Islam agama yang sesuai fitrah
Islam adalah agama yang mudah dan sesuai dengan fitrah manusia. Islam adalah
agama yang tidak sulit. Allah Azza wa Jalla menghendaki kemudahan kepada umat
manusia dan tidak menghendaki kesusahan kepada mereka. Allah Azza wa Jalla
mengutus Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai rahmat.وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” [Al-Anbiyaa’: 107]
Allah menurunkan Al-Qur-an untuk membimbing manusia kepada kemudahan, keselamatan, kebahagiaan dan tidak membuat manusia celaka, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :
مَا أَنزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَىٰ إِلَّا تَذْكِرَةً لِّمَن يَخْشَىٰ تَنزِيلًا مِّمَّنْ خَلَقَ الْأَرْضَ وَالسَّمَاوَاتِ الْعُلَى
“Kami tidak menurunkan Al-Qur-an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah; melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), diturunkan dari (Allah) yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.” [Thaahaa: 2-4]
Sebagai contoh tentang kemudahan Islam:
1. Menuntut ilmu syar’i, belajar Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salaf adalah mudah. Kita dapat belajar setiap hari atau sepekan dua kali, di sela-sela waktu kita yang sangat luang.
2. Mentauhidkan Allah dan beribadah hanya kepada-Nya adalah mudah.
3. Melaksanakan Sunnah-Sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah mudah, seperti memanjangkan jenggot, memakai pakaian di atas mata kaki, dan lainnya.
4. Shalat hanya diwajibkan 5 waktu dalam 24 jam. Orang yang khusyu’ dalam shalat, paling lama 10 menit, dalam hitungan hari ia melaksanakan shalatnya dalam sehari hanya 50 menit dalam waktu 24 x 60 menit.
5. Orang sakit wajib shalat, boleh sambil duduk atau berbaring jika tidak mampu berdiri.
6. Jika tidak ada air (untuk bersuci), maka dibolehkan tayammum.
7. Jika terkena najis, hanya dicuci bagian yang terkena najis, (agama lain harus menggunting pakaian tersebut dan dibuang).
8. Musafir disunnahkan mengqashar (meringkas) shalat dan boleh menjama’ (menggabung) dua shalat apabila dibutuhkan, seperti shalat Zhuhur dengan ‘Ashar, dan Maghrib dengan ‘Isya'.
9. Seluruh permukaan bumi ini dijadikan untuk tempat shalat dan boleh dipakai untuk bersuci (tayammum).
10. Puasa hanya wajib selama satu bulan, yaitu pada bulan Ramadlan setahun sekali.
11. Orang sakit dan musafir boleh tidak berpuasa asal ia mengganti puasa pada hari yang lain, demikian juga orang yang nifas dan haidh.
12. Orang yang sudah tua renta, perempuan hamil dan menyusui apabila tidak mampu boleh tidak berpuasa, dengan menggantinya dalam bentuk fidyah.
13. Zakat hanya wajib dikeluarkan sekali setahun, bila sudah sampai nishab dan haul.
14. Haji hanya wajib sekali seumur hidup. Barangsiapa yang ingin menambah, maka itu hanyalah sunnah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya oleh al-Aqra’ bin Habis tentang berapa kali haji harus ditunaikan, apakah harus setiap tahun ataukah hanya cukup sekali seumur hidup? Maka beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:
بَلْ مَرَّةً وَاحِدَةً فَمَنْ زَادَ فَهُوَ تَطَوُّعٌ.
“Haji itu (wajibnya) satu kali, barangsiapa yang ingin menambah, maka itu sunnah.”
15. Memakai jilbab mudah dan tidak berat bagi muslimah sesuai dengan syari’at Islam. Untuk masalah jilbab silahkan lihat kitab Jilbab Mar'ah Muslimah oleh Syaikh Imam Muhammad Nashirudin al-Albani rahimahullah.
16. Qishash (balas bunuh) hanya untuk orang yang membunuh orang lain dengan sengaja.
Allah Azza wa Jalla menginginkan kemudahan dan tidak menginginkan kesulitan atas hamba-Nya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
“...Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu...” [Al-Baqarah: 185]
مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“...Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.” [Al-Maa-idah: 6]
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
“... Dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu da-lam agama ...” [Al-Hajj: 78]
Agama Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia, baik dalam hal ‘aqidah, syari’at, ibadah, muamalah dan lainnya. Allah Azza wa Jalla menyuruh manusia untuk menghadap dan masuk ke agama fitrah. Allah Azza wa Jalla berfirman:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah yang Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Ar-Ruum: 30]
Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَامِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ.
“Tidaklah seorang bayi dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
Tidak mungkin, Allah Azza wa Jalla yang telah menciptakan manusia, kemudian Allah Azza wa Jalla memberikan beban kepada hamba-hamba-Nya apa yang mereka tidak sanggup lakukan, Mahasuci Allah dari sifat yang demikian.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” [Al-Baqarah: 286]
Tidak ada hal apa pun yang sulit dalam Islam. Allah Azza wa Jalla tidak akan membebankan sesuatu yang manusia tidak mampu melaksanakannya.
Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
إِنَّ الدِّيْنَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّيْنَ إِلاَّ غَلَبَهُ، فَسَدِّدُوْا وَقَارِبُوْا، وَأَبْشِرُوْا، وَاسْتَعِيْنُوْا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ.
“Sesungguhnya agama (Islam) itu mudah. Tidaklah seseorang mempersulit (berlebih-lebihan) dalam agamanya kecuali akan terkalahkan (tidak dapat melaksanakannya dengan sempurna). Oleh karena itu, berlaku luruslah, sederhana (tidak melampaui batas), dan bergembiralah (karena memperoleh pahala) serta memohon pertolongan (kepada Allah) dengan ibadah pada waktu pagi, petang dan sebagian malam.”
Orang yang menganggap Islam itu berat, keras, dan sulit, hal tersebut hanya muncul karena:
1. Kebodohan tentang Islam, umat Islam tidak belajar Al-Qur-an dan As-Sunnah yang shahih menurut pema-haman Shahabat, tidak mau menuntut ilmu syar’i.
2. Mengikuti hawa nafsu. Orang yang mengikuti hawa nafsu, hanya akan menganggap mudah apa-apa yang sesuai dengan hawa nafsunya.
3. Banyak berbuat dosa dan maksiyat, sebab dosa dan maksiyat menghalangi seseorang untuk berbuat kebajikan dan selalu merasa berat untuk melakukannya.
4. Mengikuti agama nenek moyang dan mengikuti banyaknya pendapat orang. Jika ia mengikuti Al-Qur-an dan As-Sunnah, niscaya ia akan mendapat hidayah dan Allah Azza wa Jalla akan memudahkan ia dalam menjalankan agamanya.
Allah Azza wa Jalla mengutus Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menghilangkan beban dan belenggu-belenggu yang ada pada manusia, sebagaimana yang tersurat dalam Al-Qur-an:
“ (Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis), yang (namanya) mereka dapati tertulis dalam kitab Taurat dan Injil yang ada di pada mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membebaskan dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur-an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” [Al-A’raaf: 157]
Dalam syari’at yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak ada lagi beban-beban berat yang dipikulkan kepada Bani Israil.
Di antara beban berat itu ialah:
• Saling membunuh penyembah sapi.
• Mewajibkan qishas pada pembunuhan baik yang disengaja ataupun tidak, tanpa memperbolehkan membayar diyat.
• Memotong anggota badan yang melakukan kesalahan.
• Melarang makan dan tidur bersama istrinya yang sedang haidh.
• Membuang atau menggunting kain yang terkena najis.
Kemudian Islam datang menjelaskan dengan mudah, seperti pakaian yang terkena najis wajib dicuci namun tidak digunting.
Syari’at Islam adalah mudah. Kemudahan syari’at Islam berlaku dalam semua hal, baik dalam ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), baik tentang ‘aqidah, ibadah, akhlak, mu’amalah, jual beli, pinjam meminjam, pernikahan, hukuman dan lainnya.
Semua perintah dalam Islam mengandung banyak manfaat. Sebaliknya, semua larangan dalam Islam mengandung banyak kemudharatan di dalamnya. Maka, kewajiban atas kita untuk sungguh-sungguh memegang teguh syari’at Islam dan mengamalkannya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
يَسِّرُوْا وَلاَ تُعَسِّرُوْا وَبَشِّرُوْا وَلاَ تُنَفِّرُوْا.
“Permudahlah dan jangan mempersulit, berikanlah kabar gembira dan jangan membuat orang lari.”
[Disalin dari buku Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Shahih, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan ke 3]
Kiranya tak diragukan lagi bagi manusia yang berakal bahwa alam semesta dengan segala isinya diperuntukkan bagi kepentingan hidup manusia di dunia. “Dialalah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi ini untuk kamu sekalian” (Q.S.Al-Baqarah 29). Namun tak semua manusia menyadari untuk apa keberadaan manusia itu sendiri di dunia ini. Pertanyaan mendasar yang ada pada setiap diri manusia inilah yang mendorong manusia mencari jawabannya diluar dirinya yang menurut islam, keberadaan diri manusia didunia tak lain ialah untuk beribadah, dalam arti mentaati segala aturan yang diciptakan oleh Tuhan Pencipta manusia yang pasti lebih tahu tentang apa yang baik bagi manusia.
“Dan tidaklah Kami (Allah) ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada Tuhan”. (Q.S.Az-Zaariat 56). Itulah fitrah manusia sebagai makhluk yang selalu bertanya, bertanya artinya mencari jawaban yang berarti mencari kebenaran. Sedangkan kebenaran hakiki datangnya dari sesuatu diluar dirinya yang ia yakini sebagai sumber kebenaran mutlak yang tak lain ialah Tuhan. Maka dengan kata lain, pada dasarnya manusia adalah makhluk pencari kebenaran yang berarti juga makhluk pencari Tuhan. “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.Tidak ada perobahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”(Q.S.Ar-Rum 30). Ayat tersebut mengandung arti bahwa manusia diciptakan Tuhan dengan memiliki kecenderungan beragama atau sebagai makhluk pencari Tuhan, sedangkan agama yang benar tidak mungkin ajarannya bertentangan dengan fitrah atau tabiat manusia itu sendiri. Itulah sebab dan buktinya di dunia ini telah bermunculan bemacam-macam agama.
Tapi anehnya, jika semua agama mengajarkan bahwa Tuhan yang mereka yakini sebagai satu-satunya sumber kebenaran mutlak, sebagai satu-satunya Yang Maha Kuasa, mengapa tidak satu saja agama di dunia ini. Menurut pandangan islam, hal tersebut membuktikan, meskipun manusia sebagai makhluk pencari Tuhan melalui akalnya, namun akal manusia itu sendiri juga memiliki keterbatasan dan kelemahan dalam pencarian kebenaran.. Maka atas sifat Rahman dan Rahim-Nya pula, selain manusia diberi akal dengan segala keterbatasannya tadi, Tuhanpun melengkapinya pula dengan yang namanya wahyu yang disampaikan kepada manusia melalui para Rasul-Nya. Melalui wahyu-Nya, Tuhan memperkenalkan diri-Nya kepada manusia dan dengan akalnya pula seharusnya manusia juga bisa mengenal Tuhannya lewat pesan-pesan wahyu tadi. “Kami (Allah) tak akan pernah menyiksa suatu kaum (dalam neraka) sebelum Kami mengutus ditengah-tengah mereka seorang Rasul”(Q.S.Al-Isra’15). Ayat tersebut menegaskan bahwa akal bukanlah satu-satunya jaminan bagi manusia untuk dapat mengenal Tuhannya jika tanpa bimbingan kesucian hati nurani yang telah ditiupkan Tuhan kedalam setiap jiwa manusia. “Fa alhamahaa fujuurahaa wataqwaahaa”(Maka Allaah telah menanamkan kedalam jiwa manusia petunjuk menuju jalan kefasikan (keburukan) dan menuju jalan ketaqwaan (kebaikan). (Q.S.As-Syams 8). Terserah manusia sendiri untuk memilihnya dengan segala resikonnya. “Sesungguhnya amatlah beruntung bagi orang yang sanggup mensucikan jiwanya dan amatlah rugi bagi orang yang mengotori kesucian jiwanya”(Q.S.Asy-Syams 8-9).
Maka supaya manusia tidak disesatkan oleh keterbatasan akalnya dalam mencari Tuhan, Islam menawarkan sebuah metode pencarian Tuhan dengan membaca ayat-ayat Allah, baik ayat-ayat Qurániyah ( wahyu Allah ) maupun ayat-ayat Kauniyah (memperhatikan fenomena alam yang akan mengantarkan manusia mengenal Tuhan Pencipta alam). Sekedar contoh, dalam Al-Qurán Surat Al-Anám 75-79 Tuhan melukiskan proses pencarian Tuhan oleh Nabi Ibrahim as. melalaui ayat-ayat kauniyah yang berujung pada keimanan. “Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda kekuasaan Kami yang terdapat di langit dan di bumi, agar ia termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah gelap, ia menatap sebuah bintang seraya berkata, inilah Tuhanku. Namun ketika bintang tenggelam iapun berkata, aku tak suka kepada sesuatu yang lenyap (untuk dipertuhankan).Kemudian ketika ia memperhatikan bulan terbit ia berkata, inilah Tuhanku. Tetapi setelah bulan itu terbenam iapun berkata, sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk padaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian ketika ia menatap mata hari terbit iapun berkata, inilah Tuhanku.Bukankah ia lebih besar? Tatkala matahari terbenam akhirnya ia berkata: Hai kaumku, sesungguhnya aku telah melepaskan diri dari apa yang telah kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Tuhan Pencipta langit dan bumi sebagai agama yang benar dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”(Q.S.Al-Anáam 75-79).
Demikianlah proses turunnya hidayah Tuhan kepada seorang hambanya Nabi Ibrahim as.yang merupakan titik temu antara pencarian manusia terhadap Tuhan melalui akalnya dengan petunjuk Tuhan melalui wahyunya. Itulah sebabnya setelah Nabi Ibrahim menemukan Tuhannya melalui pencarian akalnya, iapun menyadari bahwa “Jika sekiranya Tuhan tidak menunjuki diriku dalam aku mencari Dia, niscaya aku tergolong orang-orang yang sesat”(Q.S.Al-Anáam 77) . Pertanyaannya ialah, jika semua manusia memiliki potensi yang sama untuk dapat mengenal Tuhan, mengapa ada manusia tak beragama? Jawabannya ialah, boleh jadi manusianya yang telah keluar dari fitrahnya, bukan agamanya yang tidak sesuai dengan fitrah manusia. Karena selain memiliki akal, manusia juga dilengkapi dengan nafsu, baik nafsu mutmainnah yang mengarah kepada kebaikan (wataqwaahaa) maupun nafsu amaaratun bissu’ yang mengarah kepada keburukan (fujuurahaa). Maka jika semua potensi tersebut difungsikan secara optimal dan proporsional, dipastikan manusia akan tetap berada dalam keaslian fitrahnya yaitu sebagai makhluk pencari Tuhan. Justru perlu dipertanyakan bagi orang tak beragama, apakah ia tak menemukan Tuhan setelah berusaha mencarinya atau sengaja menghindar dari tuntutan hati nuraninya yang merindukan kehadiran Tuhan yang tentunya akan membawa konsekwensi bagi dirinya. Sebagai perbandingan, jangankan agama yang berada diluar dirinya yang menuntut akal manusia untuk mencarinya, sedangkan akal sendiri yang berada dalam diri manusia dan merupakan sesuatu yang paling berharga bagi dirinya, tidak jarang orang ingin menghindar atau membuangnya dalam arti ingin merasakan kehidupan diluar kendali akal dengan cara memabukkan diri melalui minuman atau obat-obatan yang merusak fungsi akal yang oleh karenanya agama (islam) melarangnya.
Bersukurlah kita sebagai hamba Allah yang telah dapat mengfungsikan rahmat Allah berupa akal dan hati nurani sehingga kita mendapat hidayah berupa iman dan islam dan mudah-mudahan kita dijauhkan dari ancaman Allah dalam firmannya: ”Telah Kami penuhi isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, yaitu mereka yang mempunyai hati tapi tak pernah digunakan untuk memikirkan ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata tak digunakan untuk memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah dan mereka mempunyai telinga tak digunakan untuk mendengarkan firman-firman Allah. Mereka laksana binatang bahkan lebih rendah dari itu”(Q.S.Al-A’raf 179). Naúuzubillaahi min zaalik. Sebagai konsekwensi keimanan seseorang terhadap Tuhan, tentunya harus dibuktikan dengan pengamalan ajaran yang bersumber dari Tuhan yang akan membimbing manusia menuju kesempurnaannya yang dalam ajaran islam dikenal dengan 6 rukun iman dan 5 rukun islam.
ISLAM agama yang sempurna
Pada hari ini,telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu.”(QS. Al Maidah 5: 3)
Sungguh
suatu anugerah yang tak terhingga, ketika Allah SWT memberikan nikmat terbesar
dalam kehidupan manusia, yaitu nikmat iman dan Islam. Nikmat yang menjadikan
ada sebuah pembeda (furqan) antara seorang muslim dengan musyrikin. Nikmat
Islam merupakan kunci surga Allah, yang di dalamnya terdapat banyak sekali
kenikmatan abadi yang tiada habisnya, di mana setiap muslim dijamin oleh Allah
akan dimasukkan ke dalam jannah-Nya, apabila menerapkan Islam secara kaffah
dalam hidupnya. Firman Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah
kamu ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan), dan janganlah kamu turut
langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
(QS. Al Baqarah 2: 208)
Islam
memiliki sifat-sifat dasar yaitu kesempurnaan, penuh nikmat, diridhai dan
sesuai dengan fitrah. Sebagai agama, sifat-sifat ini dapat
dipertanggungjawabkan dan menjadikan pengikutnya dan penganutnya tenang,
selamat dan bahagia dalam menjalani hidup. Muslim menjadi selamat karena Islam
diciptakan sebagai diin yang sempurna. Ketenangan yang dirasakan seorang muslim
karena Allah memberikan segenap rasa nikmat kepada penganut Islam, kemudian
kepada mereka yang mengamalkan Islam karena sesuai dengan fitrahnya. “Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.” (QS. Ar Rum 30: 30)
Syumuliyatul
Islam
Islam merupakan
agama yang sempurna berarti lengkap, menyeluruh dan mencakup segala hal yang
diperlukan bagi panduan hidup manusia. Sebagai petunjuk/ pegangan dalam
hidupnya, sehingga dapat menjalani hidup dengan baik, teratur dan sejahtera,
mendapatkan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat.
Islam
adalah sistem yang menyeluruh, mencakup seluruh sisi kehidupan. Ia adalah
negara dan tanah air, pemerintah dan umat, akhlaq dan kekuatan, kasih sayang
dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan
kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan
pemikiran. Ia adalah aqidah yang lurus, ibadah yang benar, tidak kurang tidak
lebih. Syumul (universalitas) merupakan salah satu karakter Islam yang sangat
istimewa jika dibandingkan dengan syariah dan tatanan buatan manusia, baik
komunisme, kapitalisme, demokrasi maupun yang lainnya. Universalitas Islam
meliputi waktu, tempat dan seluruh bidang kehidupan. Ulama besar Mesir asy
syahid Hasan Al Banna berkata
“Risalah
Islam mempunyai jangkauan yang sangat lebar sehingga berlaku bagi seluruh umat,
dan jangkauan yang sangat dalam sehingga mencakup seluruh urusan dunia dan
akhirat.”
Kesempurnaan
Islam ini ditandai dengan syumuliyatuz zaman (sepanjang masa), syumuliyatul
minhaj (mencakup semuanya) dan syumuliyatul makan (semua tempat).
1. Islam
sebagai syumuliyatuz zaman (sepanjang masa) adalah agama masa lalu, hari ini
dan sampai akhir zaman nanti. Sebagaimana Islam merupakan agama yang pernah
Allah sampaikan kepada para Nabi terdahulu, “Dan sesungguhnya Kami telah
mengutus rasul pada tiap-tiap umat untuk menyerukan: “Sembahlah Allah dan
jauhilah Thaghut.” (QS. An Nahl 16: 36).
Kemudian
disempurnakan oleh Allah melalui risalah nabi Muhammad SAW sebagai kesatuan
risalah dan nabi penutup. Islam yang dibawa nabi Muhammad SAW dilaksanakan
sepanjang masa untuk seluruh umat manusia hingga hari kiamat. “Dan Kami
tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa
berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui.” (QS. Saba’ 34: 28)
2. Islam
sebagai syumuliyatul minhaj (mencakup semuanya) melingkupi beberapa aspek
lengkap yang terdapat dalam Islam itu sendiri, misalnya jihad dan da’wah
(sebagai penyokong/ penguat Islam), akhlaq dan ibadah (sebagai bangunan Islam)
dan aqidah (sebagai asas Islam). Aspek-aspek ini menggambarkan kelengkapan
Islam sebagai satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah SWT. Firman Allah
SWT: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.”
(QS. Ali ‘Imran 3: 19)
3. Islam
sebagai syumuliyatul makan (semua tempat) karena Allah menciptakan manusia dan
alam semesta ini sebagai satu kesatuan. Pencipta alam ini hanya Allah saja.
Karena berasal dari satu pencipta, maka semua dapat dikenakan aturan dan
ketentuan kepada-Nya. Firman Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan dan pencipta
alam semesta: “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan
melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang
berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah
mati-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan
awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh tanda-tanda bagi kaum
yang memikirkan.” (QS. Al Baqarah 2: 163-164)
Kelengkapan
Ajaran Islam Di Bidang Aqidah
Aqidah Islam
adalah aqidah yang lengkap dari sudut manapun. Islam mampu menjelaskan persoalan-persoalan
besar kehidupan ini. Aqidah Islam mampu dengan jelas menerangkan tentang Tuhan,
manusia, alam raya, kenabian, dan bahkan perjalanan akhir manusia itu sendiri.
Islam
tidak hanya ditetapkan berdasarkan instink/ perasaan atau logika semata, tetapi
aqidah Islam diyakini berdasarkan wahyu yang dibenarkan oleh perasaan dan
logika. Iman yang baik adalah iman yang muncul dari akal yang bersinar dan hati
yang bercahaya. Dengan demikian, aqidah Islam akan mengakar kuat dan menghujam
dalam diri seorang muslim. Meyakini secara benar bahwa tiada Tuhan selain Allah
dengan meyakini dalam hati, mengucapkan secara lisan dan dibuktikan dengan
mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan Allah.
Aqidah
Islam adalah aqidah yang tidak bisa dibagi-bagi. Iman seorang mu’min adalah
iman 100% tidak bisa 99% iman, 1% kufur. “Apakah kamu beriman kepada
sebahagian Al Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan
bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam
kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang
sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (QS. Al
Baqarah 2: 85).
Kelengkapan
Ajaran Islam Di Bidang Ibadah
Ibadah
dalam Islam menjangkau keseluruhan wujud manusia secara penuh. Seorang muslim
beribadah kepada Allah dengan lisan, fisik, hati, akal, dan bahkan kekayaannya.
Lisannya mampu bedzikir, berdoa, tilawah, amar ma’ruf nahi munkar. Fisiknya
mengiringi dengan berdiri, ruku’ dan sujud, puasa dan berbuka, berjihad dan
berolah raga, membantu mereka yang membutuhkan. Hatinya beribadah dengan rasa
takut (khauf), berharap (raja’), cinta (mahabbah) dan bertawakal kepada Allah.
Ikut berbahagia atas kebahagiaan sesama, dan berbela sungkawa atas musibah
sesama. Akalnya beribadah dengan berfikir dan merenungkan kebesaran dan ciptaan
Allah.
Hartanya
diinfakkan untuk pembelanjaan yang dicintai dan diperintahkan Allah serta
membawa kemaslahatan bersama.
Maha
Suci Allah yang telah mengatur segala sesuatunya dengan baik dan menenteramkan.
Seluruh aktivitas seorang muslim akan bernilai ibadah di mata Allah, apabila
dijalankan dengan ikhlas dan diniatkan hanya untuk mengharap ridha-Nya.
Sehingga kita patut mencontoh Rasulullah SAW dan para sahabat yang selalu
berlomba-lomba dalam kebaikan (ibadah), karena mereka yakin bahwa Allah akan
membalasnya dengan limpahan pahala dan sesuatu yang jauh lebih baik di dunia
maupun di akhirat (jannah).
Kelengkapan
Ajaran Islam Di Bidang Akhlaq
Akhlaq Islam
memberikan sentuhan kepada seluruh sendi kehidupan manusia dengan optimal.
Akhlaq Islam menjangkau ruhiyah, fisik, agama, duniawi, logika, perasaan,
keberadaannya sebagai wujud individu, atau wujudnya sebagai elemen komunal
(masyarakat).
Akhlaq
Islam meliputi hal-hal yang berkaitan dengan pribadi, seperti kewajiban
memenuhi kebutuhan fisik dengan makan dan minum yang halalan thoyiban serta
menjaga kesehatan, seruan agar manusia mempergunakan akalnya untuk berfikir
akan keberadaan dan kekuasaan Allah, seruan agar manusia membersihkan jiwanya, “Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang
yang mengotorinya.” (QS. Asy Syams 91: 9-10).
Hal-hal
yang berkaitan dengan keluarga, seperti hubungan suami istri dengan baik,
hubungan anak dan orang tua, hubungan dengan kerabat dan sanak saudara.
Semuanya diajarkan dalam Islam untuk saling berkasih sayang dalam mewujudkan
keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.
Hal-hal
yang berkaitan dengan masyarakat, seperti seruan untuk memuliakan tamu dan
etika bertamu, mengajarkan bahwa tetangga merupakan keluarga dekat, hubungan
muamalah yang baik dengan saling menghormati, seruan untuk berjual beli dengan
adil, dsb. Menjadikan umat manusia dapat hidup berdampingan dengan damai dan
harmonis.
Kesempurnaan
Islam juga mengatur pada akhlaq Islam yang berkaitan dengan menyayangi
binatang, tidak menyakiti dan membunuhnya tanpa alasan. Akhlaq Islam yang
berkaitan dengan alam raya, sebagai obyek berfikir, merenung dan belajar, “Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali ‘Imran 3:
190), sebagai sarana berkarya dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
Lebih
dari itu semua adalah akhlaq muslim kepada Allah SWT, Pencipta, dan Pemberi
nikmat, dengan bertahmid, bersyukur, berharap (raja’), dan takut (khauf)
terpinggirkan apalagi dijatuhi hukuman, baik di dunia maupun di akhirat.
Kelengkapan
Ajaran Islam Di Bidang Hukum/ Syariah
Syariah
Islam tidak hanya mengurus individu tanpa memperhatikan masyarakatnya, atau
masyarakat tanpa memperhatikan individunya. Syariah Islam mencakup seluruh
aspek kehidupan manusia. Ada aturan ibadah, yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah. Ada halal dan haram (bahaya-berguna) yang mengatur manusia dengan
dirinya sendiri. Ada hukum keluarga, nikah, thalaq, nafkah, persusuan, warisan,
perwalian, dsb. Ada aturan bermasyarakat, seperti: jual beli, hutang-piutang,
pengalihan hak, kafalah, dsb. Ada aturan tentang tindak kejahatan, minuman
keras, zina, pembunuhan, dsb.
Dalam urusan
negara ada aturan hubungan negara terhadap rakyatnya, loyalitas ulil amri
(pemerintah) yang adil dan bijaksana, bughot (pemberontakan), hubungan antar
negara, pernyataan damai atau perang, dsb. Untuk mewujudkan negara yang adil
dan sejahtera sesuai dengan tatanan hidup Islam, maka syariah Islam harus
diterapkan secara kaffah dalam kehidupan bernegara.
Kelengkapan
Ajaran Islam Dalam Seluruh Aspek Kehidupan
Islam adalah
agama yang sempurna. Salah satu bukti kesempurnaannya adalah Islam mencakup
seluruh peraturan dan segala aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu Islam
sangat sesuai dijadikan sebagai pedoman hidup. Di antara kelengkapan Islam yang
digambarkan dalam Al Qur’an adalah mencakup konsep keyakinan (aqidah), moral,
tingkah laku, perasaan, pendidikan, sosial, politik, ekonomi, militer, hukum/
perundang-undangan (syariah).
Kesempurnaan
Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dan merupakan satu-satunya
diin yang diridhai Allah SWT menjadikannya satu-satunya agama yang benar dan
tak terkalahkan. “Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya petunjuk dan agama
yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang
musyrikin tidak menyukai.” (QS. At Taubah 9: 33).
Beruntunglah
bagi setiap manusia yang diberikan hidayah oleh Allah SWT untuk dapat merasakan
nikmat berislam dan menjauhkannya dari kesesatan hidup jahiliyah. Rawat dan
jagalah nikmat iman dan Islam dengan tarbiyah Islamiyah serta menerapkan Islam
secara kaffah, sehingga terwujud kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.
Islam
sendiri memiliki syariat / peraturan hukum yang sangat sempurna karena memiliki
beberapa keunikan, diantaranya:
Pertama,
bersifat manusiawi yang menunjukkan relevansi hukum Islam dengan watak manusia
serta kebutuhan dan keinginan manusia. Kemudian menghargai hak hidup manusia,
memenuhi kebutuhan rohani dan mengembangkan akal pikir manusia. Selain itu,
juga menjunjung tinggi prinsip kehidupan manusia seperti keadilan, toleransi,
permusyawaratan, saling mengasihi,saling memaafkan, persatuan, perdamaian dan
sebagainya.
Kedua,
bercirikan moral yang menunjukkan bahwa hukum Islam berpijak pada kode etik
tertentu mengingat Nabi Muhammad diturunkan bertujuan untuk menyempurnakan akhlak
manusia dengan tetap berpijak pada kode etik dalam Alqur’an. Hal ini berarti
Islam menjaga kehormatan dan martabat manusia, saling nasihat menasihati dalam
kebenaran dan kesabaran, serta mendudukkan sesuatu sesuai kedudukannya..
Ketiga,
bercirikan universal dalam artian seluruh aturan ada dan mengikat untuk seluruh
umat manusia tanpa terkecuali. Tidak seperti agama lain yang diturunkan untuk
umat agamanya saja, segenap peraturan yang ada dalam Islam tidak hanya untuk
umat Islam saja tetapi mengikat juga ke umat lain.
Islam
dan syariahnya membuka diri dan dapat berdialog dengan siapapun dan kapanpun
karena Islam menjelaskan seluruh permasalahan umat. Selain itu, syariah Islam
juga memliki karakteristik tersendiri diantaranya:
Pertama,
sempurna mengingat Islam sebagai agama terakhir telah disempurnakan oleh Alloh
sehingga mencakup berbagai dimensi kehidupan baik akidah, politik
kemasyarakatan, kebudayaan, pertahanan dan keamanan, sosial kemasyarakatan,
ekonomi dan sebagainya.
Kedua,
berwatak harmonis dan seimbang yakni keseimbangan yang tidak goyah, selaras dan
serasi sehingga membentuk ciri khas yang unik. Karenanya ada hukum wajib
sebagai bandingan haram, sunah dengan makruh dan ditengahi oleh hukum mubah.
Hal lainnya adalah menempatkan kewajiban seiring dengan penuntutan hak,
menggunakan harta benda tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, dan
sebagainya.
Ketiga,
dinamis yang menunjukkan bahwa syariah Islam bisa berkembang menurut kondisi
pada masa itu. Adanya ijtihad dalam Islam membuka jalan berubahnya peraturan
yang belum ada ketetapan yang pasti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar