Minggu, 12 Januari 2014

Waspadai "PERANG PEMIKIRAN" Melawan Faham Liberalisme Agama , Pluralisme, & sekulerisme

AWAS BAHAYA SEPILIS(SEKULERISME,LIBERALISME,PLURALISME)

1. Sekularisme

Sekularisme secara sederhana dapat didefinisikan sebagai doktrin yang menolakcampur tangan nilai-nilai keagamaan dalam urusan manusia, singkatnya urusanmanusia harus bebas dari agama atau dengan kata lain agama tidak boleh mengintervensi urusan manusia. Segala tata-cara kehidupan antar manusia adalahmenjadi hak manusia untuk mengaturnya, Tuhan tidak boleh mengintervensinya.

Sikap orang-orang Sekularis ini terlihat angkuh, sombong bahkan sangatmenggelikan, bagaimana tidak, mereka seakan-akan lebih mengetahui mana yangbaik dan mana yang buruk bagi urusan manusia melebihi Allah SWT yang telahmenciptakannya. Memang patut diakui, orang-orang Sekularis adalah orang-oranggenius dan brillian bahkan dengan gelar pendidikan profesor-doktor yangmenyilaukan mata, tetapi sangat tidak pantas bila mereka lantas merasa lebihtahu urusan manusia dari pada Allah SWT yang menciptakannya.

Negara Sekuler berarti negara yang mengatur kehidupan warganya tanpamengikutkan campur tangan nilai-nilai agama, dengan kata lain negara dengan nolagama. Mendiang Cak Nur pernah mengatakan Islam Yes partai Islam no yangartinya silahkan saja beragama Islam, tetapi tidak usah membuat partai yangmemperjuangkan Islam. Lebih jauh makna tentang ungkapan itu adalah tidak usahmembawa-bawa nilai-nilai agama ke dalam parlemen, silahkan saja amalkan agamasecara pribadi, biar negara yang mengatur urusan warganya.

Allah SWT telah memperingatkan terhadap tipu daya orang-orang Sekularis yangartinya :
“Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yangmengadakan perbaikan".
“Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan,tetapi mereka tidak sadar” QS. 2:11-12

2. Liberalisme

Sebenarnya ada banyak macam Liberalisme, ada ekonomi Liberal, politik Liberal,demokrasi Liberal, Kristen Liberal, Islam Liberal dan lain sebagainya, yangakan kita coba tarik defenisinya adalah Islam Liberal.
Islam artinya tunduk patuh atau pasrah dan Liberal artinya bebas, jadi Islamliberal adalah tunduk patuh tapi bebas. Sesungguhnya istilah Islam liberaladalah istilah yang kontradiktif, masa Islam liberal, masa tunduk patuh bisabebas. Jadi kalau ada orang mengatakan “saya adalah penganut Islam Liberal”adalah pengakuan yang keliru lagi keblinger walaupun dia seorangprofesor-doktor, mungkin saja pengakuannya supaya terkesan keren, atau mungkinuntuk menipu umat Islam dengan istilah-istilah yang keren, Allah SWT berfirmanyang artinya :

“ sebagian mereka membisikkan kepada sebagian lain perkataan-perkataan yangindah-indah untuk menipu (manusia).” QS. 6:112
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyamenipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. QS. 2:9

Namun yang dimaksud Islam Liberal dalam praktek adalah kebebasan dalammenafsirkan ajaran-ajaran Islam agar Islam compatible dengan modernitas,compatible dengan perkembangan zaman. Untuk mencapai tujuan tersebut harusdilakukan penafsiran ulang atas al-Qur”an, tidak boleh mengikuti metode tafsirulama-ulama terdahulu, menafsirkan al-Qur”an harus dengan cara kontemporer ataumodern, bahkan harus membuang jauh-jauh sunnah Rasulullah saw dan menghujat ulama-ulamabesar seperti Imam Syafi”i.

Banyak sekali yang akan dirombak ulang oleh Islam Liberal antara lainmenghalalkan khamer, membolehkan zina asal tidak melanggar hak orang lain,tidak mengkafirkan umat di luar Islam agar bisa kawin secara lintas agama atauagar agama lain dapat dihukumi sama-sama akan masuk sorga dan masih banyak lagihukum-hukum yang akan dirombak semuanya agar Islam dapat mengikuti dan sesuaidengan perkembangan zaman.

Menelusuri Akar Pemikiran Liberalisme
Liberalisme telah masuk ke dalam semua kelompok masyarakat manusia. Tidakterkecuali kaum muslimin. Indonesia sebagai Negara dengan mayoritas pendudukberagama Islam pun demikian. Pengaruh liberalisme telah merasuk ke dalam semualini kehidupan banyak masyarakat kaum muslimin di negeri ini.

Selain faktor internal kaum muslimin yang lemah dari sisi komitmen merekaterhadap agamanya, terutama persoalan yang berkaitan dengan akidah, tersebarnyaaliran pemikiran liberalisme tidak lepas dari peran Barat yang sangat giatmenyebarkannya melalui kekuatan politik, ekonomi dan teknologi informasi yangmereka miliki. Dan disinyalir, kaum muslimin adalah sasaran utama dari invansipemikiran ini. Karena, sebagaimana yang dikatakan oleh Samuel P. Huntingtondalam bukunya yang berjudul “Clash Of Civilization” (Benturan Peradaban),setelah jatuhnya aliran Komunisme, maka tantangan Barat selanjutnya adalahIslam. Menurutnya, “bahaya Islam” lebih berat dari peradaban-peradaban yanglain seperti Cina, Jepang dan negeri-negeri Asia Utara yang lain.

Selain itu, keyakinan Barat terhadap konsep liberal di antaranya jugadiinspirasi oleh tesis Francis Fukuyama dalam “The End Of History” (AkhirSejarah) yang menyebutkan bahwa demokrasi liberal adalah titik akhir darievolusi sosial budaya dan bentuk pemerintahan manusia.[1]

Sebagai umat Islam, tentu kita tidak ingin peradaban Islam yang di bangundiatas akidah dan nilai-nilai agama Allah ini dirusak oleh orang-orang kafirdengan pemikiran-pemikiran luar itu. Islam adalah agama yang sempurna denganajaran yang bersumber dari wahyu Allah, Pencipta yang Mahamengetahui segalakebutuhan makhluk-makhluk-Nya. Karenanya Islam tidak membutuhkan isme-isme danideologi dari luar. Allah berfirman:

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkankepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. AlMaidah [5]: 3)

Sejarah Liberalisme
Sejarah kemunculan liberalisme terbentang dari sejak abad ke-15, saat Eropamemulai era kebangkitan (Renaissance) mereka sampai sekitar abad ke-18 masehi,setelah sebelumnya dari sejak abad ke-5, orang-orang Eropa hidup dalam erakegelapan (Dark Ages).[2]

Dr. Abdurrahim Shamâyil mengatakan, “Liberalisme secara teori politik, ekonomidan sosial tidak terbentuk dalam satu waktu dan oleh satu tokoh pemikir, akantetapi ia dibentuk oleh sejumlah pemikir. Liberalisme bukan pemikiran John Luke(w 1704), bukan pemikiran Rousseau (1778), atau pemikiran John Stuart Mill (w1873), akan tetapi setiap dari mereka memberikan konstribusi yang sangat berartiuntuk ideologi liberalisme.”[3]

Sejarah liberalisme dimulai sebagai reaksi atas hegemoni kaum feodal pada abadpertengahan di Eropa. Sebagaimana diketahui, Kristen adalah agama yang telahmengalami perubahan dan penyimpangan ajaran. Pada tahun 325 M, Imperium Romawimulai memeluk agama Kristen yang telah mengalami perubahan tersebut, yaitusetelah agama Kristen merubah keyakinan tauhid menjadi trinitas danpenyimpangan-penyimpangan yang lainnya.



Pada saat yang sama, sistem politik yang dianut oleh penguasa untuk memerintahrakyatnya ketika itu adalah feodalisme; sistem otoriter yang zalim, menekan danmemasung kebebasan masyarakat. Sistem feodal berada pada puncaknya di abad ke-9Masehi ditandai dengan munculnya kerajaan-kerajaan dan hilangnya pemerintahanpusat. Kaum feodal terbagi menjadi tiga unsur ketika itu; (1) intitusi gereja,(2) kaum bangsawan dan (3) para raja. Semuanya memperlakukan rakyat yangbermata pencaharian sebagai petani dengan otoriter, zalim dansewenang-wenang.[4]

Kehidupan beragama dibawah institusi gereja juga sarat dengan penyimpangan.Tersebarnya peribadatan yang tidak memiliki landasan dalam kitab suci danmerebaknya surat pengampunan dosa adalah diantaranya. Paus Roma, ketika merekamembutuhkan dana untuk membiayai aktifitas Gereja, mereka menerbitkan suratpengampunan dosa dan menghimbau masyarakat untuk membelinya dengan iming-imingmasuk surga. Pendapat-pendapat tokoh agama pun bersifat absolut dan tidak bolehdigugat. Alquran juga menyebutkan di antara penyimpangan mereka:

“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhanselain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahalmereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhakdisembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS.At Taubah [9]: 31)

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orangalim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang denganjalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah.” (QS. AtTaubah [9]: 34)

Penyimpangan keyakinan, ditambah dengan sistem politik otoriter inilah faktorutama yang kemudian melahirkan pemikiran liberal. Saat masyarakat tertekan danhidup dalam kezaliman, muncullah reaksi yang bertujuan kepada kebebasan hidup.Hal yang telah menjadi sunnatullah.[5]

Kesadaran masyarakat Eropa yang ingin bebas dari segala bentuk tekanan itumengharuskan mereka untuk melakukan tranformasi pemikiran. Diantara prosestransformasi pemikiran ini adalah reformasi agama. Pada akhir abad ke-15,muncul seorang tokoh Gereja asal Jerman bernama Martin Luther (w 1546),kemudian diikuti oleh John Calvin (w 1564), lalu John Nouks (w 1572). Merekamelakukan perlawanan terhadap Gereja Katolik yang kemudian mereka beri namaProtestan.[6]

Gerakan reformasi agama yang dilakukan oleh Luther ini memiliki pengaruh besardalam sejarah liberalisme selanjutnya. Rumusan pemikiran Luther dapatdisimpulkan menjadi beberapa poin berikut:

Otoritas agama satu-satunya adalah teks-teks Bible dan bukan pendapattokoh-tokoh agama.

Pengingkaran terhadap sistem kepausan gereja yang berposisi sebagai khalifahalmasih.

Menegasikan keyakinan pengampunan atau tidak diampuni (dari institusi geraja).

Ajakan kepada liberalisasi pemikiran, keluar dari tirani tokoh agama danmonopoli mereka dalam memahami kitab suci, klaim rahasia suci serta pengabaianperan akal atas nama agama.[7]

Gerakan ini disebut sebagai gerakan liberal karena ia bersandar kepadakebebasan berfikir dan rasionalisme dalam menafsirkan teks-teks agama.[8]


Perlawanan terhadap gereja dan feodalisme terus berlanjut di Eropa. Runtuhnyafeodalisme menutup abad pertengahan dan abad selanjutnya disebut dengan abadpencerahan (Enlightment). Beberapa tokoh pemikiran muncul. Di Perancis, JeanJacues Rousseau (w 1778) dan Voltaire (w 1778) adalah diantara pemikir yangperannya sangat berpengaruh. Karya-karya mereka berdua menjadi inspirasigerakan politik Revolusi Perancis pada tahun 1789, puncak dari perlawanan terhadaphegemoni feodal.

Namun, gerakan yang tadinya sebagai reformasi agama, pada perkembanganselanjutnya perlawanan terhadap gereja mengarah kepada atheisme. Para pemikirdan filusuf Perancis rata-rata adalah para atheis yang tidak mengakuikeberadaan agama. Sejarah panjang agama Kristen dari sejak penyimpangan danperubahan ajaran hingga perang agama yang meletus akibat reformasi Luthermemunculkan kejenuhan yang berakibat hilangnya kepercayaan masyarakat terhadapagama. Kebebasan rasional (akal) secara mutlak akhirnya menjadi ciri utama darigerakan ini.[9]

Dr. Abdulaziz al Tharify mengatakan, “Pengagungan terhadap akal semakin nampakpada waktu-waktu revolusi. Mereka mengangkatnya dan mempertuhankannya. Sebagianmereka bahkan mengatakan bahwa ini adalah penyembahan terhadap akal. Para tokohrevolusi mengajak orang-orang untuk meninggalkan agama, terkhusus agamakatolik, mereka memutuskan hubungan Perancis dengan Vatikan. Dan pada tanggal24 November 1793 M, mereka menutup gereja-gereja di Paris, merubah sekitar 2400fungsi gereja menjadi markaz-markaz rasionalisme dan untuk pertama kalinyadigagas soal kebebasan kaum wanita.”[10]

Intinya, titik tolak liberalisme berangkat dari perlawanan terhadap penguasaabsolut raja dan institusi gereja yang mengekang kebebasan masyarakat.[11]

Pengertian Liberalisme

Secara etimologi, Liberalisme (dalam bahasa inggris Liberalism) adalah derivasidari kata liberty (dalam bahasa inggris) atau liberte (dalam bahasa Perancis)yang berarti “bebas”. Adapun secara terminologi, para peneliti mengemukakanbahwa Liberalisme adalah terminologi yang cukup sulit untuk didefinisikan. Halitu karena konsep liberalisme yang terbentuk tidak hanya dalam satu generasi,dengan tokoh pemikiran yang bermacam-macam dan orientasi yang berbeda-beda.

Dalam al Mawsû’ah al ‘Arabiyyah al Âlamiyyah dikatakan, “Liberalisme termasukterminologi yang samar, karena makna dan penegasannya senantiasa berubah-ubahdalam bentuk yang berbeda dalam sepanjang sejarahnya.”[12]

Namun demikian, liberalisme memiliki esensi yang disepakati oleh seluruhpemikir liberal pada setiap zaman, dengan perbedaan-perbedaan trend pemikirandan penerapannya, sebagai cara untuk melakukan reformasi dan menciptakanproduktifitas. Esensi ini adalah, bahwa liberalisme meyakini kebebasan sebagaiprinsip dan orientasi, motivasi dan tujuan, pokok dan hasil dalam kehidupanmanusia. Ia adalah satu-satunya sistem pemikiran yang hanya menghendaki untukmensifati kegiatan manusia yang bebas, menjelaskan dan mengomentarinya.[13]

Dr. Sulaiman al Khurasyi mengatakan, “Liberalisme adalah aliran pemikiran yangberorientasi kepada kebebasan individu, berpandangan wajibnya menghormatikemerdekaan setiap orang, meyakini bahwa tugas pokok negara adalah melindungikebebasan warganya seperti kebebasan berfikir dan berekspresi, kepemilikanswasta dan yang lainnya. Aliran pemikiran ini membatasi peran penguasa danmenjauhkan pemerintah dari kegiatan pasar. Aliran ini juga dibangun diatasprinsip sekuler yang mengagungkan kemanusiaan dan berpandangan bahwa manusiadapat dengan sendirinya mengetahui segala kebutuhan hidupnya.
Dalam Acodemik American Ensiclopedia dikatakan, “Sistem liberal yang baru (yangtermanifestasi dalam pemikiran abad pencerahan) memposisikan manusia sebagaituhan dalam segala hal. Ia memandang bahwa manusia dengan seluruh akalnya mampumemahami segala sesuatu, Mereka dapat mengembangkan diri dan masyarakatnyamelalui kegiatan rasional dan bebas.”[14]

Karakteristik Liberalisme


Walaupun liberalisme bukan terdiri dari satu trend pemikiran, namun kita dapatmengenali aliran ini dengan karakteristik khusus. Karakter paling kuat yang adadalam aliran ini adalah:

- Kebebasan Individu
Setiap orang bebas berbuat apa saja tanpa campur tangan siapa pun, termasuknegara. Fungsi negara adalah melindungi dan menjamin kebebasan tersebut darisiapapun yang mencoba untuk merusaknya. Oleh karena itu, liberalisme sangatmementingkan kebebasan dengan semua jenisnya. Kekebasan berkreasi, berpendapat,menyampaikan gagasan, berbuat dan bertindak, bahkan kebebasan berkeyakinanadalah tema yang mereka ingin wujudkan dalam kehidupan ini.
Kebebasan dalam pandangan mereka tidak berbatas, selama tidak merugikan danbertabrakan dengan kebebasan orang lain. Kaidah kebebasan mereka berbunyi,“Kebebasan Anda berakhir pada permulaan kebebasaan orang lain.”[15]

- Rasionalisme
Penganut liberalisme meyakini bahwa akal manusia mampu mencapai segalakemaslahatan hidup yang dikehendaki. Standar kebenaran adalah akal atau rasio.Karakter ini sangat kentara dalam pemikiran liberal. Rasionalisme diantaranyanampak pada:
Pertama,  keyakinan bahwa hak setiap orang bersandarkepada hukum alam. Sementara hukum alam tidak dapat diketahui kecuali denganakal melalui media indera/materi atau eksperimen. Dari sini kita mengenalaliran filsafat materialisme (aliran filsafat yang mengukur setiap kebenaranmelalui materi) dan empirisme (aliran filsafat yang menguji setiap kebenaranmelalui eksperimen).Kedua,  negara harus bersikap netral terhadap semuaagama. Karena tidak ada kebenaran yang bersifat yakin atau absolut, yang adaadalah kebenaran yang bersifat relatif. Ini yang dikenal dengan “relatifismekebenaran”.Ketiga,perundang-undangan yang mengatur kebebasan ini semata-mata hasil dari pemikiranmanusia,  bukan syariat agama.[16]
Perspektif Islam

Dari latar belakang sejarah liberalisme yang telah dipaparkan di atas, kitadapat menilai bahwa liberalisme jelas sangat bertolak belakang dengan ajaranIslam. Sejarah kemunculannya yang sangat dipengaruhi oleh situasisosial-politik dan problem teologi Kristen ketika itu dapat kita jadikan alasanbahwa Islam tidak perlu, dan tidak akan perlu menerima liberalisme. Karenasepanjang sejarahnya, Islam tidak pernah mengalami problem sebagaimana yangdialami oleh agama Kristen. Oleh karena itu, tidak ada alasan mendasar bagiIslam untuk menerima konsep liberalisme dengan semua bentuknya.
Apalagi jika ditilik dari konsep pokoknya, pemikiran liberalisme sangatbertentangan dengan ajaran Islam. Kebebasan mutlak ala liberalisme adalahkebebasan yang mencederai akidah Islam, ajaran paling pokok dalam agama ini.Liberalisme mengajarkan kebebasan menuruti semua keinginan manusia, sementaraIslam mengajarkan untuk menahannya agar tidak keluar dari ketundukan kepadaAllah. Hakikat kebebasan dalam ajaran Islam adalah, bahwa Islam membebaskanmanusia dari penghambaan kepada sesama makhluk, kepada penghambaan kepada Rabbmakhluk, Begitu pun dengan otoritas akal sebagai sumber nilai dan kebenarandalam ‘ajaran’ liberalisme. Sumber kebenaran dalam Islam adalah wahyu, bukanakal manusia yang terbatas dalam mengetahui kebenaran. Dengan demikian,menerima liberalisme berarti menolak Islam, dan tunduk kepada Islamberkonsekwensi menanggalkan faham liberal.

Wallâhu ‘alam wa shallallâhu ‘ala nabiyyinâMuhammad.

Riyâdh, KSA 11 Rajab 1433 H/2 Juni 2012 M



Penulis: Ustadz Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc
Artikel Muslim.Or.Id


[1] al Librâliyyah, Nasy`atuhâ wa Majallâtuhâ, Dr.Abdurrahim Shamâyil al Sulami

[2] Usus al Nahdhah al Râsyidah, hal. 9, Ahmad al Qashash.

[3] al Librâliyyah Nasy`atuhâ wa Majallâtuhâ

[4] Haqîqatu al Librâliyyah wa Mawqiful Islâm minhâ, hal. 29, Dr Sulaiman alKhurasyi

[5] Idem, hal 30.

[6] Al ‘Aqliyyah al Librâliyyah, Dr. Abdul aziz al Tharify.

[7] Lihat Muhâdharât fî al Nashrâniyyah, hal. 224 [Haqîqatu al Librâliyyah waMawqiful Islâm minhâ, hal. 34]

[8] Haqîqatu al Librâliyyah wa Mawqiful Islâm minhâ

[9] Lihat al Nidzâm al Siyâsy al Islâmy wa al Fikri al Librâly, hal. 39-47, Dr.Muhammad al Jauhay Hamad al Jauhary.

[10] Al ‘Aqliyyah al Librâliyyah, hal. 70, Dr. Abdul aziz al Tharify

[11] Artikel “Melacak Akar dan Manifesto Liberalisme”

[12] Al Mawsû’ah al ‘Ârabiyyah al Âlamiyyah, 21/247 [al Librâliyyah Nasy`atuhâwa Majallâtuhâ]

[13] Mafhûm al Hurriyyah, hal. 39, Abdullah al ‘Arawi [al LibrâliyyahNasy`atuhâ wa Majallâtuhâ]

[14] Haqîqatu al Librâliyyah wa Mawqiful Islâm minhâ, hal. 12-13.

[15] al Librâliyyah Nasy`atuhâ wa Majallâtuhâ

[16] Haqîqatu al Librâliyyah wa Mawqiful Islâm minhâ, hal. 24-25 denganpenyesuaian.

Dari artikel 'Menelusuri Akar Pemikiran Liberalisme —

Muslim.Or.Id'

INTIKESESATAN AJARAN LIBERAL

Keimanan Seorang Muslim
ajaran Islam yang sempurna, lengkap, penuh barakah; kita tinggal mengikuti, menghidupkan,mensyukuri, dan mempertahankannya sekuat kemampuan. Inilah hakikat jalan Islam.
Dalam AlQur’an disebutkan perkataan Nabi Ya’qub ‘alaihissalam kepada anak-anaknya,ketika beliau mengalami sakaratul maut. Beliau bertanya kepada putra-putranya,“Apa yang akan kalian sembah, setelah aku (wafat nanti)?” Mereka menjawab:“Kami menyembah Ilah-mu, dan Ilah ayahmu, yaitu Ibrahim, Ismail, dan Ishaq,yaitu Ilah yang satu (Allah). Dan kepada-Nya kami berserah diri (Muslimun).”(Al Baqarah: 133).
Dalam ayatlain disebutkan perkataan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, “Dan ketika Dia(Allah) berkata kepadanya (Ibrahim ‘alaihissalam): ‘Berserah dirilah (wahaiIbrahim)!’ Dia (Ibrahim) menjawab, ‘Aku berserah dirikepada Rabb alam semesta (Allah).” (Al Baqarah: 131).
Dan lebih tegas lagi dikatakan, “Dan Ibrahim telah mewasiatkan (ajaranberserah diri kepada Allah) kepada anak-anaknya, dan begitu juga Ya’qub,(Ibrahim berkata) ‘Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilihkan bagikalian agama ini (berserah diri kepada Allah), maka janganlah kalian mati kecualidalam keadaan Muslim (sebagai orang yang berserah diri kepada Allah).” (AlBaqarah: 132).
Kenyataan yang sangat menakjubkan, ketiga ayat di atas berurutan,menggambarkan komitmen keluarga Ibrahim As. kepada agama Allah, dan semuanyamemakai kata Muslim atau Muslimun. Hal ini semakin menandaskan,bahwa agama yang kita peluk selama ini adalah sama dengan ajaran Nabi-nabi dimasa lalu, hanya saja aturan Syariatnya berbeda. Kita juga disebut sebagai pengikut Millah Ibrahim yanglurus (hanif). Tidak ada keraguan lagi, walhamdulillah.
SeorangMuslim bukan hanya diajak untuk berserah diri kepada Allah, tetapi juga diberitahu cara menghadapi para pembangkang. Dalam Al Qur’an disebutkan, “Jikamereka mendebatmu (wahai Muhammad shallallah ‘alaihi wa sallam tentangkebenaran Islam) maka katakanlah: ‘Aku pasrah diri kepada Allah dan begitu pulaorang-orang yang mengikutiku.’ Dan katakan kepada orang-orang yang telah diberiAl Kitab (Yahudi dan Nashrani), ‘Apakah kalian mau masuk Islam? Jika kalianmasuk Islam, maka kalian akan mendapat petunjuk.’ Namun jika mereka menolak(masuk Islam), maka kewajibanmu (wahai Muhammad) hanyalah menyampaikan(ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.” (Ali Imran:20).
Danhebatnya, ayat di atas disebutkan setelah ayat berikut: “Sesungguhnya agamayang diridhai di sisi Allah hanyalah Al Islam.” (Ali Imran: 119). Tentubukan kebetulan jika ayat-ayat tersebut kita terima dalam keadaan berurutan.Mungkin salah satu hikmahnya adalah untuk membentengi Islam dari penafsiranmanusia-manusia keblinger seperti kaum Liberaliyun itu. Seperti disebutkan diatas, Allah Maha Melihat keadaan hamba-hamba-Nya.
Jika belumjelas, maka kita perhatikan ayat lain. Allah Ta’alapernah berpesan kepada Adam ‘alaihissalam dan isterinya, sebelum merekaditurunkan ke dunia. “Maka jika nanti datang kepada kalian petunjuk darisisi-Ku, maka siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada kekhawatiran atasmereka, dan tidak pula mereka akan bersedih hati.” (Al Baqarah: 38).
Dalam ayat ini, mengikuti petunjuk Allah memiliki akibat yang sangat besar,yaitu pembebasan dari khauf (rasa takut) dan hazn (kesedihanhati). Padahal hakikat kebahagiaan manusia akan diperoleh ketika seseorangdibebaskan dari segala macam kegelisahan (anxiety) dan ketakutan (fear).Jadi sumber kebahagiaan bukanlah membebaskan diri dari tuntunan agama (Islam),seperti yang dilakukan kaum Liberaliyun; tetapi justru secara baik mengikutipetunjuk agama tersebut.
Logikanya, kalau Anda memiliki sebuah piranti elektronik (misalnya kulkas),maka cara terbaik merawat piranti itu adalah dengan mengikuti DIRECTIONyang dikeluarkan oleh produsennya. Kalau ngarang sendiri, ataumemperlakukan peralatan seenaknya sendiri, hasilnya jelas kerusakan.
Menariknya, ayat di atas (Al Baqarah ayat 38) itu dikunci dengan ayatselanjutnya yang sangat gamblang, “Dan bagi orang-orang yang kafir danmendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal didalamnya.” (Al Baqarah: 39). Bayangkan, Al Qur’an menjelaskan masalah inidengan amat jelas; tidak ada keraguan apapun, kecuali di mata orang-orangzhalim.
Inilah manhaj Islam, yaitu: Mengikuti tuntunan agama Allah secara ikhlasdengan kepasrahan hati tunduk mengikuti bimbingan ayat-ayat-Nya. Hal inipula yang mengikatkan dengan para pengikut agama Allah di jaman Nabi-nabi danRasul di masa lalu ‘alaihimus shalatu wassalam.
Kesesatan Ajaran Liberal
Sepertitelah disebutkan bahwa posisi seorang Muslim bukanlah pembuat, penyusun,pengkritik, juri, atau komentator wahyu. Seorang Muslim hanya semata mengikutipetunjuk Allah dan Rasul-Nya. Mereka running on the direction, berjalanmengikuti petunjuk tertentu. Ayat-ayat Al Qur’an menjelaskan hal itu. Adapunpemikiran “berserah diri” Nurcholis Madjid adalah kesesatan yang terlalu jauh.Sungguh malu melansir pemikiran-pemikiran seperti itu.
Lalu sisimana yang menunjukkan kesalahan paham Liberal?
SeorangMuslim pada hakikatnya menerima Islam sebagai agama yang telah lengkap,sempurna, dan diridhai seperti disebut dalam Surat Al Maa’idah ayat 3. Begituhebatnya ayat ini sampai orang Yahudi di jaman Khalifah Umar radhiyallahu‘anhu merasa sangat iri kepada Ummat Islam. Mereka mengatakan, andai ayatitu diturunkan kepada kaum Yahudi, hari turunnya akan mereka peringati sebagaihari raya. Luar biasa! Yahudi mengerti keagungan Surat Al Maa’idah ayart 3 itu,padahal mereka masih berstatus kafir.
Tetapientahlah, di negeri kita ini tiba-tiba mendapati gerombolan anak-anak iblisyang berani melecehkan kelengkapan, kesempurnaan, dan keridhaan Allah atas Islam.Alih-alih mereka akan sadar tentang sikap kagum orang-orang Yahudi itu, dengansangat arogan mereka mengatakan: “Kita butuh Islam yang dinamis, yang terusbergerak dan berkembang. Bukan Islam finished (sudah selesai), Islamterima beres, atau Islam tinggal pakai. Kita butuh Islam yang sesuaimodernitas, membebaskan, menghargai akal, tidak memasung wanita, dansebagainya.”
Ya Rabbi yaKarim, sudah baik-baik diberi Syariat yang sempurna, lengkap, tidak adakekurangan dari kanan dan kirinya, tetapi malah mencari-cari perkara lain yangtidak dibutuhkan. Persis seperti kelakuan Bani Israil, ketika mereka diberiManna dan Salwa, kualitas makanan terbaik; mereka malah meminta bawang,mentimun, kacang adas, dan sebagainya. Seperti kata pepatah, “Diberi hati memintaampela.”
Kaum Liberalmemandang Islam sebagai obyek, sebagai klien, sebagai materi observasi, sebagaipasien. Mereka memandang ke arah Islam dengan penuh prasangka, dengan penuhkecurigaan, motif menyelidiki, serta berbagai pertanyaan investigatif. Merekamenetapkan syarat-syarat yang banyak ketika hendak menerima Islam.Seharusnya, seperti yang dijelaskan oleh Al Qur’an, terimalah Islam ini apaadanya, secara ikhlas dan rendah hati. Janganarogan, jangan merasa sok pintar, jangan menjadi juri bagi agama ini.
Karakter keimanan seorang Muslim digambarkan dengan sangat jelas dalam AlQur’an, “Telah beriman Rasul itu kepada apa yang diturunkan kepadanya, danbegitu pula orang-orang Mukmin (juga mengimaninya). Masing-masing merekamengimani Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, dan Rasul-rasul-Nya, danmereka tidak membeda-bedakan di antara Rasul-rasul-Nya. Dan mereka berkata, ‘Sami’nawa atha’na’ (kami mendengar dan kami taat), ampunilah kami wahai Rabb kami,dan kepada-Mu kami kembali.” (Al Baqarah: 285).
Tidak benar seseorang mengaku Muslim, tetapi menetapkan kepada Allahsyarat-syarat keimanan. Misalnya, “Ya Allah, kami mau beriman kepada-Mu kalaukami mendapat untung. Kalau kami merugi, tidak ada keimanan bagi-Mu.” Sikapmemberi syarat seperti ini adalah kebathilan yang nyata. Bahkan pada posisiitu, seseorang belum bisa dikatakan sebagai Muslim, sebab hatinya belum tundukmerendahkan diri kepada Allah Ta’ala.
Orang-orang seperti Musdah Mulia, Ulil Abshar, Luthfi Syaikani, dansejenisnya itu, mereka tidak bisa disebut sebagai Muslim. Mereka adalah “juriagama”, yaitu orang-orang super arogan, yang merasa sok pintar, dan kerjanyamenilai agama-agama. Mereka itu seperti komentator agama, pintar memutar-mutarlidah bicara tentang agama, tetapi diri mereka sendiri bukan orang beragama.Agama mereka adalah FREE THINKING (kebebasan berpikir). Semua ini adalah hakikat kekafiran yang nyata. Tidak ada beda antara mereka dengan Fir’aun, AbuJahal, Abu Lahab, dan sebagainya. Mereka adalah manusia-manusia arogan yangtidak mau merendahkan diri di hadapan Kalamullah, dan mereka menyembah hawanafsunya sendiri.
Seperti disebut dalam Al Qur’an, “Tahukah kamu tentang orang yangmenjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya? Apakah kamu menjadi pemeliharaatas dirinya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan dari mereka itu bisamendengar dan berakal? Keadaan mereka tak lebih seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesatdari itu.” (AlFurqan: 44).
Orang-orangyang menetapkan sekian syarat-syarat sebelum menerima ajaran Islam, padadasarnya mereka adalah para pembangkang. Karakter seorang Muslim adalah “sami’nawa atha’na” (kami mendengar dan kami taat). Ini karakter paten sejakseseorang memahami dirinya sebagai Muslim, sampai saat dia berpulang kembalikepada Allah Ta’ala. Kalau sudah Muslim, tidak ada hak untuk membangkangsedikit pun. Seperti disebutkan dalam Al Qur’an, “Maka demi Rabbmu, padahakikatnya mereka tidak beriman sampaikan menjadikan kamu (Muhammad) sebagaihakim atas perselisihan di antara mereka, kemudian kamu tidak mendapatikeberatan dalam diri mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan merekamenerima dengan sepenuhnya.” (An Nisaa’: 65).

Agama Orang Liberal
Sebenarnya,upaya mencari kebenaran tidaklah dihalang-halangi. Siapapun yang inginmelakukan perbandingan konsep ideologi antara Islam dengan agama-agama lain,silakan saja. Toh, orang-orang yang telah melakukan hal itu, lalu kemudianmereka masuk Islam secara ikhalas tidak sedikit.
Tetapi dalam hal ini, harus diingat 2 hal:
Pertama, saatseseorang ingin menguji ajaran Islam, atau menjadikan Islam sebagai obyekobservasi (pengamatan), pada saat itu sebenarnya dia sedang berada ‘di luarpagar’ Islam. Artinya, suatu saat dia bisa ‘masuk ke halaman’ Islam, ataumemilih ‘mencari halaman rumah’ yang lain.
Kedua, kalauseseorang telah menemukan Islam sebagai kebenaran, dia harus menjalani jalanhidup seorang Muslim, yaitu tunduk kepada tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Tidakmengapa pada awalnya mereka bersikap menguji, tetapi setelah mantap hatinya,dia istiqamah menjadi seorang Muslim. Tidak dibenarkan sikap menguji ituberlaku terus-menerus sampai dirinya mati.
Adapun orang-orang Liberal itu, seluruh hidupnya hanya berisi menggugat,mengkritik, menguji, mengomentari, dan menyelidiki Islam. Jelas mereka tidakbisa disebut Muslim, tetapi leboh tepat disebut “
komentator Islam”.Menyebut mereka sebagai cendekiawan Muslim adalah pelecehan berat terhadapIslam.

Agama dimanapun pasti membutuhkan komitmen pemeluknya. Bukan hanya Islam,bahkan seluruh agama-agama membutuhkan komitmen pemeluknya. Kalau Andamenjumpai seorang Kristen yang sepanjang hidupnya selalu bolak-balikkeyakinannya; mula-mula Kristen, lalu jadi Muslim, lalu pindah Budha, lalu jadiHindu, lalu Agnostik, lalu Ateis, lalu Kristen lagi; sungguh, orang seperti ituakan sangat dibenci oleh semua pemeluk agama, sebab tidak memiliki komitmen.Dalam perkara apapun, sampai urusan bekerja di perusahaan, mereka akan sangatmenghargai komitmen dan loyalitas.
Adapun orang-orang sejenis Ulil Abshar, Luthfi Syaukani, Musdah Mulia, danlainnya, mereka tidak jelas status agamanya. Disebut Muslim, tetapi kerjaannyaselalu menguji Islam; disebut Kristen tidak pernah datang ke gereja; disebutYahudi, mereka bukan beretnis Yahudi; disebut Hindu, Budha, dan sebagainya,mereka tidak pernah melakukan ritual di kuil. Sungguh, para pemeluk agamaapapun akan mual kalau memiliki pemeluk seperti mereka. (Saya sarankan, merekamengubah KTP-nya dan mengganti keterangan Islam dalam KTP itu dengan agamalain. Kalau perlu,carilah agama yang membolehkan mereka menjadi “komentator agama” seumur hidup.Itu lebih gentle, wise, dan rasional.

Menghadapi Kaum Liberal

Orang-orangLiberal memiliki ciri khas tidak ada duanya, terutama dalam kedengkian merekakepada Islam dan Muslim yang komitmen. Mereka selalu mengatakan: “Kita harus menafsirkan Islam dengan cara baru, bukan Islammenurut cara pandang jaman batu, bukan Islam hasil produk budaya Arab, bukanIslam yang ‘sudah selesai’. Islam harus ditafsirkan pikiran terbuka, rasional,sesuai semangat jaman, membebaskan manusia, menghargai martabat wanita,menghargai pluralitas, dan tidak ekstrem dan berbau kekerasan.”Intinya adalah pembangkangan, hanya diucapkan dengan kalimat-kalimatintelektualis menipu, Jika Anda menghadapiorang-orang seperti ini, perlu memahami cara-cara mematahkan pemikiran mereka.Antara lain sebagai berikut:
[1] Ketika mereka mengharuskan kita menafsirkan Islam dengan cara-caratertentu, kita perlu bertanya kepada mereka, “Siapa yang menyuruh kitamenafsirkan Islam seperti itu? Adakah perintahnya dalam Al Qur’an atau Sunnah?Atau adakah contohnya dari ulama-ulama yang shalih dari masa lalu?” Kalaumereka tidak bisa mendatangkan bukti-bukti perintah atau teladan, berartipemikiran mereka itu produk baru, bukan bagian dari pemahaman Islam.
[2] Manusia yang beragama pasti bisa membedakan antara Wahyu Allah dan akalpikiran. Wahyu itu sempurna, tidak memiliki kecacatan, sebab ia bersumber dariRabb Yang Maha Sempurna. Sedangkanakal pikiran sangat lemah, sering berubah-ubah, penuh kelemahan. Tanyakan kepada orang-orang Liberal itu, “Apakah Anda percaya dengan adanyaWahyu Tuhan?” Kalau mereka mengatakan, “Ya percaya!” Lalu tanyakan lagi,“Bagaimana cara Anda menempatkan Wahyu? Apakah ia lebih rendah dari akal Anda,atau sejajar posisinya?” Kalau mereka memandang akalnya lebih baik dari Wahyu,itu tandanya mereka bukan orang beriman. Mereka adalah para pembangkang. Tidakada bedanya dengan Fir’aun, Abu Jahal, dan Abu Lahab.
[3] Orang-orang Liberal sering berdalil dengan pemikiran-pemikiran ekstremdari tokoh-tokoh seperti Nurcholis Madjid, Nashr Abu Zayd, Thaha Husein, SirAhmad Khan, dan sebagainya. Termasuk juga mereka bangga dengan pemikiran paraorientalis Barat. Dalam Islam, ilmu itu bukan teori semata, tetapi jugaditunjang oleh kebaikan personal para pemikul ilmu itu sendiri. Para ulama yangshalih tidak hanya menunjukkan ketinggian ilmu, tetapi juga kemuliaan akhlak.Dengan pandangan ini, coba tanyakan kepada orang-orang Liberal itu, “Apakelebihan tokoh-tokoh yang mereka banggakan dari sisi akhlak, amal kebajikan,ibadah, serta perjuangan Islam?” Mereka pasti kesulitan menjawab, sebab di matamereka ilmu ya hanya teori semata. Bukan mustahil, orang Liberalis yang beranimenghujat Al Qur’an, sehari-harinya dia pemabuk, tukang zina, atau pemukulwanita. Na’udzubillah wa na’udzubillah. Sebagai contoh, Musdah Mulia. Betapabejatnya orang ini ketika melegitimasi praktik lesbian. Jangan-jangan diasering terjerumus di dalamnya? Na’udzubillah tsumma na’udzubillah min dzalik.
[4] KonsepIslam yang merujuk kepada Kitabullah dan Sunnah disebut Islam yang sudah finished(selesai). Tetapi jujur saja, Islam finished itu telah melahirkan peradaban,prestasi, dan mengukir sejarah luar biasa. Sedangkan Islam “membebaskan” alaUlil Abshar Cs., ia tidak bisa menghasilkan apa-apa selain kehinaan bagipemeluknya. Perlu dicatat, pemikiran Liberal itu bukan produk masa kini. Tahun70-an Nurcholis sudah memulai di Indonesia, awal abad 20 Ahmad Khan, ThahaHusein, Faragh Faudah, dan lainnya sudah memulai. Bahkan di jaman kolonialisme,Snouck Hurgronje dan tokoh-tokoh orientalis Barat telah memulai pemikiranseperti itu. Lalu apa hasilnya? Apakah paham Liberal mampu menghasilkanprestasi yang berharga? Jawabnya: “NOL BESAR!!!”
[5] Padatitik tertentu ketika perbedaan sudah tidak bisa dicarikan jalan keluarnya;mereka tidak mau bertaubat dan kita tidak hendak bergeser dari komitmen kepadaajaran-ajaran fundamental Islam, walau sejengkal saja, maka perkataan terakhiryang paling layak diucapkan adalah: “Lakum dinukum wa liya din” (bagimuagamamu dan bagiku agamaku). Inilah kalimat putus danberlepas diri terhadap pembangkangan manusia-manusia itu kepada agama Allah.
[6]Biarkanlah orang-orang Liberal itu menempuh jalan agamanya, dan kita menempuhjalan kita. Namun jika mereka berkeras hati hendak memaksakan agamanya dengantujuan memurtadkan kita dari agama kita, ya seorang Muslim jangan berdiam diri.Sekali-kali kita harus menunjukkan Izzah Islam di hadapan manusia-manusiazhalim itu. Dan Allah pasti akan menolong orang-orang yang memuliakanagama-Nya.

Penutup

Intipemikiran Liberal ialah menjadikan ajaran Islam sebagai pesakitan yang bebasdikritik, dihujat, dinilai, diuji, dan sebagainya. Sedangkankonsep Islam mengajarkan sikap “sami’na wa atha’na” (kami mendengar dankami taat). Sikap menguji ajaran Islam tidaklah dilarang, tetapi hal itu hanyaberlaku pada saat-saat awal untuk meneguhkan hati seseorang kepada Islam. Kalausudah teguh hatinya, sempurna imannya, tidak boleh lagi ada pembangkangan dalambentuk apapun. Islam bukanlah agama transaksional, boleh tawar-menawar. Agamaini mengajarkan sikap konsistensi dan istiqamah. Seperti disebutkan, “Maka ibadahilah Rabb-mu sampaisaat datangnya keyakinan (kematian).” (Al Hijr: 99).
Dimanapun Anda menemui orang Liberal, cirinya sangat mudah dikenali. Saatmereka bicara tentang agama (Islam), rata-rata titik tolaknya adalah akalmereka sendiri. Akal mereka dianggap sebagai “kitab suci” yang boleh mengadiliteks-teks agama sesuka hati. Laa haula wa laa quwwata illa billah. Padadasarnya, sikap mereka itu adalah KEKAFIRAN atau PEMBANGKANGAN terhadap agamaAllah. Hanya saja mereka berpura-pura sebagai Muslim (bahkan cendekiawanMuslim). Pembangkangan mereka serupa dengan Fir’aun, Abu Jahal, dan Abu Lahab.Hanya saja, mereka memakai bahasa-bahasa intelektualis, untuk menipu masyarakatawam dan menyembunyikan kekafiran di hatinya.
SeorangMuslim tidak layak bersikap lunak, atau lemah-lembut di hadapan para “Fir’aunmodern” ini. Biarpun kita tidak memiliki argumentasi yang kuat, jangansekali-kali menunjukkan sikap lemah di hadapan kaum “komentator agama” itu.Seburuk-buruknya sesuatu yang keluar dari tubuh kita, masih lebih hina parapembangkan yang sombong di hadapan ayat-ayat Allah itu.
Semoga Allahmenetapkan kita dalam istiqamah sampai akhir hayat; semoga kita dimuliakan diatas jalan Islam, dijayakan bersama Islam, dan kembali kepada Allah sebagaiseorang Muslim yang ikhlas. Allahumma amin. Persis seperti wasiat Ibrahim‘alaihissalam kepada anak keturunannya, “Maka janganlah kalian mati, kecualidalam keadaan Islam.” (Al Baqarah: 132).
WallahuA’lam bisshawaab.
http://abisyakir.wordpress.com/2009/02/15/inti-kesesatan-paham-liberal/

3.Pluralisme
Pluralisme sering diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ragampemikiran, agama, kebudayaan, peradaban dan lain-lain. Kemunculan idepluralisme didasarkan pada sebuah keinginan untuk melenyapkan ‘klaim keberanan’(truth claim) yang dianggap menjadi pemicu munculnya sikap ekstrem, radikal,perang atas nama agama, konflik horisontal, serta penindasan atas nama agama.Menurut kaum pluralis, konflik dan kekerasan dengan mengatasnamakan agama barusirna jika masing-masing agama tidak lagi menganggap agamanya yang palingbenar.
Inilah hakikat ide pluralisme agama yang saat ini dipropagandakan di DuniaIslam melalui berbagai cara dan media. Dari ide ini kemudian muncul gagasanlain yang menjadi ikutannya seperti dialog lintas agama, doa bersama dan lainsebagainya. Pada ranah politik, ide pluralisme didukung oleh kebijakanPemerintah yang harus mengacu pada HAM dan asas demokrasi. Negara memberikanjaminan sepenuhnya kepada setiap warga negara untuk beragama, pindah agama (murtad),bahkan mendirikan agama baru.
Di Balik Gagasan Pluralisme
Lahirnya gagasan mengenai pluralisme (agama) sesungguhnya didasarkan padasejumlah faktor. Dua di antaranya adalah: Pertama, adanya keyakinanmasing-masing pemeluk agama bahwa konsep ketuhanannyalah yang paling benar danagamanyalah yang menjadi jalan keselamatan. Masing-masing pemeluk agama jugameyakini bahwa merekalah umat pilihan.
Menurut kaum pluralis, keyakinan-keyakinah inilah yang sering memicu terjadinyakerenggangan, perpecahan bahkan konflik antarpemeluk agama. Karena itu, menurutmereka, diperlukan gagasan pluralisme sehingga agama tidak lagi berwajaheksklusif dan berpotensi memicu konflik.
Kedua, faktor kepentingan ideologis dari Kapitalisme untuk melanggengkandominasinya di dunia. Selain isu-isu demokrasi, hak asasi manusia dan kebebasanserta perdamaian dunia, pluralisme agama adalah sebuah gagasan yang terusdisuarakan Kapitalisme global yang digalang Amerika Serikat untuk menghalangkebangkitan Islam.
Karena itu, jika ditinjau dari aspek sejarah, faktor pertama bolehlah diakuisebagai alasan awal munculnya gagasan pluralisme agama. Namun selanjutnya,faktor dominan yang memicu maraknya isu pluralisme agama adalah niat Baratuntuk makin mengokohkan dominasi Kapitalismenya, khususnya atas Dunia Islam.

Konflik Sebagai Alasan?
Memang benar, dunia saat ini sarat dengan konflik. Namun, tidak benar jikaseluruh konflik yang terjadi saat ini dipicu oleh faktor agama. Bahkan banyakkonflik terjadi lebih sering berlatar belakang ideologi dan politik. Dalamsekala internasional, konflik Palestina-Israel lebih dari setengah abad,misalnya, jelas bukan konflik antaragama (Islam, Yahudi dan Kristen). Sebab,toh dalam rentang sejarah yang sangat panjang selama berabad-abad ketigapemeluk agama ini pernah hidup berdampingan secara damai dalam naungan KhilafahIslam. Konflik Palestina-Israel ini lebih bernuansa politik yang melibatkanpenjajah Barat. Sejarah membuktikan, konflik Palestina-Israel bermula ketikabangsa Yahudi (Israel) sengaja “ditanam” oleh penjajah Inggris di jantungPalestina dalam ranga melemahkan umat Islam. Konflik ini kemudian dipeliharaoleh Amerika Serikat yang menggantikan peran Inggris, untuk semakin melemahkankekuatan umat Islam, khususnya di Timur Tengah. Pasalnya, dengan begitu Baratdapat terus-menerus menyibukkan umat Islam dengan konflik tersebut sehinggaumat Islam melupakan bahaya dominasi Barat—khususnya AS dan Inggris—sebagaipenjajah mereka.
Dalam sekala lokal, konflik yang pernah terjadi di Maluku atau Poso beberapatahun lalu, misalnya, juga lebih bernuansa politik, yakni adanya campur tanganasing (yang tidak lain kaum penjajah Barat) untuk melemahkan Indonesia yangberpenduduk mayoritas Muslim, ketimbang berlatar belakang agama, Sementara itu,dalam skala yang lebih luas dan global, konflik Barat-Timur (yang seringdianggap mencerminkan konflik Kristen-Islam), khususnya setelah Peristiwa 11September 2001, juga jelas lebih berlatarbelakang ideologi dan politikketimbang agama. Memang, sesaat setelah terjadinya Peristiwa 11 September,Presiden AS George W Bush pernah “keseleo” dengan menyebut secara jelas bahwaWoT (War on Terrorism) sebagai Crussade (Perang Salib) baru.

Lalu setelahitu AS menyerang Afganistan, dan kemudian dilanjutkan dengan menyerang Irak.Namun, banyak pakar Barat dan AS sendiri yang menjelaskan bahwa seranganmiliter AS ke Afganistan maupun Irak bahkan lebih bermotifkan ekonomi (yaknidemi minyak)—di samping politik (demi dominasi ideologi Kapitalisme), dan bukanbermotifkan agama.
Karena itu, sangat tidak ‘nyambung’ jika untuk menghentikan konflik-konfliktersebut kemudian dipasarkan terus gagasan pluralisme dan ikutannya sepertidialog antaragama dll. Pasalnya, akar konflik-konflik tersebut, sekali lagi,lebih bermotifkan ideologi dan politik—yakni dominasi Kapitalisme yang diusungBarat, khususnya AS, atas Dunia Islam—ketimbang berlatar-belakang agama.


Pluralisme Menurut Islam
Allah SWT berfirman:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍوَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْعِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuandan Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar salingmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian adalah orangyang paling bertakwa di sisi Allah (QS al-Hujurat [49]: 13).
Ayat ini menerangkan bahwa Islam mengakui keberadaan dan keragaman suku danbangsa serta identitas-identitas agama selain Islam (pluralitas),

namun sama sekali tidak mengakui kebenaran agama-agama tersebut (pluralisme).Allah SWT juga berfirman:
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِسُلْطَانًا وَمَا لَيْسَ لَهُمْ بِهِ عِلْمٌ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ
Mereka menyembah selain Allah tanpa keterangan yang diturunkan Allah. Merekatidak memiliki ilmu dan tidaklah orang-orang zalim itu mempunyai pembela (QSal-Hajj:67-71).
Ayat ini menegaskan bahwa agama-agama selain Islam itu sesungguhnya menyembahkepada selain Allah SWT. Lalu bagaimana bisa dinyatakan, bahwa Islam mengakuiide pluralisme yang menyatakan bahwa semua agama adalah sama-sama benarnya danmenyembah kepada Tuhan yang sama?
Dalam ayat yang lain, Allah SWT menegaskan:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللهِ اْلإِسْلاَمُ
Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam (QS Ali Imran[3]: 19).

Allah SWT pun menolak siapa saja yang memeluk agama selain Islam (QS Ali Imran[3]: 85); menolak klaim kebenaran semua agama selain Islam, baik Yahudi dan Nasrani,ataupun agama-agama lainnya (QS at-Taubah [9]: 30, 31); serta memandang merekasebagai orang-orang kafir (QS al-Maidah [5]: 72).
Karena itu, yang perlu dilakukan umat Islam sesungguhnya bukan menyerukanpluralisme agama apalagi dialog antaragama untuk mencari titik temu dankesamaan. Masalahnya, mana mungkin Islam yang mengajarkan tauhid (QS 5: 73-77;QS 19: 88-92; QS 112: 1-4) disamakan dengan Kristen yang mengakui Yesus sebagaianak Tuhan ataupun disamakan dengan agama Yahudi yang mengklaim Uzair jugasebagai anak Tuhan?! Apalagi Islam disamaratakan dengan agama-agama lain?Benar, bahwa eksistensi agama-agama tersebut diakui, tetapi tidak berartidianggap benar. Artinya, mereka dibiarkan hidup dan pemeluknya bebas beribadah,makan, berpakaian, dan menikah dengan tatacara agama mereka. Tetapi, tidakberarti diakui benar.
Karena itu, yang wajib dilakukan umat Islam tidak lain adalah terus-menerusmenyeru para pemeluk agama lain untuk memeluk Islam dan hidup di bawah naunganIslam. Meski dengan catatan tetap tidak boleh ada pemaksaan.
Bahaya di Balik Gagasan Pluralisme
Bahaya pertama adalah penghapusan identitas-identitas agama. Dalam kasus Islam,misalnya, Barat berupaya mempreteli identitas Islam. Ambil contoh, jihad yangsecara syar’i bermakna perang melawan orang-orang kafir yang menjadi penghalangdakwah dikebiri sebatas upaya bersungguh-sungguh. Pemakaian hijab (jilbab) olehMuslimah dalam kehidupan umum dihalangi demi “menjaga wilayah publik yangsekular dari campur tangan agama.” Lebih jauh, penegakan syariah Islam dalamnegara pun pada akhirnya terus dicegah karena dianggap bisa mengancampluralisme.

Ringkasnya, pluralisme agama menegaskan adanyasekularisme (pemisahan agama dari kehidupan).
Bahaya lain pluralisme agama adalah munculnya agama-agama baru yang diramu dariberbagai agama yang ada. Munculnya sejumlah aliran sesat di Tanah Air sepertiAhmadiyah pimpinan Mirza Ghulam Ahmad, Jamaah Salamullah pimpinan Lia Eden,al-Qiyadah al-Islamiyah pimpinan Ahmad Mosadeq, dll adalah beberapa contohnya.Lalu dengan alasan pluralisme pula, pendukung pluralisme agama menolakpelarangan terhadap berbagai aliran tersebut, meski itu berarti penodaanterhadap Islam.
Karena itu, wajar jika KH Kholil Ahmad, Pengasuh Pondok Pesantren Gunung JatiPamekasan Jawa Timur, menilai pluralisme agama yang diusung Gus Dur berbahayabagi umat Islam (Tempointeraktif.com, 30/12/2009).
Bahaya lainnya, pluralisme agama tidak bisa dilepaskan dari agenda penjajahanBarat melalui isu globalisasi. Globalisasi merupakan upaya penjajah Barat untukmengglobalkan nilai-nilai Kapitalismenya, termasuk di dalamnya gagasan “agamabaru” yang bernama pluralisme agama. Karena itu, jika kita menerima pluralismeagama berarti kita harus siap menerima Kapitalisme itu sendiri.
Inilah di antara bahaya yang terjadi, yang sesungguhnya telah dan sedangmengancam kaum Muslim saat ini ketika kaum Muslim kehilangan Khilafah Islamiyahsejak hampir satu abad lalu. Padahal Khilafahlah kepemimpinan umum bagi kaumMuslim yang menerapkan Islam, melindungi akidah Islam serta menjaga kemuliaanIslam dari berbagai penodaan, termasuk oleh pluralisme.
Sumber :
http://hizbut-tahrir.or.id/2010/01/05/bahaya-pluralisme/
http://mentoringpsikologiums.blogspot.com/2010/12/ide-sesat-sekularisme-pluralisme-dan.html

CATATANRENTING

PLURALISMEtidak sama dengan PLURALITAS
Islam menolak PLURALISME karena merupakan IDEOLOGI PENCAMPUR-ADUKKAN AQIDAH.Tapi Islam menerima PLURALITAS karena merupakan SUNNATULLAH sebagai DinamikaKehidupan yang menghargai keragaman kemajemukan dan kebhinekaan.
Karenanya, umat Islam bisa hidup berdampingan dengan umat beragama lain secaradamai penuh toleran, saling menghargai dan menghormati. Tiap umat beragamabebas meyakini kebenaran agamanya masing-masing. dan bebas untuk tidak menerimakebenaran agama lain, namun tidak boleh menistakannya. Mereka tidak bolehdipaksa untuk membenarkan agama lain sebagaimana yang dilakukan KAUM SEPILIS.
Intinya, Islam sangat menghargai KEBEBASAN BERAGAMA, tapi menolakPENCAMPUR-ADUKAN AGAMA dan PENODAAN AGAMA.
BUKTI KESESATAN SEPILIS


1. Buku FIQIH LINTAS AGAMA karya Tim PenulisPARAMADINA yang terdiri dari Prof DR. Nurcholish Majid (Pendiri Paramadina),Prof. DR. Komaruddin Hidayat (RektorUIN Jakarta), DR. Kautsar Azhari Noer(Dosen UIN Jakarta), DR. Zainun Kamal (Dosen UtN Jakarta). KH, Masdar F.Mas'udi (Ketua PBNU), Zuhain Misrawi, Lc (Kader Muda NU dan anggota BaitulMuslimin Indonesia–PDIP), Budhy Munawar Rachman (Dir. Program Paramadina),Ahmad Gaus AF (Dir. Publikasi Liberal for All Foundation - USA), dan sebagaiEditor; Mun'im A. Sirry, MA (Peneliti Paramadina). Diterbitkan oleh YayasanWaqaf Paramadina & The Asian Foundation, tahun 2004.




ISI BUKU :
1. Menghina FIQIH sebagai belenggu kehidupan dan memfitnahnya sebagai ajaranyang mendiskreditkan agama lain, bahkan sebagai penyebar kebencian dankecurigaan terhadap agama Islam. (Kata Pengantar hal. ix dan Mukadimah hal. 2).

2. Mengninaperiode dan generasi AS-SALAF ASH-SHOLIH sebagai penyebab kebekuan pemahaman,dan memfitnah IMAM SYAFI'I sebagai penyebab tidak berkembangnya pemikiran Islamlebih dua belas abad. (Mukadimah hal 4- 5).
3. Ayat-ayatAl-Qur’an yang diturunkan di Madinah DISKRIMINATIF, EKSKLUSIF danFUNDAMENTALISTIK. (hal. 142).
4. Umatberagama apa pun tidak kafir, karena semua agama sama dan benar. sehingga tidakboleh ada yang mengklaim bahwa agarnanya yang paling benar. (hal 133, 167, 206- 207).

5. AtasDasar HIKMAH dan KEMASLAHATAN persaudaraan, persahabatan, kedamaian, kerukunan,solidaritas, persatuan dan kehangatan pergaulan antar umat beragama, maka :

1. BOLEHmengucapkan SALAM kepada NON MUSLIM, bahkan WAJIB menjawab salam mereka. (hal.72. 77 - 76).
2. BOLEH mengucapkan SELAMAT NATAL alau Selamat Hari Besar Agama apa pun,bahkan BOLEH ikut merayakannya (hal.84-85).
3. BOLEH MENDO'AKAN dan MINTA DO'A dari NON MUSLIM, termasuk DO'A BERSAMA,bahkan semua itu DIANJURKAN. (hal. 102 -103, 107).
4. BOLEH MASUK MASJID mana saja dan kapan saja bagi NON MUSLIM, termasukMASJIDIL HARAM dan MASJID NABAWI. (hal. 110 & 118).
5. Hukum JIZYAH melecehkan NON MUSLIM, maka harus DINASAKH. (hal.151- 152).
6. BOLEH Kawin Beda Agama dan HARUS ada Waris Beda Agama (hal. 164 & 167).

2. Buku LOBANG HITAM AGAMA karya Sumanto AI-Qurtuby (alumnus IAIN Semarang) denganPengantar : Ulil Abshar Abdalla (Kader Muda NU, Pendiri JIL dan Dir. FreedomInstitute), dan di-endos cover yang penuh pujian oleh : Gus Dur (Mantan KetuaPBNU & Mantan Presiden RI), DR. Moeslim Abdurrahman (CendikiawanMuhammadiyah), Anif Sirsaeba Alafsana (Pengasuh Pesantren Karya BasmalaIndonesia), Ahmad Tohari (Budayawan), dan Trisno S. Sutanto (Pengamat Sosialdan Keagamaan). Diterbitkan oleh Ilham Institute dan Rumah Kata, tahun 2005.
ISI BUKU :
1. PENISTAAN TERHADAP AGAMA :
Agama bukan produk Tuhan (hal. 31).
Agama adalah penjajah budaya dan pemasung intelektual (hal. 55 & 58).
Agama mematikan akal dan nalar (hal. 59).
Agama sumber konflik dan pembawa bencana (hal 83 & 37).
Islam adalah strategi budaya Muhammad dan merupakan sinkretik, serta campuranbudaya : Judaisme, Kristianisme dan Arabisme (hal 216. 217 dan 225).
Penulisan bahasa arab adalah Arabisme (hal. 22S)
2. PENISTAAN TERHADAP AL-QUR'AN :
Kemaslahatan lebih diutamakan daripada ayat-ayat Tuhan (hal. 31).
Umar ikut menciptakan Al-Qur'an (hal. 32).
Teks Al-Qur'an tidak autentik (hal. 34 & 37).
Nabi dan para sahabat adalah para pencipta Al-Qur'an (hal. 43).
Al-Qur'an angker dan perangkap bangsa Quraisy, serta dibuat oleh manusia danbukan kitab suci (hal. 64 - 65)
Al-Qur'an membelenggu kebebasan dan rnenciptakan tragedi kemanusiaan (hal.117).
Muhammad, Islam dan Al-Qur'an tidak terlepas dari distorsi / penyimpangan (hal.126).
Kandungan Al-Qur'an kontroversi (hal. 142).
Al-Qur'an saja bermasalah, apalagi Kitab Kuning (hal. 146).

3. PENISTAAN TERHADAP NABI, SHAHABAT & ULAMA :
Utsman pelaku nepotisme dan keliru membuat mushaf Al-Qur'an (hal.39).
Nabi dan para Tokoh Non Muslim seperti : Gandhi, Luther, Bunda Terresa &Romo Mangun bersama-sama menunggu di Surga (hal. 45).
Kisah Heroik Para Nabi dan Mu'jizatnya hanya dongeng seperti : Sinetron"Saras 008” atau kisah heroik James Bond (hal. 58).
Nalar Politik Tirani dibentuk oleh Khulafa' Rasyidin (hal 124).
Para sahabat Nabi telah memperagakan Politik Islam dengan sangat sempumamengerikannya (hal. 134).
Imam AI-Mawardi mengkhianati hak-hak rakyat dan seorang Rasis / Arabisme(hal150 & 155).
Doktrin Politik Sunni ambigu dan out of date / kadaluarsa (hal 167).
Al-'Asy'ari dan Al-Ma'turidi menjalin persekongkolan politik (hal. 171).

Ahlus Sunnahwal Jama'ah (ASWAJA) adalah sekte yang telah memanipulasi teks-teks keagamaan(hal. 229).
4. PENISTAAN TERHADAP SYARI'AT ISLAM :
Syari'at Islam menciptakan gerombolan mafia dan anjing-anjing penjilatkekuasaan (hal. 70).
Syari'at Islam diskriminatif terhadap perempuan dan non muslim (hal.131-132).
Formalisasi Syari'at Islam bukan hanya Utopis, tapi juga Tirani (hal. 134).

3. PERNYATAAN 10 BESAR TOKOH SEPILIS INDONESIA:
1. KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur); Mantan Ketua Umum PBNU.
"AI-Qur'an adalah Kitab Suci paling porno di dunia", dilontarkandalam dialog interaktif di Radio 68H - Utan Kayu, Jakarta, bersama M. GunturRomli, wartawan Tempo, pada Senin 17 April 2006.
2. Prof DR. Ahmad Syafi'i Ma'arif : Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah :
Di tahun 2007 membuat tulisan tentang kesamaan umat Islam, Nasrani dan Yahudidi mata Allah. (Majalah MADINA No.06/Tahun I, Juni 2008, hal. 9).
3. Prof. DR. Dawam Rahardjo : Mantan Pengurus PP Muhammadiyah
1. "Kalau Islam tidak bisa dikontrol oleh negara sebaiknya Islam dilarangsaja di Indonesia", dilontarkan dalam Kolokium International Center Islamand Pluralism (ICIP) pada Selasa, 11 Oktober 2005 di Jakarta, dikutip
http://www.christianpost.co.id/.
2. "Pindah Agama tidak Murtad!" dilontarkan dalam Sidang MajelisPekerja Lengkap Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia pada Rabu, 25 Januari2006 di Pekanbaru-Riau, dikutip Suara Pembaruan.
4. Prof. DR. Nasaruddin Umar, MA : Dirjen Bimas Islam Depag RI dan Dosen UINJakarta
"Semua Kitab Suci bias gender" (maksud bias gender ialah tidak adildalam soal jenis kelamin, khususnya diskriminatif terhadap wanita). Wawancarayang dimuat dalarn situs JIL. (50 Tokoh Islam Liberal Indonesia, BudiHandrianto, hal. 157).
5. Prof. DR. Musdah Mulia. MA : Ahli Peneliti di Depag Rl dan Dosen UIN Jakarta
1. "Tidak ada perbedaan antara Lesbian dan tidak Lesbian. Dalam pandanganAllah, orang-orang dihargai didasarkan pada keimanan mereka". dilontarkandalam Dialog Publik di Jakarta pada 27 Maret 2008. (Suara Islam edisi 42, 18April - 1 Mei 2008, hal. 12).
2. Di tahun 2004 menjadi Kordinator Tim Pengurus Utamaan Gender (PUG) - DepagRI, yang menerbitkan Counter Legal Draft - Kompilasi Hukum Islam (CLD - KHI)yang berisi, antara lain : Poligami tidak sah, Kawin Beda Agama sah, Laki-lakiterkena 'iddah 130 hari. Waris anak laki dan perempuan sama. (50 Tokoh IslamLiberal Indonesia Budi Handrianto, hal. 237 - 241).
6. Prof. DR. M. Amin Abdullah Mantan Rektor UIN Yogyakarta.
"Tafsir-tafsir klasik AI-Qur'an tidak lagi memberi makna dan fungsi yangjelas dalam kehidupan umat Islam." (Pengantar untuk buku HermeneutikaPembebasan, karya llham B. Saenong, terbitan Teraju - Jakarta, tahun 2002).


7. Prof.DR.Abdul Munir Mulkhan : Mantan Pengurus Muhammadiyah.
"Jika semua agama memang benar sendiri, penting diyakini bahwa surga Tuhanyang satu itu sendiri, terdiri banyak pintu dan kamar Tiap pintu adalah jalanpemeiuk tiap Agama memasuki kamar surganya." (dari bukunya : Ajaran danJalan Kematian Syekh Siti Jenar. Kreasi Wacana. Yogyakarta, tahun 2002, hal.44).

8. DR M Luthfi Asy-Syaukani : Dosen di Universitas Paramadina
1. "Pada gilirannya, perangkat dan konsep-konsep Agama seperti Kitab Suci,Nabi, Malaikat, dan lain-lain tak terlalu penting lagi.” (Kompas. 3 September2005).
2. Dalam Dialog antara Luthfi Syaukani - Adnin Armas, MA di Mailing List(milis) Islam Liberal, tanggal 10 Mei 2001, Luthfi menyatakan bahwa buku-bukukarya kaum Orientalis atau Liberal seperti : AAA. Fyzee, M. Watt, H.A.R. Gibb, Denny,Laroui, Nashr Hamid Abu Zayd, An- Na'im, Fatima Mernissi, dan lain-lain, lebihdisukai dari pada kitab- kitab Para Ulama Salaf seperti : Syafi’i, Bukhori,Ghazali, dan lain- lain, yang dinilainya sebagai buku-buku biasa yangmembosankan. (Pengaruh Kristen-Orientalis terhadap Islam, GIP. Jakarta, tahun2003, hal. 36-37).

9. UlilAbshar Abdalla, MA : Kader Muda NU dan Pendiri JIL
1. "Menurut saya, tidak ada yang disebut Hukum Tuhan dalam pengertianseperti yang dipahami orang Islam. Misalnya Hukum Tuhan tentang pencurian,jual-beli, pernikahan, pemerintahan dan lain-lain." (Kompas, 18 November2002)
2. "Rasul Muhammad adalah Tokoh Historis yang harus dikaji dengan kritis(sehingga tidak hanya menjadi mitos yang dikagumi saja, tanpa memandangaspek-aspek beliau sebagai manusia yang juga banyak kekurangannya)."(Kompas, 18 November 2002).
3. "Negara Sekuler lebih unggul daripada Negara Islam ala fundamentalis,sebab Negara Sekuler bisa menampung energi kesalehan dan energi kemaksiatansekaligus." (Tempo edisi 19-25 November 2002).
4. “Semua agama sama. Semuanya menuju jalan kebenaran. Jadi Islam bukan yangpaling benar.” (Gatra, 21 Desember 2002)
5. "Dari segi substansi saya tidak menyesali tulisan saya." (Gatra,21 Desember 2002).
10. Goenawan Mohamad Wartawan Tempo.
Tokoh SEPILIS yang RASIS dan FASIS serta berhaluan SOSIALIS, pernah MEMBELASALMAN RUSHDI dengan alasan kebebasan mencipta, dan MEMBELA AHMADIYAH denganalasan kebebasan beragama, serta MENOLAK RUU ANTI PORNOGRAFI DAN PORNOAKSI (RUUAPP) lewat tulisannya yang berjudul: RUU Porno : Arab atau Indonesia ? Diamenyimpulkan bahwa RUU APP adalah ARABISASI (Koran Tempo 8 Maret 2006)
SUMBER :
http://www.fpi.or.id/index.php?p=detail&nid=73

Tidak ada komentar:

Posting Komentar