dalam satu waktu dan oleh satu tokoh pemikir, akantetapi ia
dibentuk oleh sejumlah pemikir. Liberalisme bukan pemikiran John Luke(w
1704), bukan pemikiran Rousseau (1778), atau pemikiran John Stuart Mill
(w1873), akan tetapi setiap dari mereka memberikan konstribusi yang
sangat berartiuntuk ideologi liberalisme.”[3]
Sejarah liberalisme
dimulai sebagai reaksi atas hegemoni kaum feodal pada abadpertengahan
di Eropa. Sebagaimana diketahui, Kristen adalah agama yang
telahmengalami perubahan dan penyimpangan ajaran. Pada tahun 325 M,
Imperium Romawimulai memeluk agama Kristen yang telah mengalami
perubahan tersebut, yaitusetelah agama Kristen merubah keyakinan tauhid
menjadi trinitas danpenyimpangan-penyimpangan yang lainnya.
Pada
saat yang sama, sistem politik yang dianut oleh penguasa untuk
memerintahrakyatnya ketika itu adalah feodalisme; sistem otoriter yang
zalim, menekan danmemasung kebebasan masyarakat. Sistem feodal berada
pada puncaknya di abad ke-9Masehi ditandai dengan munculnya
kerajaan-kerajaan dan hilangnya pemerintahanpusat. Kaum feodal terbagi
menjadi tiga unsur ketika itu; (1) intitusi gereja,(2) kaum bangsawan
dan (3) para raja. Semuanya memperlakukan rakyat yangbermata pencaharian
sebagai petani dengan otoriter, zalim dansewenang-wenang.[4]
Kehidupan
beragama dibawah institusi gereja juga sarat dengan
penyimpangan.Tersebarnya peribadatan yang tidak memiliki landasan dalam
kitab suci danmerebaknya surat pengampunan dosa adalah diantaranya. Paus
Roma, ketika merekamembutuhkan dana untuk membiayai aktifitas Gereja,
mereka menerbitkan suratpengampunan dosa dan menghimbau masyarakat untuk
membelinya dengan iming-imingmasuk surga. Pendapat-pendapat tokoh agama
pun bersifat absolut dan tidak bolehdigugat. Alquran juga menyebutkan
di antara penyimpangan mereka:
“Mereka menjadikan orang-orang
alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhanselain Allah dan (juga
mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahalmereka hanya
disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhakdisembah)
selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS.At
Taubah [9]: 31)
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
sebahagian besar dari orang-orangalim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani
benar-benar memakan harta orang denganjalan batil dan mereka
menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah.” (QS. AtTaubah [9]: 34)
Penyimpangan
keyakinan, ditambah dengan sistem politik otoriter inilah faktorutama
yang kemudian melahirkan pemikiran liberal. Saat masyarakat tertekan
danhidup dalam kezaliman, muncullah reaksi yang bertujuan kepada
kebebasan hidup.Hal yang telah menjadi sunnatullah.[5]
Kesadaran
masyarakat Eropa yang ingin bebas dari segala bentuk tekanan
itumengharuskan mereka untuk melakukan tranformasi pemikiran. Diantara
prosestransformasi pemikiran ini adalah reformasi agama. Pada akhir abad
ke-15,muncul seorang tokoh Gereja asal Jerman bernama Martin Luther (w
1546),kemudian diikuti oleh John Calvin (w 1564), lalu John Nouks (w
1572). Merekamelakukan perlawanan terhadap Gereja Katolik yang kemudian
mereka beri namaProtestan.[6]
Gerakan reformasi agama yang
dilakukan oleh Luther ini memiliki pengaruh besardalam sejarah
liberalisme selanjutnya. Rumusan pemikiran Luther dapatdisimpulkan
menjadi beberapa poin berikut:
Otoritas agama satu-satunya adalah teks-teks Bible dan bukan pendapattokoh-tokoh agama.
Pengingkaran terhadap sistem kepausan gereja yang berposisi sebagai khalifahalmasih.
Menegasikan keyakinan pengampunan atau tidak diampuni (dari institusi geraja).
Ajakan
kepada liberalisasi pemikiran, keluar dari tirani tokoh agama
danmonopoli mereka dalam memahami kitab suci, klaim rahasia suci serta
pengabaianperan akal atas nama agama.[7]
Gerakan ini disebut
sebagai gerakan liberal karena ia bersandar kepadakebebasan berfikir dan
rasionalisme dalam menafsirkan teks-teks agama.[8]
Perlawanan
terhadap gereja dan feodalisme terus berlanjut di Eropa.
Runtuhnyafeodalisme menutup abad pertengahan dan abad selanjutnya
disebut dengan abadpencerahan (Enlightment). Beberapa tokoh pemikiran
muncul. Di Perancis, JeanJacues Rousseau (w 1778) dan Voltaire (w 1778)
adalah diantara pemikir yangperannya sangat berpengaruh. Karya-karya
mereka berdua menjadi inspirasigerakan politik Revolusi Perancis pada
tahun 1789, puncak dari perlawanan terhadaphegemoni feodal.
Namun,
gerakan yang tadinya sebagai reformasi agama, pada
perkembanganselanjutnya perlawanan terhadap gereja mengarah kepada
atheisme. Para pemikirdan filusuf Perancis rata-rata adalah para atheis
yang tidak mengakuikeberadaan agama. Sejarah panjang agama Kristen dari
sejak penyimpangan danperubahan ajaran hingga perang agama yang meletus
akibat reformasi Luthermemunculkan kejenuhan yang berakibat hilangnya
kepercayaan masyarakat terhadapagama. Kebebasan rasional (akal) secara
mutlak akhirnya menjadi ciri utama darigerakan ini.[9]
Dr.
Abdulaziz al Tharify mengatakan, “Pengagungan terhadap akal semakin
nampakpada waktu-waktu revolusi. Mereka mengangkatnya dan
mempertuhankannya. Sebagianmereka bahkan mengatakan bahwa ini adalah
penyembahan terhadap akal. Para tokohrevolusi mengajak orang-orang untuk
meninggalkan agama, terkhusus agamakatolik, mereka memutuskan hubungan
Perancis dengan Vatikan. Dan pada tanggal24 November 1793 M, mereka
menutup gereja-gereja di Paris, merubah sekitar 2400fungsi gereja
menjadi markaz-markaz rasionalisme dan untuk pertama kalinyadigagas soal
kebebasan kaum wanita.”[10]
Intinya, titik tolak liberalisme
berangkat dari perlawanan terhadap penguasaabsolut raja dan institusi
gereja yang mengekang kebebasan masyarakat.[11]
Pengertian Liberalisme
Secara
etimologi, Liberalisme (dalam bahasa inggris Liberalism) adalah
derivasidari kata liberty (dalam bahasa inggris) atau liberte (dalam
bahasa Perancis)yang berarti “bebas”. Adapun secara terminologi, para
peneliti mengemukakanbahwa Liberalisme adalah terminologi yang cukup
sulit untuk didefinisikan. Halitu karena konsep liberalisme yang
terbentuk tidak hanya dalam satu generasi,dengan tokoh pemikiran yang
bermacam-macam dan orientasi yang berbeda-beda.
Dalam al Mawsû’ah
al ‘Arabiyyah al Âlamiyyah dikatakan, “Liberalisme termasukterminologi
yang samar, karena makna dan penegasannya senantiasa berubah-ubahdalam
bentuk yang berbeda dalam sepanjang sejarahnya.”[12]
Namun
demikian, liberalisme memiliki esensi yang disepakati oleh
seluruhpemikir liberal pada setiap zaman, dengan perbedaan-perbedaan
trend pemikirandan penerapannya, sebagai cara untuk melakukan reformasi
dan menciptakanproduktifitas. Esensi ini adalah, bahwa liberalisme
meyakini kebebasan sebagaiprinsip dan orientasi, motivasi dan tujuan,
pokok dan hasil dalam kehidupanmanusia. Ia adalah satu-satunya sistem
pemikiran yang hanya menghendaki untukmensifati kegiatan manusia yang
bebas, menjelaskan dan mengomentarinya.[13]
Dr. Sulaiman al
Khurasyi mengatakan, “Liberalisme adalah aliran pemikiran
yangberorientasi kepada kebebasan individu, berpandangan wajibnya
menghormatikemerdekaan setiap orang, meyakini bahwa tugas pokok negara
adalah melindungikebebasan warganya seperti kebebasan berfikir dan
berekspresi, kepemilikanswasta dan yang lainnya. Aliran pemikiran ini
membatasi peran penguasa danmenjauhkan pemerintah dari kegiatan pasar.
Aliran ini juga dibangun diatasprinsip sekuler yang mengagungkan
kemanusiaan dan berpandangan bahwa manusiadapat dengan sendirinya
mengetahui segala kebutuhan hidupnya.
Dalam Acodemik American
Ensiclopedia dikatakan, “Sistem liberal yang baru (yangtermanifestasi
dalam pemikiran abad pencerahan) memposisikan manusia sebagaituhan dalam
segala hal. Ia memandang bahwa manusia dengan seluruh akalnya
mampumemahami segala sesuatu, Mereka dapat mengembangkan diri dan
masyarakatnyamelalui kegiatan rasional dan bebas.”[14]
Karakteristik Liberalisme
Walaupun
liberalisme bukan terdiri dari satu trend pemikiran, namun kita
dapatmengenali aliran ini dengan karakteristik khusus. Karakter paling
kuat yang adadalam aliran ini adalah:
- Kebebasan Individu
Setiap
orang bebas berbuat apa saja tanpa campur tangan siapa pun,
termasuknegara. Fungsi negara adalah melindungi dan menjamin kebebasan
tersebut darisiapapun yang mencoba untuk merusaknya. Oleh karena itu,
liberalisme sangatmementingkan kebebasan dengan semua jenisnya.
Kekebasan berkreasi, berpendapat,menyampaikan gagasan, berbuat dan
bertindak, bahkan kebebasan berkeyakinanadalah tema yang mereka ingin
wujudkan dalam kehidupan ini.
Kebebasan dalam pandangan mereka tidak
berbatas, selama tidak merugikan danbertabrakan dengan kebebasan orang
lain. Kaidah kebebasan mereka berbunyi,“Kebebasan Anda berakhir pada
permulaan kebebasaan orang lain.”[15]
- Rasionalisme
Penganut
liberalisme meyakini bahwa akal manusia mampu mencapai
segalakemaslahatan hidup yang dikehendaki. Standar kebenaran adalah akal
atau rasio.Karakter ini sangat kentara dalam pemikiran liberal.
Rasionalisme diantaranyanampak pada:Pertama,
keyakinan bahwa hak setiap orang bersandarkepada hukum alam. Sementara
hukum alam tidak dapat diketahui kecuali denganakal melalui media
indera/materi atau eksperimen. Dari sini kita mengenalaliran filsafat
materialisme (aliran filsafat yang mengukur setiap kebenaranmelalui
materi) dan empirisme (aliran filsafat yang menguji setiap
kebenaranmelalui eksperimen).Kedua,
negara harus bersikap netral terhadap semuaagama. Karena tidak ada
kebenaran yang bersifat yakin atau absolut, yang adaadalah kebenaran
yang bersifat relatif. Ini yang dikenal dengan “relatifismekebenaran”.Ketiga,perundang-undangan yang mengatur kebebasan ini semata-mata hasil dari pemikiranmanusia, bukan syariat agama.[16]
Perspektif Islam
Dari
latar belakang sejarah liberalisme yang telah dipaparkan di atas,
kitadapat menilai bahwa liberalisme jelas sangat bertolak belakang
dengan ajaranIslam. Sejarah kemunculannya yang sangat dipengaruhi oleh
situasisosial-politik dan problem teologi Kristen ketika itu dapat kita
jadikan alasanbahwa Islam tidak perlu, dan tidak akan perlu menerima
liberalisme. Karenasepanjang sejarahnya, Islam tidak pernah mengalami
problem sebagaimana yangdialami oleh agama Kristen. Oleh karena itu,
tidak ada alasan mendasar bagiIslam untuk menerima konsep liberalisme
dengan semua bentuknya.
Apalagi jika ditilik dari konsep pokoknya,
pemikiran liberalisme sangatbertentangan dengan ajaran Islam. Kebebasan
mutlak ala liberalisme adalahkebebasan yang mencederai akidah Islam,
ajaran paling pokok dalam agama ini.Liberalisme mengajarkan kebebasan
menuruti semua keinginan manusia, sementaraIslam mengajarkan untuk
menahannya agar tidak keluar dari ketundukan kepadaAllah. Hakikat
kebebasan dalam ajaran Islam adalah, bahwa Islam membebaskanmanusia dari
penghambaan kepada sesama makhluk, kepada penghambaan kepada
Rabbmakhluk, Begitu pun dengan otoritas akal sebagai sumber nilai dan
kebenarandalam ‘ajaran’ liberalisme. Sumber kebenaran dalam Islam adalah
wahyu, bukanakal manusia yang terbatas dalam mengetahui kebenaran.
Dengan demikian,menerima liberalisme berarti menolak Islam, dan tunduk
kepada Islamberkonsekwensi menanggalkan faham liberal.
Wallâhu ‘alam wa shallallâhu ‘ala nabiyyinâMuhammad.
Riyâdh, KSA 11 Rajab 1433 H/2 Juni 2012 M
—
Penulis: Ustadz Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc
Artikel Muslim.Or.Id
[1] al Librâliyyah, Nasy`atuhâ wa Majallâtuhâ, Dr.Abdurrahim Shamâyil al Sulami
[2] Usus al Nahdhah al Râsyidah, hal. 9, Ahmad al Qashash.
[3] al Librâliyyah Nasy`atuhâ wa Majallâtuhâ
[4] Haqîqatu al Librâliyyah wa Mawqiful Islâm minhâ, hal. 29, Dr Sulaiman alKhurasyi
[5] Idem, hal 30.
[6] Al ‘Aqliyyah al Librâliyyah, Dr. Abdul aziz al Tharify.
[7] Lihat Muhâdharât fî al Nashrâniyyah, hal. 224 [Haqîqatu al Librâliyyah waMawqiful Islâm minhâ, hal. 34]
[8] Haqîqatu al Librâliyyah wa Mawqiful Islâm minhâ
[9] Lihat al Nidzâm al Siyâsy al Islâmy wa al Fikri al Librâly, hal. 39-47, Dr.Muhammad al Jauhay Hamad al Jauhary.
[10] Al ‘Aqliyyah al Librâliyyah, hal. 70, Dr. Abdul aziz al Tharify
[11] Artikel “Melacak Akar dan Manifesto Liberalisme”
[12] Al Mawsû’ah al ‘Ârabiyyah al Âlamiyyah, 21/247 [al Librâliyyah Nasy`atuhâwa Majallâtuhâ]
[13] Mafhûm al Hurriyyah, hal. 39, Abdullah al ‘Arawi [al LibrâliyyahNasy`atuhâ wa Majallâtuhâ]
[14] Haqîqatu al Librâliyyah wa Mawqiful Islâm minhâ, hal. 12-13.
[15] al Librâliyyah Nasy`atuhâ wa Majallâtuhâ
[16] Haqîqatu al Librâliyyah wa Mawqiful Islâm minhâ, hal. 24-25 denganpenyesuaian.
Dari artikel 'Menelusuri Akar Pemikiran Liberalisme —
Muslim.Or.Id'
INTIKESESATAN AJARAN LIBERAL
Keimanan Seorang Muslim
ajaran
Islam yang sempurna, lengkap, penuh barakah; kita tinggal mengikuti,
menghidupkan,mensyukuri, dan mempertahankannya sekuat kemampuan. Inilah
hakikat jalan Islam.
Dalam AlQur’an disebutkan perkataan
Nabi Ya’qub ‘alaihissalam kepada anak-anaknya,ketika beliau mengalami
sakaratul maut. Beliau bertanya kepada putra-putranya,“Apa yang akan
kalian sembah, setelah aku (wafat nanti)?” Mereka menjawab:“Kami
menyembah Ilah-mu, dan Ilah ayahmu, yaitu Ibrahim, Ismail, dan
Ishaq,yaitu Ilah yang satu (Allah). Dan kepada-Nya kami berserah diri
(Muslimun).”(Al Baqarah: 133).
Dalam ayatlain disebutkan perkataan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, “Dan ketika Dia(Allah) berkata kepadanya (Ibrahim ‘alaihissalam): ‘Berserah dirilah (wahaiIbrahim)!’ Dia (Ibrahim) menjawab, ‘Aku berserah dirikepada Rabb alam semesta (Allah).” (Al Baqarah: 131).
Dan lebih tegas lagi dikatakan, “Dan
Ibrahim telah mewasiatkan (ajaranberserah diri kepada Allah) kepada
anak-anaknya, dan begitu juga Ya’qub,(Ibrahim berkata) ‘Wahai
anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilihkan bagikalian agama ini
(berserah diri kepada Allah), maka janganlah kalian mati kecualidalam
keadaan Muslim (sebagai orang yang berserah diri kepada Allah).” (AlBaqarah: 132).
Kenyataan
yang sangat menakjubkan, ketiga ayat di atas berurutan,menggambarkan
komitmen keluarga Ibrahim As. kepada agama Allah, dan semuanyamemakai
kata Muslim atau Muslimun. Hal ini semakin
menandaskan,bahwa agama yang kita peluk selama ini adalah sama dengan
ajaran Nabi-nabi dimasa lalu, hanya saja aturan Syariatnya berbeda. Kita juga disebut sebagai pengikut Millah Ibrahim yanglurus (hanif). Tidak ada keraguan lagi, walhamdulillah.
SeorangMuslim
bukan hanya diajak untuk berserah diri kepada Allah, tetapi juga
diberitahu cara menghadapi para pembangkang. Dalam Al Qur’an disebutkan,
“Jikamereka mendebatmu (wahai Muhammad shallallah ‘alaihi wa sallam
tentangkebenaran Islam) maka katakanlah: ‘Aku pasrah diri kepada Allah
dan begitu pulaorang-orang yang mengikutiku.’ Dan katakan kepada
orang-orang yang telah diberiAl Kitab (Yahudi dan Nashrani), ‘Apakah
kalian mau masuk Islam? Jika kalianmasuk Islam, maka kalian akan
mendapat petunjuk.’ Namun jika mereka menolak(masuk Islam), maka
kewajibanmu (wahai Muhammad) hanyalah menyampaikan(ayat-ayat Allah). Dan
Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.” (Ali Imran:20).
Danhebatnya, ayat di atas disebutkan setelah ayat berikut: “Sesungguhnya agamayang diridhai di sisi Allah hanyalah Al Islam.”
(Ali Imran: 119). Tentubukan kebetulan jika ayat-ayat tersebut kita
terima dalam keadaan berurutan.Mungkin salah satu hikmahnya adalah untuk
membentengi Islam dari penafsiranmanusia-manusia keblinger seperti kaum
Liberaliyun itu. Seperti disebutkan diatas, Allah Maha Melihat keadaan
hamba-hamba-Nya.
Jika belumjelas, maka kita perhatikan ayat lain. Allah Ta’alapernah berpesan kepada Adam ‘alaihissalam dan isterinya, sebelum merekaditurunkan ke dunia. “Maka
jika nanti datang kepada kalian petunjuk darisisi-Ku, maka siapa yang
mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada kekhawatiran atasmereka, dan tidak pula
mereka akan bersedih hati.” (Al Baqarah: 38).
Dalam ayat ini, mengikuti petunjuk Allah memiliki akibat yang sangat besar,yaitu pembebasan dari khauf (rasa takut) dan hazn (kesedihanhati). Padahal hakikat kebahagiaan manusia akan diperoleh ketika seseorangdibebaskan dari segala macam kegelisahan (anxiety) dan ketakutan (fear).Jadi
sumber kebahagiaan bukanlah membebaskan diri dari tuntunan agama
(Islam),seperti yang dilakukan kaum Liberaliyun; tetapi justru secara
baik mengikutipetunjuk agama tersebut.
Logikanya,
kalau Anda memiliki sebuah piranti elektronik (misalnya kulkas),maka
cara terbaik merawat piranti itu adalah dengan mengikuti DIRECTIONyang dikeluarkan oleh produsennya. Kalau ngarang sendiri, ataumemperlakukan peralatan seenaknya sendiri, hasilnya jelas kerusakan.
Menariknya, ayat di atas (Al Baqarah ayat 38) itu dikunci dengan ayatselanjutnya yang sangat gamblang, “Dan bagi orang-orang yang kafir danmendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal didalamnya.”
(Al Baqarah: 39). Bayangkan, Al Qur’an menjelaskan masalah inidengan
amat jelas; tidak ada keraguan apapun, kecuali di mata
orang-orangzhalim.
Inilah manhaj Islam, yaitu: Mengikuti tuntunan agama Allah secara ikhlasdengan kepasrahan hati tunduk mengikuti bimbingan ayat-ayat-Nya.
Hal inipula yang mengikatkan dengan para pengikut agama Allah di jaman
Nabi-nabi danRasul di masa lalu ‘alaihimus shalatu wassalam.
Kesesatan Ajaran Liberal
Sepertitelah
disebutkan bahwa posisi seorang Muslim bukanlah pembuat,
penyusun,pengkritik, juri, atau komentator wahyu. Seorang Muslim hanya
semata mengikutipetunjuk Allah dan Rasul-Nya. Mereka running on the direction,
berjalanmengikuti petunjuk tertentu. Ayat-ayat Al Qur’an menjelaskan
hal itu. Adapunpemikiran “berserah diri” Nurcholis Madjid adalah
kesesatan yang terlalu jauh.Sungguh malu melansir pemikiran-pemikiran
seperti itu.
Lalu sisimana yang menunjukkan kesalahan paham Liberal?
SeorangMuslim
pada hakikatnya menerima Islam sebagai agama yang telah
lengkap,sempurna, dan diridhai seperti disebut dalam Surat Al Maa’idah
ayat 3. Begituhebatnya ayat ini sampai orang Yahudi di jaman Khalifah
Umar radhiyallahu‘anhu merasa sangat iri kepada Ummat Islam.
Mereka mengatakan, andai ayatitu diturunkan kepada kaum Yahudi, hari
turunnya akan mereka peringati sebagaihari raya. Luar biasa! Yahudi
mengerti keagungan Surat Al Maa’idah ayart 3 itu,padahal mereka masih
berstatus kafir.
Tetapientahlah, di negeri kita ini tiba-tiba mendapati gerombolan anak-anak iblisyang
berani melecehkan kelengkapan, kesempurnaan, dan keridhaan Allah atas
Islam.Alih-alih mereka akan sadar tentang sikap kagum orang-orang Yahudi
itu, dengansangat arogan mereka mengatakan: “Kita butuh Islam yang
dinamis, yang terusbergerak dan berkembang. Bukan Islam finished
(sudah selesai), Islamterima beres, atau Islam tinggal pakai. Kita butuh
Islam yang sesuaimodernitas, membebaskan, menghargai akal, tidak
memasung wanita, dansebagainya.”
Ya Rabbi yaKarim, sudah
baik-baik diberi Syariat yang sempurna, lengkap, tidak adakekurangan
dari kanan dan kirinya, tetapi malah mencari-cari perkara lain yangtidak
dibutuhkan. Persis seperti kelakuan Bani Israil, ketika mereka
diberiManna dan Salwa, kualitas makanan terbaik; mereka malah meminta
bawang,mentimun, kacang adas, dan sebagainya. Seperti kata pepatah,
“Diberi hati memintaampela.”
Kaum Liberalmemandang Islam
sebagai obyek, sebagai klien, sebagai materi observasi, sebagaipasien.
Mereka memandang ke arah Islam dengan penuh prasangka, dengan
penuhkecurigaan, motif menyelidiki, serta berbagai pertanyaan
investigatif. Merekamenetapkan syarat-syarat yang banyak ketika hendak menerima Islam.Seharusnya, seperti yang dijelaskan oleh Al Qur’an, terimalah Islam ini apaadanya, secara ikhlas dan rendah hati. Janganarogan, jangan merasa sok pintar, jangan menjadi juri bagi agama ini.
Karakter keimanan seorang Muslim digambarkan dengan sangat jelas dalam AlQur’an, “Telah
beriman Rasul itu kepada apa yang diturunkan kepadanya, danbegitu pula
orang-orang Mukmin (juga mengimaninya). Masing-masing merekamengimani
Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, dan Rasul-rasul-Nya,
danmereka tidak membeda-bedakan di antara Rasul-rasul-Nya. Dan mereka
berkata, ‘Sami’nawa atha’na’ (kami mendengar dan kami taat), ampunilah kami wahai Rabb kami,dan kepada-Mu kami kembali.” (Al Baqarah: 285).
Tidak
benar seseorang mengaku Muslim, tetapi menetapkan kepada
Allahsyarat-syarat keimanan. Misalnya, “Ya Allah, kami mau beriman
kepada-Mu kalaukami mendapat untung. Kalau kami merugi, tidak ada
keimanan bagi-Mu.” Sikapmemberi syarat seperti ini adalah kebathilan
yang nyata. Bahkan pada posisiitu, seseorang belum bisa dikatakan
sebagai Muslim, sebab hatinya belum tundukmerendahkan diri kepada Allah
Ta’ala.
Orang-orang seperti Musdah Mulia, Ulil Abshar,
Luthfi Syaikani, dansejenisnya itu, mereka tidak bisa disebut sebagai
Muslim. Mereka adalah “juriagama”, yaitu orang-orang super arogan, yang
merasa sok pintar, dan kerjanyamenilai agama-agama. Mereka itu seperti
komentator agama, pintar memutar-mutarlidah bicara tentang agama, tetapi
diri mereka sendiri bukan orang beragama.Agama mereka adalah FREE
THINKING (kebebasan berpikir). Semua ini adalah hakikat kekafiran
yang nyata. Tidak ada beda antara mereka dengan Fir’aun, AbuJahal, Abu
Lahab, dan sebagainya. Mereka adalah manusia-manusia arogan yangtidak
mau merendahkan diri di hadapan Kalamullah, dan mereka menyembah
hawanafsunya sendiri.
Seperti disebut dalam Al Qur’an, “Tahukah
kamu tentang orang yangmenjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya?
Apakah kamu menjadi pemeliharaatas dirinya? Atau apakah kamu mengira
bahwa kebanyakan dari mereka itu bisamendengar dan berakal? Keadaan mereka tak lebih seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesatdari itu.” (AlFurqan: 44).
Orang-orangyang
menetapkan sekian syarat-syarat sebelum menerima ajaran Islam,
padadasarnya mereka adalah para pembangkang. Karakter seorang Muslim
adalah “sami’nawa atha’na” (kami mendengar dan kami taat). Ini
karakter paten sejakseseorang memahami dirinya sebagai Muslim, sampai
saat dia berpulang kembalikepada Allah Ta’ala. Kalau sudah Muslim, tidak
ada hak untuk membangkangsedikit pun. Seperti disebutkan dalam Al
Qur’an, “Maka demi Rabbmu, padahakikatnya mereka tidak beriman
sampaikan menjadikan kamu (Muhammad) sebagaihakim atas perselisihan di
antara mereka, kemudian kamu tidak mendapatikeberatan dalam diri mereka
terhadap putusan yang kamu berikan, dan merekamenerima dengan
sepenuhnya.” (An Nisaa’: 65).
Agama Orang Liberal
Sebenarnya,upaya
mencari kebenaran tidaklah dihalang-halangi. Siapapun yang
inginmelakukan perbandingan konsep ideologi antara Islam dengan
agama-agama lain,silakan saja. Toh, orang-orang yang telah melakukan hal
itu, lalu kemudianmereka masuk Islam secara ikhalas tidak sedikit.
Tetapi dalam hal ini, harus diingat 2 hal:
Pertama,
saatseseorang ingin menguji ajaran Islam, atau menjadikan Islam sebagai
obyekobservasi (pengamatan), pada saat itu sebenarnya dia sedang berada
‘di luarpagar’ Islam. Artinya, suatu saat dia bisa ‘masuk ke halaman’
Islam, ataumemilih ‘mencari halaman rumah’ yang lain.
Kedua,
kalauseseorang telah menemukan Islam sebagai kebenaran, dia harus
menjalani jalanhidup seorang Muslim, yaitu tunduk kepada tuntunan Allah
dan Rasul-Nya. Tidakmengapa pada awalnya mereka bersikap menguji, tetapi
setelah mantap hatinya,dia istiqamah menjadi seorang Muslim. Tidak
dibenarkan sikap menguji ituberlaku terus-menerus sampai dirinya mati.
Adapun
orang-orang Liberal itu, seluruh hidupnya hanya berisi
menggugat,mengkritik, menguji, mengomentari, dan menyelidiki Islam.
Jelas mereka tidakbisa disebut Muslim, tetapi leboh tepat disebut “
komentator Islam”.Menyebut mereka sebagai cendekiawan Muslim adalah pelecehan berat terhadapIslam.
Agama
dimanapun pasti membutuhkan komitmen pemeluknya. Bukan hanya
Islam,bahkan seluruh agama-agama membutuhkan komitmen pemeluknya. Kalau
Andamenjumpai seorang Kristen yang sepanjang hidupnya selalu
bolak-balikkeyakinannya; mula-mula Kristen, lalu jadi Muslim, lalu
pindah Budha, lalu jadiHindu, lalu Agnostik, lalu Ateis, lalu Kristen
lagi; sungguh, orang seperti ituakan sangat dibenci oleh semua pemeluk
agama, sebab tidak memiliki komitmen.Dalam perkara apapun, sampai urusan
bekerja di perusahaan, mereka akan sangatmenghargai komitmen dan
loyalitas.
Adapun orang-orang sejenis Ulil Abshar, Luthfi
Syaukani, Musdah Mulia, danlainnya, mereka tidak jelas status agamanya.
Disebut Muslim, tetapi kerjaannyaselalu menguji Islam; disebut Kristen
tidak pernah datang ke gereja; disebutYahudi, mereka bukan beretnis
Yahudi; disebut Hindu, Budha, dan sebagainya,mereka tidak pernah
melakukan ritual di kuil. Sungguh, para pemeluk agamaapapun akan mual
kalau memiliki pemeluk seperti mereka. (Saya sarankan, merekamengubah
KTP-nya dan mengganti keterangan Islam dalam KTP itu dengan agamalain.
Kalau perlu,carilah agama yang membolehkan mereka menjadi “komentator
agama” seumur hidup.Itu lebih gentle, wise, dan rasional.
Menghadapi Kaum Liberal
Orang-orangLiberal
memiliki ciri khas tidak ada duanya, terutama dalam kedengkian
merekakepada Islam dan Muslim yang komitmen. Mereka selalu mengatakan: “Kita
harus menafsirkan Islam dengan cara baru, bukan Islammenurut cara
pandang jaman batu, bukan Islam hasil produk budaya Arab, bukanIslam
yang ‘sudah selesai’. Islam harus ditafsirkan pikiran terbuka,
rasional,sesuai semangat jaman, membebaskan manusia, menghargai martabat
wanita,menghargai pluralitas, dan tidak ekstrem dan berbau kekerasan.”Intinya adalah pembangkangan, hanya diucapkan dengan kalimat-kalimatintelektualis menipu, Jika Anda menghadapiorang-orang seperti ini, perlu memahami cara-cara mematahkan pemikiran mereka.Antara lain sebagai berikut:
[1]
Ketika mereka mengharuskan kita menafsirkan Islam dengan
cara-caratertentu, kita perlu bertanya kepada mereka, “Siapa yang
menyuruh kitamenafsirkan Islam seperti itu? Adakah perintahnya dalam Al
Qur’an atau Sunnah?Atau adakah contohnya dari ulama-ulama yang shalih
dari masa lalu?” Kalaumereka tidak bisa mendatangkan bukti-bukti
perintah atau teladan, berartipemikiran mereka itu produk baru, bukan
bagian dari pemahaman Islam.
[2] Manusia yang beragama pasti bisa
membedakan antara Wahyu Allah dan akalpikiran. Wahyu itu sempurna,
tidak memiliki kecacatan, sebab ia bersumber dariRabb Yang Maha
Sempurna. Sedangkanakal pikiran sangat lemah, sering berubah-ubah, penuh
kelemahan. Tanyakan kepada orang-orang Liberal itu, “Apakah Anda
percaya dengan adanyaWahyu Tuhan?” Kalau mereka mengatakan, “Ya
percaya!” Lalu tanyakan lagi,“Bagaimana cara Anda menempatkan Wahyu?
Apakah ia lebih rendah dari akal Anda,atau sejajar posisinya?” Kalau
mereka memandang akalnya lebih baik dari Wahyu,itu tandanya mereka bukan
orang beriman. Mereka adalah para pembangkang. Tidakada bedanya dengan
Fir’aun, Abu Jahal, dan Abu Lahab.
[3] Orang-orang Liberal sering
berdalil dengan pemikiran-pemikiran ekstremdari tokoh-tokoh seperti
Nurcholis Madjid, Nashr Abu Zayd, Thaha Husein, SirAhmad Khan, dan
sebagainya. Termasuk juga mereka bangga dengan pemikiran paraorientalis
Barat. Dalam Islam, ilmu itu bukan teori semata, tetapi jugaditunjang
oleh kebaikan personal para pemikul ilmu itu sendiri. Para ulama
yangshalih tidak hanya menunjukkan ketinggian ilmu, tetapi juga
kemuliaan akhlak.Dengan pandangan ini, coba tanyakan kepada orang-orang
Liberal itu, “Apakelebihan tokoh-tokoh yang mereka banggakan dari sisi
akhlak, amal kebajikan,ibadah, serta perjuangan Islam?” Mereka pasti
kesulitan menjawab, sebab di matamereka ilmu ya hanya teori semata.
Bukan mustahil, orang Liberalis yang beranimenghujat Al Qur’an,
sehari-harinya dia pemabuk, tukang zina, atau pemukulwanita.
Na’udzubillah wa na’udzubillah. Sebagai contoh, Musdah Mulia.
Betapabejatnya orang ini ketika melegitimasi praktik lesbian.
Jangan-jangan diasering terjerumus di dalamnya? Na’udzubillah tsumma
na’udzubillah min dzalik.
[4] KonsepIslam yang merujuk kepada Kitabullah dan Sunnah disebut Islam yang sudah finished(selesai).
Tetapi jujur saja, Islam finished itu telah melahirkan
peradaban,prestasi, dan mengukir sejarah luar biasa. Sedangkan Islam
“membebaskan” alaUlil Abshar Cs., ia tidak bisa menghasilkan apa-apa
selain kehinaan bagipemeluknya. Perlu dicatat, pemikiran Liberal itu
bukan produk masa kini. Tahun70-an Nurcholis sudah memulai di Indonesia,
awal abad 20 Ahmad Khan, ThahaHusein, Faragh Faudah, dan lainnya sudah
memulai. Bahkan di jaman kolonialisme,Snouck Hurgronje dan tokoh-tokoh
orientalis Barat telah memulai pemikiranseperti itu. Lalu apa hasilnya?
Apakah paham Liberal mampu menghasilkanprestasi yang berharga? Jawabnya:
“NOL BESAR!!!”
[5] Padatitik tertentu ketika
perbedaan sudah tidak bisa dicarikan jalan keluarnya;mereka tidak mau
bertaubat dan kita tidak hendak bergeser dari komitmen
kepadaajaran-ajaran fundamental Islam, walau sejengkal saja, maka
perkataan terakhiryang paling layak diucapkan adalah: “Lakum dinukum wa liya din” (bagimuagamamu dan bagiku agamaku). Inilah kalimat putus danberlepas diri terhadap pembangkangan manusia-manusia itu kepada agama Allah.
[6]Biarkanlah
orang-orang Liberal itu menempuh jalan agamanya, dan kita menempuhjalan
kita. Namun jika mereka berkeras hati hendak memaksakan agamanya
dengantujuan memurtadkan kita dari agama kita, ya seorang Muslim jangan
berdiam diri.Sekali-kali kita harus menunjukkan Izzah Islam di hadapan
manusia-manusiazhalim itu. Dan Allah pasti akan menolong orang-orang
yang memuliakanagama-Nya.
Penutup
Intipemikiran
Liberal ialah menjadikan ajaran Islam sebagai pesakitan yang
bebasdikritik, dihujat, dinilai, diuji, dan sebagainya. Sedangkankonsep Islam mengajarkan sikap “sami’na wa atha’na”
(kami mendengar dankami taat). Sikap menguji ajaran Islam tidaklah
dilarang, tetapi hal itu hanyaberlaku pada saat-saat awal untuk
meneguhkan hati seseorang kepada Islam. Kalausudah teguh hatinya,
sempurna imannya, tidak boleh lagi ada pembangkangan dalambentuk apapun.
Islam bukanlah agama transaksional, boleh tawar-menawar. Agamaini
mengajarkan sikap konsistensi dan istiqamah. Seperti disebutkan, “Maka ibadahilah Rabb-mu sampaisaat datangnya keyakinan (kematian).” (Al Hijr: 99).
Dimanapun
Anda menemui orang Liberal, cirinya sangat mudah dikenali. Saatmereka
bicara tentang agama (Islam), rata-rata titik tolaknya adalah akalmereka
sendiri. Akal mereka dianggap sebagai “kitab suci” yang boleh
mengadiliteks-teks agama sesuka hati. Laa haula wa laa quwwata illa
billah. Padadasarnya, sikap mereka itu adalah KEKAFIRAN atau
PEMBANGKANGAN terhadap agamaAllah. Hanya saja mereka berpura-pura
sebagai Muslim (bahkan cendekiawanMuslim). Pembangkangan mereka serupa
dengan Fir’aun, Abu Jahal, dan Abu Lahab.Hanya saja, mereka memakai
bahasa-bahasa intelektualis, untuk menipu masyarakatawam dan
menyembunyikan kekafiran di hatinya.
SeorangMuslim tidak layak
bersikap lunak, atau lemah-lembut di hadapan para “Fir’aunmodern” ini.
Biarpun kita tidak memiliki argumentasi yang kuat, jangansekali-kali
menunjukkan sikap lemah di hadapan kaum “komentator agama”
itu.Seburuk-buruknya sesuatu yang keluar dari tubuh kita, masih lebih
hina parapembangkan yang sombong di hadapan ayat-ayat Allah itu.
Semoga
Allahmenetapkan kita dalam istiqamah sampai akhir hayat; semoga kita
dimuliakan diatas jalan Islam, dijayakan bersama Islam, dan kembali
kepada Allah sebagaiseorang Muslim yang ikhlas. Allahumma amin. Persis
seperti wasiat Ibrahim‘alaihissalam kepada anak keturunannya, “Maka
janganlah kalian mati, kecualidalam keadaan Islam.” (Al Baqarah: 132).
WallahuA’lam bisshawaab.
http://abisyakir.wordpress.com/2009/02/15/inti-kesesatan-paham-liberal/
3.Pluralisme
Pluralisme
sering diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ragampemikiran,
agama, kebudayaan, peradaban dan lain-lain. Kemunculan idepluralisme
didasarkan pada sebuah keinginan untuk melenyapkan ‘klaim
keberanan’(truth claim) yang dianggap menjadi pemicu munculnya sikap
ekstrem, radikal,perang atas nama agama, konflik horisontal, serta
penindasan atas nama agama.Menurut kaum pluralis, konflik dan kekerasan
dengan mengatasnamakan agama barusirna jika masing-masing agama tidak
lagi menganggap agamanya yang palingbenar.
Inilah hakikat ide
pluralisme agama yang saat ini dipropagandakan di DuniaIslam melalui
berbagai cara dan media. Dari ide ini kemudian muncul gagasanlain yang
menjadi ikutannya seperti dialog lintas agama, doa bersama dan
lainsebagainya. Pada ranah politik, ide pluralisme didukung oleh
kebijakanPemerintah yang harus mengacu pada HAM dan asas demokrasi.
Negara memberikanjaminan sepenuhnya kepada setiap warga negara untuk
beragama, pindah agama (murtad),bahkan mendirikan agama baru.
Di Balik Gagasan Pluralisme
Lahirnya
gagasan mengenai pluralisme (agama) sesungguhnya didasarkan
padasejumlah faktor. Dua di antaranya adalah: Pertama, adanya
keyakinanmasing-masing pemeluk agama bahwa konsep ketuhanannyalah yang
paling benar danagamanyalah yang menjadi jalan keselamatan.
Masing-masing pemeluk agama jugameyakini bahwa merekalah umat pilihan.
Menurut
kaum pluralis, keyakinan-keyakinah inilah yang sering memicu
terjadinyakerenggangan, perpecahan bahkan konflik antarpemeluk agama.
Karena itu, menurutmereka, diperlukan gagasan pluralisme sehingga agama
tidak lagi berwajaheksklusif dan berpotensi memicu konflik.
Kedua,
faktor kepentingan ideologis dari Kapitalisme untuk
melanggengkandominasinya di dunia. Selain isu-isu demokrasi, hak asasi
manusia dan kebebasanserta perdamaian dunia, pluralisme agama adalah
sebuah gagasan yang terusdisuarakan Kapitalisme global yang digalang
Amerika Serikat untuk menghalangkebangkitan Islam.
Karena itu, jika
ditinjau dari aspek sejarah, faktor pertama bolehlah diakuisebagai
alasan awal munculnya gagasan pluralisme agama. Namun selanjutnya,faktor
dominan yang memicu maraknya isu pluralisme agama adalah niat
Baratuntuk makin mengokohkan dominasi Kapitalismenya, khususnya atas
Dunia Islam.
Konflik Sebagai Alasan?
Memang benar,
dunia saat ini sarat dengan konflik. Namun, tidak benar jikaseluruh
konflik yang terjadi saat ini dipicu oleh faktor agama. Bahkan
banyakkonflik terjadi lebih sering berlatar belakang ideologi dan
politik. Dalamsekala internasional, konflik Palestina-Israel lebih dari
setengah abad,misalnya, jelas bukan konflik antaragama (Islam, Yahudi
dan Kristen). Sebab,toh dalam rentang sejarah yang sangat panjang selama
berabad-abad ketigapemeluk agama ini pernah hidup berdampingan secara
damai dalam naungan KhilafahIslam. Konflik Palestina-Israel ini lebih
bernuansa politik yang melibatkanpenjajah Barat. Sejarah membuktikan,
konflik Palestina-Israel bermula ketikabangsa Yahudi (Israel) sengaja
“ditanam” oleh penjajah Inggris di jantungPalestina dalam ranga
melemahkan umat Islam. Konflik ini kemudian dipeliharaoleh Amerika
Serikat yang menggantikan peran Inggris, untuk semakin
melemahkankekuatan umat Islam, khususnya di Timur Tengah. Pasalnya,
dengan begitu Baratdapat terus-menerus menyibukkan umat Islam dengan
konflik tersebut sehinggaumat Islam melupakan bahaya dominasi
Barat—khususnya AS dan Inggris—sebagaipenjajah mereka.
Dalam sekala
lokal, konflik yang pernah terjadi di Maluku atau Poso beberapatahun
lalu, misalnya, juga lebih bernuansa politik, yakni adanya campur
tanganasing (yang tidak lain kaum penjajah Barat) untuk melemahkan
Indonesia yangberpenduduk mayoritas Muslim, ketimbang berlatar belakang
agama, Sementara itu,dalam skala yang lebih luas dan global, konflik
Barat-Timur (yang seringdianggap mencerminkan konflik Kristen-Islam),
khususnya setelah Peristiwa 11September 2001, juga jelas lebih
berlatarbelakang ideologi dan politikketimbang agama. Memang, sesaat
setelah terjadinya Peristiwa 11 September,Presiden AS George W Bush
pernah “keseleo” dengan menyebut secara jelas bahwaWoT (War on
Terrorism) sebagai Crussade (Perang Salib) baru.
Lalu
setelahitu AS menyerang Afganistan, dan kemudian dilanjutkan dengan
menyerang Irak.Namun, banyak pakar Barat dan AS sendiri yang menjelaskan
bahwa seranganmiliter AS ke Afganistan maupun Irak bahkan lebih
bermotifkan ekonomi (yaknidemi minyak)—di samping politik (demi dominasi
ideologi Kapitalisme), dan bukanbermotifkan agama.
Karena itu,
sangat tidak ‘nyambung’ jika untuk menghentikan konflik-konfliktersebut
kemudian dipasarkan terus gagasan pluralisme dan ikutannya sepertidialog
antaragama dll. Pasalnya, akar konflik-konflik tersebut, sekali
lagi,lebih bermotifkan ideologi dan politik—yakni dominasi Kapitalisme
yang diusungBarat, khususnya AS, atas Dunia Islam—ketimbang
berlatar-belakang agama.
Pluralisme Menurut Islam
Allah SWT berfirman:
يَاأَيُّهَا
النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍوَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ
شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْعِنْدَ اللهِ
أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya
Kami menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuandan Kami menjadikan
kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar salingmengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian adalah orangyang
paling bertakwa di sisi Allah (QS al-Hujurat [49]: 13).
Ayat ini
menerangkan bahwa Islam mengakui keberadaan dan keragaman suku danbangsa
serta identitas-identitas agama selain Islam (pluralitas),
namun sama sekali tidak mengakui kebenaran agama-agama tersebut (pluralisme).Allah SWT juga berfirman:
وَيَعْبُدُونَ
مِنْ دُونِ اللهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِسُلْطَانًا وَمَا لَيْسَ لَهُمْ
بِهِ عِلْمٌ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ
Mereka menyembah selain
Allah tanpa keterangan yang diturunkan Allah. Merekatidak memiliki ilmu
dan tidaklah orang-orang zalim itu mempunyai pembela (QSal-Hajj:67-71).
Ayat
ini menegaskan bahwa agama-agama selain Islam itu sesungguhnya
menyembahkepada selain Allah SWT. Lalu bagaimana bisa dinyatakan, bahwa
Islam mengakuiide pluralisme yang menyatakan bahwa semua agama adalah
sama-sama benarnya danmenyembah kepada Tuhan yang sama?
Dalam ayat yang lain, Allah SWT menegaskan:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللهِ اْلإِسْلاَمُ
Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam (QS Ali Imran[3]: 19).
Allah
SWT pun menolak siapa saja yang memeluk agama selain Islam (QS Ali
Imran[3]: 85); menolak klaim kebenaran semua agama selain Islam, baik
Yahudi dan Nasrani,ataupun agama-agama lainnya (QS at-Taubah [9]: 30,
31); serta memandang merekasebagai orang-orang kafir (QS al-Maidah [5]:
72).
Karena itu, yang perlu dilakukan umat Islam sesungguhnya bukan
menyerukanpluralisme agama apalagi dialog antaragama untuk mencari titik
temu dankesamaan. Masalahnya, mana mungkin Islam yang mengajarkan
tauhid (QS 5: 73-77;QS 19: 88-92; QS 112: 1-4) disamakan dengan Kristen
yang mengakui Yesus sebagaianak Tuhan ataupun disamakan dengan agama
Yahudi yang mengklaim Uzair jugasebagai anak Tuhan?! Apalagi Islam
disamaratakan dengan agama-agama lain?Benar, bahwa eksistensi
agama-agama tersebut diakui, tetapi tidak berartidianggap benar.
Artinya, mereka dibiarkan hidup dan pemeluknya bebas beribadah,makan,
berpakaian, dan menikah dengan tatacara agama mereka. Tetapi,
tidakberarti diakui benar.
Karena itu, yang wajib dilakukan umat
Islam tidak lain adalah terus-menerusmenyeru para pemeluk agama lain
untuk memeluk Islam dan hidup di bawah naunganIslam. Meski dengan
catatan tetap tidak boleh ada pemaksaan.
Bahaya di Balik Gagasan Pluralisme
Bahaya
pertama adalah penghapusan identitas-identitas agama. Dalam kasus
Islam,misalnya, Barat berupaya mempreteli identitas Islam. Ambil contoh,
jihad yangsecara syar’i bermakna perang melawan orang-orang kafir yang
menjadi penghalangdakwah dikebiri sebatas upaya bersungguh-sungguh.
Pemakaian hijab (jilbab) olehMuslimah dalam kehidupan umum dihalangi
demi “menjaga wilayah publik yangsekular dari campur tangan agama.”
Lebih jauh, penegakan syariah Islam dalamnegara pun pada akhirnya terus
dicegah karena dianggap bisa mengancampluralisme.
Ringkasnya, pluralisme agama menegaskan adanyasekularisme (pemisahan agama dari kehidupan).
Bahaya
lain pluralisme agama adalah munculnya agama-agama baru yang diramu
dariberbagai agama yang ada. Munculnya sejumlah aliran sesat di Tanah
Air sepertiAhmadiyah pimpinan Mirza Ghulam Ahmad, Jamaah Salamullah
pimpinan Lia Eden,al-Qiyadah al-Islamiyah pimpinan Ahmad Mosadeq, dll
adalah beberapa contohnya.Lalu dengan alasan pluralisme pula, pendukung
pluralisme agama menolakpelarangan terhadap berbagai aliran tersebut,
meski itu berarti penodaanterhadap Islam.
Karena itu, wajar jika KH
Kholil Ahmad, Pengasuh Pondok Pesantren Gunung JatiPamekasan Jawa Timur,
menilai pluralisme agama yang diusung Gus Dur berbahayabagi umat Islam
(Tempointeraktif.com, 30/12/2009).
Bahaya lainnya, pluralisme agama
tidak bisa dilepaskan dari agenda penjajahanBarat melalui isu
globalisasi. Globalisasi merupakan upaya penjajah Barat
untukmengglobalkan nilai-nilai Kapitalismenya, termasuk di dalamnya
gagasan “agamabaru” yang bernama pluralisme agama. Karena itu, jika kita
menerima pluralismeagama berarti kita harus siap menerima Kapitalisme
itu sendiri.
Inilah di antara bahaya yang terjadi, yang sesungguhnya
telah dan sedangmengancam kaum Muslim saat ini ketika kaum Muslim
kehilangan Khilafah Islamiyahsejak hampir satu abad lalu. Padahal
Khilafahlah kepemimpinan umum bagi kaumMuslim yang menerapkan Islam,
melindungi akidah Islam serta menjaga kemuliaanIslam dari berbagai
penodaan, termasuk oleh pluralisme.
Sumber : http://hizbut-tahrir.or.id/2010/01/05/bahaya-pluralisme/
http://mentoringpsikologiums.blogspot.com/2010/12/ide-sesat-sekularisme-pluralisme-dan.html
CATATANRENTING
PLURALISMEtidak sama dengan PLURALITAS
Islam
menolak PLURALISME karena merupakan IDEOLOGI PENCAMPUR-ADUKKAN
AQIDAH.Tapi Islam menerima PLURALITAS karena merupakan SUNNATULLAH
sebagai DinamikaKehidupan yang menghargai keragaman kemajemukan dan
kebhinekaan.
Karenanya, umat Islam bisa hidup berdampingan dengan
umat beragama lain secaradamai penuh toleran, saling menghargai dan
menghormati. Tiap umat beragamabebas meyakini kebenaran agamanya
masing-masing. dan bebas untuk tidak menerimakebenaran agama lain, namun
tidak boleh menistakannya. Mereka tidak bolehdipaksa untuk membenarkan
agama lain sebagaimana yang dilakukan KAUM SEPILIS.
Intinya, Islam sangat menghargai KEBEBASAN BERAGAMA, tapi menolakPENCAMPUR-ADUKAN AGAMA dan PENODAAN AGAMA.
BUKTI KESESATAN SEPILIS
1.
Buku FIQIH LINTAS AGAMA karya Tim PenulisPARAMADINA yang terdiri dari
Prof DR. Nurcholish Majid (Pendiri Paramadina),Prof. DR. Komaruddin
Hidayat (RektorUIN Jakarta), DR. Kautsar Azhari Noer(Dosen UIN Jakarta),
DR. Zainun Kamal (Dosen UtN Jakarta). KH, Masdar F.Mas'udi (Ketua
PBNU), Zuhain Misrawi, Lc (Kader Muda NU dan anggota BaitulMuslimin
Indonesia–PDIP), Budhy Munawar Rachman (Dir. Program Paramadina),Ahmad
Gaus AF (Dir. Publikasi Liberal for All Foundation - USA), dan
sebagaiEditor; Mun'im A. Sirry, MA (Peneliti Paramadina). Diterbitkan
oleh YayasanWaqaf Paramadina & The Asian Foundation, tahun 2004.
ISI BUKU :
1.
Menghina FIQIH sebagai belenggu kehidupan dan memfitnahnya sebagai
ajaranyang mendiskreditkan agama lain, bahkan sebagai penyebar kebencian
dankecurigaan terhadap agama Islam. (Kata Pengantar hal. ix dan
Mukadimah hal. 2).
2. Mengninaperiode dan generasi AS-SALAF
ASH-SHOLIH sebagai penyebab kebekuan pemahaman,dan memfitnah IMAM
SYAFI'I sebagai penyebab tidak berkembangnya pemikiran Islamlebih dua
belas abad. (Mukadimah hal 4- 5).
3. Ayat-ayatAl-Qur’an yang diturunkan di Madinah DISKRIMINATIF, EKSKLUSIF danFUNDAMENTALISTIK. (hal. 142).
4.
Umatberagama apa pun tidak kafir, karena semua agama sama dan benar.
sehingga tidakboleh ada yang mengklaim bahwa agarnanya yang paling
benar. (hal 133, 167, 206- 207).
5.
AtasDasar HIKMAH dan KEMASLAHATAN persaudaraan, persahabatan, kedamaian,
kerukunan,solidaritas, persatuan dan kehangatan pergaulan antar umat
beragama, maka :
1. BOLEHmengucapkan SALAM kepada NON MUSLIM, bahkan WAJIB menjawab salam mereka. (hal.72. 77 - 76).
2. BOLEH mengucapkan SELAMAT NATAL alau Selamat Hari Besar Agama apa pun,bahkan BOLEH ikut merayakannya (hal.84-85).
3. BOLEH MENDO'AKAN dan MINTA DO'A dari NON MUSLIM, termasuk DO'A BERSAMA,bahkan semua itu DIANJURKAN. (hal. 102 -103, 107).
4. BOLEH MASUK MASJID mana saja dan kapan saja bagi NON MUSLIM, termasukMASJIDIL HARAM dan MASJID NABAWI. (hal. 110 & 118).
5. Hukum JIZYAH melecehkan NON MUSLIM, maka harus DINASAKH. (hal.151- 152).
6. BOLEH Kawin Beda Agama dan HARUS ada Waris Beda Agama (hal. 164 & 167).
2. Buku LOBANG HITAM AGAMA karya Sumanto AI-Qurtuby
(alumnus IAIN Semarang) denganPengantar : Ulil Abshar Abdalla (Kader
Muda NU, Pendiri JIL dan Dir. FreedomInstitute), dan di-endos cover yang
penuh pujian oleh : Gus Dur (Mantan KetuaPBNU & Mantan Presiden
RI), DR. Moeslim Abdurrahman (CendikiawanMuhammadiyah), Anif Sirsaeba
Alafsana (Pengasuh Pesantren Karya BasmalaIndonesia), Ahmad Tohari
(Budayawan), dan Trisno S. Sutanto (Pengamat Sosialdan Keagamaan).
Diterbitkan oleh Ilham Institute dan Rumah Kata, tahun 2005.
ISI BUKU :
1. PENISTAAN TERHADAP AGAMA :
Agama bukan produk Tuhan (hal. 31).
Agama adalah penjajah budaya dan pemasung intelektual (hal. 55 & 58).
Agama mematikan akal dan nalar (hal. 59).
Agama sumber konflik dan pembawa bencana (hal 83 & 37).
Islam
adalah strategi budaya Muhammad dan merupakan sinkretik, serta
campuranbudaya : Judaisme, Kristianisme dan Arabisme (hal 216. 217 dan
225).
Penulisan bahasa arab adalah Arabisme (hal. 22S)
2. PENISTAAN TERHADAP AL-QUR'AN :
Kemaslahatan lebih diutamakan daripada ayat-ayat Tuhan (hal. 31).
Umar ikut menciptakan Al-Qur'an (hal. 32).
Teks Al-Qur'an tidak autentik (hal. 34 & 37).
Nabi dan para sahabat adalah para pencipta Al-Qur'an (hal. 43).
Al-Qur'an angker dan perangkap bangsa Quraisy, serta dibuat oleh manusia danbukan kitab suci (hal. 64 - 65)
Al-Qur'an membelenggu kebebasan dan rnenciptakan tragedi kemanusiaan (hal.117).
Muhammad, Islam dan Al-Qur'an tidak terlepas dari distorsi / penyimpangan (hal.126).
Kandungan Al-Qur'an kontroversi (hal. 142).
Al-Qur'an saja bermasalah, apalagi Kitab Kuning (hal. 146).
3. PENISTAAN TERHADAP NABI, SHAHABAT & ULAMA :
Utsman pelaku nepotisme dan keliru membuat mushaf Al-Qur'an (hal.39).
Nabi
dan para Tokoh Non Muslim seperti : Gandhi, Luther, Bunda Terresa
&Romo Mangun bersama-sama menunggu di Surga (hal. 45).
Kisah Heroik Para Nabi dan Mu'jizatnya hanya dongeng seperti : Sinetron"Saras 008” atau kisah heroik James Bond (hal. 58).
Nalar Politik Tirani dibentuk oleh Khulafa' Rasyidin (hal 124).
Para sahabat Nabi telah memperagakan Politik Islam dengan sangat sempumamengerikannya (hal. 134).
Imam AI-Mawardi mengkhianati hak-hak rakyat dan seorang Rasis / Arabisme(hal150 & 155).
Doktrin Politik Sunni ambigu dan out of date / kadaluarsa (hal 167).
Al-'Asy'ari dan Al-Ma'turidi menjalin persekongkolan politik (hal. 171).
Ahlus Sunnahwal Jama'ah (ASWAJA) adalah sekte yang telah memanipulasi teks-teks keagamaan(hal. 229).
4. PENISTAAN TERHADAP SYARI'AT ISLAM :
Syari'at Islam menciptakan gerombolan mafia dan anjing-anjing penjilatkekuasaan (hal. 70).
Syari'at Islam diskriminatif terhadap perempuan dan non muslim (hal.131-132).
Formalisasi Syari'at Islam bukan hanya Utopis, tapi juga Tirani (hal. 134).
3. PERNYATAAN 10 BESAR TOKOH SEPILIS INDONESIA:
1. KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur); Mantan Ketua Umum PBNU.
"AI-Qur'an
adalah Kitab Suci paling porno di dunia", dilontarkandalam dialog
interaktif di Radio 68H - Utan Kayu, Jakarta, bersama M. GunturRomli,
wartawan Tempo, pada Senin 17 April 2006.
2. Prof DR. Ahmad Syafi'i Ma'arif : Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah :
Di
tahun 2007 membuat tulisan tentang kesamaan umat Islam, Nasrani dan
Yahudidi mata Allah. (Majalah MADINA No.06/Tahun I, Juni 2008, hal. 9).
3. Prof. DR. Dawam Rahardjo : Mantan Pengurus PP Muhammadiyah
1.
"Kalau Islam tidak bisa dikontrol oleh negara sebaiknya Islam
dilarangsaja di Indonesia", dilontarkan dalam Kolokium International
Center Islamand Pluralism (ICIP) pada Selasa, 11 Oktober 2005 di
Jakarta, dikutip http://www.christianpost.co.id/.
2.
"Pindah Agama tidak Murtad!" dilontarkan dalam Sidang MajelisPekerja
Lengkap Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia pada Rabu, 25 Januari2006
di Pekanbaru-Riau, dikutip Suara Pembaruan.
4. Prof. DR. Nasaruddin Umar, MA : Dirjen Bimas Islam Depag RI dan Dosen UINJakarta
"Semua
Kitab Suci bias gender" (maksud bias gender ialah tidak adildalam soal
jenis kelamin, khususnya diskriminatif terhadap wanita). Wawancarayang
dimuat dalarn situs JIL. (50 Tokoh Islam Liberal Indonesia,
BudiHandrianto, hal. 157).
5. Prof. DR. Musdah Mulia. MA : Ahli Peneliti di Depag Rl dan Dosen UIN Jakarta
1.
"Tidak ada perbedaan antara Lesbian dan tidak Lesbian. Dalam
pandanganAllah, orang-orang dihargai didasarkan pada keimanan mereka".
dilontarkandalam Dialog Publik di Jakarta pada 27 Maret 2008. (Suara
Islam edisi 42, 18April - 1 Mei 2008, hal. 12).
2. Di tahun 2004
menjadi Kordinator Tim Pengurus Utamaan Gender (PUG) - DepagRI, yang
menerbitkan Counter Legal Draft - Kompilasi Hukum Islam (CLD - KHI)yang
berisi, antara lain : Poligami tidak sah, Kawin Beda Agama sah,
Laki-lakiterkena 'iddah 130 hari. Waris anak laki dan perempuan sama.
(50 Tokoh IslamLiberal Indonesia Budi Handrianto, hal. 237 - 241).
6. Prof. DR. M. Amin Abdullah Mantan Rektor UIN Yogyakarta.
"Tafsir-tafsir
klasik AI-Qur'an tidak lagi memberi makna dan fungsi yangjelas dalam
kehidupan umat Islam." (Pengantar untuk buku HermeneutikaPembebasan,
karya llham B. Saenong, terbitan Teraju - Jakarta, tahun 2002).
7. Prof.DR.Abdul Munir Mulkhan : Mantan Pengurus Muhammadiyah.
"Jika
semua agama memang benar sendiri, penting diyakini bahwa surga
Tuhanyang satu itu sendiri, terdiri banyak pintu dan kamar Tiap pintu
adalah jalanpemeiuk tiap Agama memasuki kamar surganya." (dari bukunya :
Ajaran danJalan Kematian Syekh Siti Jenar. Kreasi Wacana. Yogyakarta,
tahun 2002, hal.44).
8. DR M Luthfi Asy-Syaukani : Dosen di Universitas Paramadina
1.
"Pada gilirannya, perangkat dan konsep-konsep Agama seperti Kitab
Suci,Nabi, Malaikat, dan lain-lain tak terlalu penting lagi.” (Kompas. 3
September2005).
2. Dalam Dialog antara Luthfi Syaukani - Adnin
Armas, MA di Mailing List(milis) Islam Liberal, tanggal 10 Mei 2001,
Luthfi menyatakan bahwa buku-bukukarya kaum Orientalis atau Liberal
seperti : AAA. Fyzee, M. Watt, H.A.R. Gibb, Denny,Laroui, Nashr Hamid
Abu Zayd, An- Na'im, Fatima Mernissi, dan lain-lain, lebihdisukai dari
pada kitab- kitab Para Ulama Salaf seperti : Syafi’i, Bukhori,Ghazali,
dan lain- lain, yang dinilainya sebagai buku-buku biasa yangmembosankan.
(Pengaruh Kristen-Orientalis terhadap Islam, GIP. Jakarta, tahun2003,
hal. 36-37).
9. UlilAbshar Abdalla, MA : Kader Muda NU dan Pendiri JIL
1.
"Menurut saya, tidak ada yang disebut Hukum Tuhan dalam
pengertianseperti yang dipahami orang Islam. Misalnya Hukum Tuhan
tentang pencurian,jual-beli, pernikahan, pemerintahan dan lain-lain."
(Kompas, 18 November2002)
2. "Rasul Muhammad adalah Tokoh Historis
yang harus dikaji dengan kritis(sehingga tidak hanya menjadi mitos yang
dikagumi saja, tanpa memandangaspek-aspek beliau sebagai manusia yang
juga banyak kekurangannya)."(Kompas, 18 November 2002).
3. "Negara
Sekuler lebih unggul daripada Negara Islam ala fundamentalis,sebab
Negara Sekuler bisa menampung energi kesalehan dan energi
kemaksiatansekaligus." (Tempo edisi 19-25 November 2002).
4. “Semua agama sama. Semuanya menuju jalan kebenaran. Jadi Islam bukan yangpaling benar.” (Gatra, 21 Desember 2002)
5. "Dari segi substansi saya tidak menyesali tulisan saya." (Gatra,21 Desember 2002).
10. Goenawan Mohamad Wartawan Tempo.
Tokoh
SEPILIS yang RASIS dan FASIS serta berhaluan SOSIALIS, pernah
MEMBELASALMAN RUSHDI dengan alasan kebebasan mencipta, dan MEMBELA
AHMADIYAH denganalasan kebebasan beragama, serta MENOLAK RUU ANTI
PORNOGRAFI DAN PORNOAKSI (RUUAPP) lewat tulisannya yang berjudul: RUU
Porno : Arab atau Indonesia ? Diamenyimpulkan bahwa RUU APP adalah
ARABISASI (Koran Tempo 8 Maret 2006)
SUMBER : http://www.fpi.or.id/index.php?p=detail&nid=73
Tidak ada komentar:
Posting Komentar