Minggu, 30 Maret 2014

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA SENAT MAHASISWA FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MAJALENGKA

1. ANGGARAN DASAR


BAB I  NAMA, WAKTU DAN TEMPAT

Pasal 1 NAMA
 

Organisasi ini bernama senat mahasiswa Fakultas Agama Islam Universitas Majalengka disingkat SEMA FAI UNMA.

Pasal 2 WAKTU

SEMA FAI UNMA didirikan pada bulan januari 2013 dan dapat diperbaharui dengan MUSYWA.

Pasal 3 BENTUK

SEMA FAI UNMA adalah Organisasi Kemahasiswaan dilingkungan FAI UNMA.

Pasal 4 TEMPAT

SEMA FAI UNMA bertempat di kampus Universitas Majalengka, gedung FAI Jl. K.H Abdul Halim No. 101 Majalengka 45418.

BAB II AZAS, SIFAT, TUJUAN DAN KEDUDUKAN

PASAL 5 AZAS

SEMA FAI UNMA berdasarkan azas islam dengan menjungjung azas
solidaritas, toleransi serta menjungjung tinggi nilai-nilai keislaman,
hukum serta demokrasi berkeadilan yang sesuai dengan Pancasila dan UUD
1945.

Pasal 6 SIFAT


SEMA FAI UNMA bersifat independen.

Pasal 7 TUJUAN
1. Mempererat ukhuwah islamiyah.
2. Untuk mengaktualisasikan ilmu yang didapat bagi pembangunan masyarakat.
3. Sarana menambah wawasan dan pengetahuan.
4. Menjungjung tinggi hak asasi manusia.
5. Memberdayakan pendidikan, hukum, keadilan ekonomi dan demokrasi.
6. Meningkatkan kreatifitas.
7. Meningkatkan peran aktif mahasiswa dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
8. Membantu memecahkan permasalahan FAI.


Pasal 8 KEDUDUKAN

1. SEMA FAI UNMA berkedudukan dibawah BPM dan bertanggung jawab terhadap BPM.
2. SEMA FAI bertanggung jawab terhadap HMJ dan HMJ bertanggungjawab kepada SEMA FAI.

Pasal 9

Jika pengurus terbukti melakukan pelanggaran atau tidak
bertanggungjawab terhadap tugasnya maka dikeluarkan surat peringatan
lalu dilakukan pergantian kepengurusan atau resufle.

BAB III ANGGOTA KEPENGURUSAN DAN PENASEHAT

Pasal 10 KEPENGURUSAN
1. Kepengurusan dipilih oleh MUSYWA setiap periode, setiap satu tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali sebanyak 2 periode.
2. Struktur organisasi SEMA FAI UNMA sebagai berikut :
a. Ketua
b. Wakil ketua
c. Sekretaris
d. Bendahara
e. Departemen
Agama
KOMINFO
PSDMPP
INTERNAL
Pasal 12
PENASEHAT
Wakil Dekan III bidang kemahasiswaan FAI UNMA.



BAB IV DANA

Pasal 11 SUMBER DANA
Dana diperoleh dari keuangan kemahasiswaan dengan pembagian sebagai berikut :
1. MPM 10 %
2. BEM UNIVERSITAS 30 %
3. BPM 10%
4. SEMA FAKULTAS 50 %
5. Sumber lain yang halal dan tidak mengikat

BAB V  PERUBAHAN


Pasal 12 PERUBAHAN AD


Perubahan dilakukan pada saat MUSYWA.


BAB VI
PENUTUP
Pasal 13 LAIN-LAIN

1. Hal lain yang belum diatur dalam AD ini akan diatur dalam ART.
2. AD/ART adalah satu kesatuan yang tak dapat dipidahkan.

II. ANGGARAN RUMAH TANGGA
                                                                             BAB I

KEANGGOTAAN
Pasal 1 KETENTUAN ANGGOTA
Seluruh mahasiswa di FAI Universitas Majalengka berhak menjadi anggota SEMA FAI.

Pasal 2 HAK ANGGOTA

Anggota mempunyai hak :
1. Memperoleh perlakuan yang sama.
2. Menyampaikan aspirasi baik lisan maupun tulisan.
3. Membela diri apabila terjadi pelanggaran terhadap AD/ART sesuai dengan ketentuan.

Pasal 3 KEWAJIBAN ANGGOTA
Anggota mempunyai kewajiban :
1. Menjunjung tinggi nama baik organisasi.
2. Memahami dan melaksanakan AD/ART
3. Melaksanakan keputusan yang diambil dalam Musyawarah.
4. Mendukung kebijakan organisasi.
5. Menjalankan program kerja.

Pasal 4 KEANGGOTAAN BERAKHIR
Keanggotaan berakhir karena :
1. Meninggal dunia.
2. Sudah selesai menempuh pendidikan di Universitas Majalengka.
3. Tidak terdaftar lagi sebagai Mahasiswa Fakultas Agama ISLAM.
4. Mengundurkan diri dan Resufle.

BAB II KEPENGURUSAN
Pasal 5

Kepengurusan dilaksanakan oleh senat mahasiswa sebagai institusi
kemahasiswaan yang telah di tetapkan BPM melalui MUSYWA FAI UNMA.


BAB III
MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 6 MUSYAWARAH
1. Musyawarah dilakukan secara kondisional sesuai dengan kebutuhan.
2. Musyaarah luar biasa dilakukan apabila ada permasalahan yang dianggap darurat tanpa mengenal waktu.

Pasal 7 RAPAT
Macam dan ketentuan rapat :
1. Rapat kerja, diadakan sesuai dengan agenda kerja yang diperlukan.
2. Rapat koordinasi, diadakan untuk melakukan koornisasi untuk permasalahan yang dianggap penting.
3. Rapat evaluasi, diadakan untuk mengevaluasi kegiatan.
4. Rapat harian, diadakan apabila ada hal yang mendesak untuk dimusyawarahkan.
5. Rapat luar biasa.


BAB IV
RENCANA KERJA
Pasal 8 RENCANA KERJA
1. Rencana kerja disusun oleh pengurus dengan berpedoman kepada GBPK.
2. Pelaksanaan dan hasil kegiatan dilaporkan dan diawasi oleh BPM secara berkala.

BAB V PENAMBAHAN ATAU PENGURANGAN DEPARTEMEN

Pasal 9
Hal ini dapat dilakukan pada saat MUSYWA sesuai dengan kebutuhan internal SEMA.


BAB VI
KETENTUAN LAIN

Pasal 10 PERUBAHAN ART
ART dapat diubah dan disempurnakan melalui MUSYWA FAI UNMA.

BAB VII PENUTUP
Pasal 11

KETENTUAN TAMBAHAN
Hal lain yang belum diatur dalam AD/ART ini akan ditetapkan kemudian melalui MUSYWA FAI UNMA.
 
 KEPUTUSAN MUSYAWARAH MAHASISWA FAKULTAS AGAMA ISLAM 2013
No. 03/ Musywa / FAI_UNMA / 2013 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
FAI UNMA PERIODE 2013-2014



Menimbang :

1. Bahwa keberadaan intitusi Fakultas Agama Islam sudah terwujud maka
dipandang perlu adanya sebuah konstitusi yang akan menaungi dan
mekoodinir keberadaan senat Mahasiswa Fakultas Agama Islam UNMA serta
untuk menjadi motivator untuk pelaksanaan GBPK.
2. Bahwa sehubungan
dengan poin a diatas maka perlu adanya AD/ART baru untuk dijadikan
pedoman dalam pelaksanaan kebijakan BEM FAI UNMA.
Mengingat :
1. Keputusan Mendikbud RI No. 155 / V / 1998 tentang pedoman umum organisasi kemahasiswaan.
2. Hasil rapat koordinasi persiapan MUSYWA tanggal 4 November 2013
Memperhatikan :
Proses pelaksanaan sidang pleno MUSYWA FAI UNMA.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Keputusan MUSYWA tentang AD/ ART FAI UNMA tahun 2013-2014.
Pasal 1
Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tanggal FAI UNMA periode 2013-2014 untuk dapat digunakan dengan baik.

Pasal 2

AD/ ART FAI UNMA adalah sebagaimana terdapat pada lampiran. Keputusan
ini merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dari keputusan ini.

Pasal 3

Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan. Apabila dikemudian hari
terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, maka akan ditinjau kembali
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan : di Majalengka
Pukul : 15.00 WIB
Pada tanggal : 31 Desember 2013

PIMPINAN SIDANG
MUSYAWARAH MAHASISWA
FAKULTAS AGAMA ISLAM

Presidium I : Ayu Sri Rahayu R
Presidium II : Anggun Rahmawati

Kamis, 27 Februari 2014

PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN MENURUT ISLAM

Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan dua elemen yang saling berkaitan. Artinya, kepemimpinan (style of the leader) merupakan cerminan dari karakter/perilaku pemimpinnya (leader behavior). Perpaduan atau sintesis antara “leader behavior dengan leader style” merupakan kunci keberhasilan pengelolaan organisasi; atau dalam skala yang lebih luas adalah pengelolaan daerah atau wilayah, dan bahkan Negara.
Banyak pakar manajemen yang mengemukakan pendapatnya tentang kepemimpinan. Dalam hal ini dikemukakan George R. Terry (2006 : 495), sebagai berikut: “Kepemimpinan adalah kegiatan-kegiatan untuk mempengaruhi orang orang agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok secara sukarela.”
Dari defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam kepemimpinan ada keterkaitan antara pemimpin dengan berbagai kegiatan yang dihasilkan oleh pemimpin tersebut. Pemimpin adalah seseorang yang dapat mempersatukan orang-orang dan dapat mengarahkannya sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh seorang pemimpin, maka ia harus mempunyai kemampuan untuk mengatur lingkungan kepemimpinannya.
Kepemimpinan menurut Halpin Winer yang dikutip oleh Dadi Permadi (2000 : 35) bahwa : “Kepemimpinan yang menekankan dua dimensi perilaku pimpinan apa yang dia istilahkan “initiating structure” (memprakarsai struktur) dan “consideration” (pertimbangan). Memprakarsai struktur adalah perilaku pemimpin dalam menentukan hubungan kerja dengan bawahannya dan juga usahanya dalam membentuk pola-pola organisasi, saluran komunikasi dan prosedur kerja yang jelas. Sedangkan pertimbangan adalah perilaku pemimpin dalam menunjukkan persahabatan dan respek dalam hubungan kerja antara pemimpin dan bawahannya dalam suatu kerja.”
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan:
bahwa kepemimpinan adalah “proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau kelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.”
Dari defenisi kepemimpinan itu dapat disimpulkan bahwa proses kepemimpinan adalah fungsi pemimpin, pengikut dan variabel situasional lainnya. Perlu diperhatikan bahwa defenisi tersebut tidak menyebutkan
suatu jenis organisasi tertentu. Dalam situasi apa pun dimana seseorang berusaha mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok, maka sedang berlangsung kepemimpinan dari waktu ke waktu, apakah aktivitasnya dipusatkan dalam dunia usaha, pendidikan, rumah sakit, organisasi politik atau keluarga, masyarakat, bahkan bangsa dan negara.
Sedangkan George R Terry (2006 : 124), mengemukakan 8 (delapan) ciri mengenai kepemimpinan dari pemimpin yaitu :
(1) Energik, mempunyai kekuatan mental dan fisik;
(2) Stabilitas emosi, tidak boleh mempunyai prasangka jelek terhadap bawahannya, tidak cepat marah dan harus mempunyai kepercayaan diri yang cukup besar;
(3) Mempunyai pengetahuan tentang hubungan antara manusia;
(4) Motivasi pribadi, harus mempunyai keinginan untuk menjadi pemimpin dan dapat memotivasi diri sendiri;
(5) Kemampuan berkomunikasi, atau kecakapan dalam berkomunikasi dan atau bernegosiasi;
(6) Kemamapuan atau kecakapan dalam mengajar, menjelaskan, dan mengembangkan bawahan;
(7) Kemampuan sosial atau keahlian rasa sosial, agar dapat menjamin kepercayaan dan kesetiaan bawahannya, suka menolong, senang jika bawahannya maju, peramah, dan luwes dalam bergaul;
(8) Kemampuan teknik, atau kecakapan menganalisis, merencanakan, mengorganisasikan wewenang, mangambil keputusan dan mampu menyusun konsep.
Kemudian, kepemimpinan yang berhasil di abad globalisasi menurut Dave Ulrich adalah: “Merupakan perkalian antara kredibilitas dan kapabilitas.” Kredibilitas adalah ciri-ciri yang ada pada seorang pemimpin seperti kompetensi-kompetensi, sifatsifat, nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan yang bisa dipercaya baik oleh bawahan maupun oleh lingkungannya.
Sedangkan kapabilitas adalah kamampuan pemimpin dalam menata visi, misi, dan strategi serta dalam mengembangkan sumber-sumber daya manusia untuk kepentingan memajukan organisasi dan atau wilayah
kepemimpinannya.” Kredibilitas pribadi yang ditampilkan pemimpin yang menunjukkan kompetensi seperti mempunyai kekuatan keahlian (expert power) disamping adanya sifat-sifat, nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan yang positif (moral character) bila dikalikan dengan kemampuan pemimpin dalam menata visi, misi, dan strategi organisasi/ wilayah yang jelas akan merupakan suatu kekuatan dalam menjalankan roda organisasi/wilayah dalam rangka mencapai tujuannya.
Kepemimpinan Dalam Islam
Kepemimpinan Islam adalah kepemimpinan yang berdasarkan hukum Allah. Oleh karena itu, pemimpin haruslah orang yang paling tahu tentang hukum Ilahi. Setelah para imam atau khalifah tiada, kepemimpinan harus dipegang oleh para faqih yang memenuhi syarat-syarat syariat. Bila tak seorang pun faqih yang memenuhi syarat, harus dibentuk ‘majelis fukaha’.”
Sesungguhnya, dalam Islam, figur pemimpin ideal yang menjadi contoh dan suritauladan yang baik, bahkan menjadi rahmat bagi manusia (rahmatan linnas) dan rahmat bagi alam (rahmatan lil’alamin) adalah Muhammad Rasulullah Saw., sebagaimana dalam firman-Nya :
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS.
al-Ahzab [33]: 21).
Sebenarnya, setiap manusia adalah pemimpin, minimal pemimpin terhadap seluruh metafisik dirinya. Dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas segala kepemimpinannya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam sabda Rasulullah Saw., yang maknanya sebagai berikut :
“Ingatlah! Setiap kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya, seorang suami adalah pemimpin keluarganya dan ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya, wanita adalah pemimpin bagi kehidupan rumah tangga suami dan anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Ingatlah! Bahwa kalian adalah sebagai pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban
tentang kepemimpinannya,” (Al-Hadits).
Kemudian, dalam Islam seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki sekurang-kurangnya 4 (empat) sifat dalam menjalankan kepemimpinannya, yakni : Siddiq, Tabligh, Amanah dan Fathanah (STAF):
(1) Siddiq (jujur) sehingga ia dapat dipercaya;
(2) Tabligh (penyampai) atau kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi;
(3) Amanah (bertanggung jawab) dalam menjalankan tugasnya;
(4) Fathanah (cerdas) dalam membuat perencanaan, visi, misi, strategi dan mengimplementasikannya.
Selain itu, juga dikenal ciri pemimpin Islam dimana Nabi Saw pernah bersabda: “Pemimpin suatu kelompok adalah pelayan kelompok tersebut.” Oleh sebab itu, pemimpin hendaklah ia melayani dan bukan dilayani, serta menolong orang lain untuk maju.
Dr. Hisham Yahya Altalib (1991 : 55), mengatakan ada beberapa ciri penting yang menggambarkan kepemimpinan Islam yaitu :
Pertama, Setia kepada Allah. Pemimpin dan orang yang dipimpin terikat dengan kesetiaan kepada Allah;
Kedua, Tujuan Islam secara menyeluruh. Pemimpin melihat tujuan organisasi bukan saja berdasarkan kepentingan kelompok, tetapi juga dalam ruang lingkup kepentingan Islam yang lebih luas;
Ketiga, Berpegang pada syariat dan akhlak Islam. Pemimpin terikat dengan peraturan Islam, dan boleh menjadi pemimpin selama ia berpegang teguh pada perintah syariah.
Dalam mengendalikan urusannya ia harus patuh kepada adab-adab Islam, khususnya ketika berurusan dengan golongan oposisi atau orang-orang yang tak sepaham;
Keempat, Pengemban amanat. Pemimpin menerima kekuasaan sebagai amanah dari Allah Swt., yang disertai oleh tanggung jawab yang besar. Al-Quran memerintahkan pemimpin melaksanakan tugasnya untuk Allah dan menunjukkan sikap yang baik kepada pengikut atau bawahannya.
Dalam Al-Quran Allah Swt berfirman :
“(yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS. al-Hajj [22]:41).
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah adanya prinsip-prinsip
dasar dalam kepemimpinan Islam yakni : Musyawarah; Keadilan; dan Kebebasan berfikir.
Secara ringkas penulis ingin mengemukakan bahwasanya pemimpin Islam bukanlah kepemimpinan tirani dan tanpa koordinasi. Tetapi ia mendasari dirinya dengan prinsip-prinsip Islam. Bermusyawarah dengan sahabat-sahabatnya secara obyektif dan dengan penuh rasa hormat, membuat keputusan seadil-adilnya, dan berjuang menciptakan kebebasan berfikir, pertukaran gagasan yang sehat dan bebas, saling kritik dan saling menasihati satu sama lain sedemikian rupa, sehingga para pengikut atau bawahan merasa senang mendiskusikan persoalan yang menjadi kepentingan dan tujuan bersama. Pemimpin Islam bertanggung jawab bukan hanya kepada pengikut atau bawahannya semata, tetapi yang jauh lebih penting adalah tanggung jawabnya kepada Allah Swt. selaku pengemban amanah kepemimpinan. Kemudian perlu dipahami bahwa seorang muslim diminta memberikan nasihat bila diperlukan, sebagaimana Hadits Nabi dari :Tamim bin Aws
meriwayatkan bahwasanya Rasulullah Saw. pernah bersabda:
“Agama adalah nasihat.” Kami berkata: “Kepada siapa?”
Beliau menjawab: “Kepada Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Pemimpin umat Islam dan kepada masyarakat kamu.”
Nah, kepada para pemimpin, mulai dari skala yang lebih kecil, sampai pada tingkat mondial, penulis hanya ingin mengingatkan, semoga tulisan ini bisa dipahami, dijadikan nasihat dan sekaligus dapat dilaksanakan dengan baik. Insya Allah. Amiin !
Itu saja. Dan terima kasih.
SUMBER:
http://berkarya.um.ac.id/2011/05/01/pemimpinan-dan-kepemimpinan-menurut-islam/
http://fosmaiweb.fisip-untirta.ac.id/?p=223

Senin, 24 Februari 2014

kriteria pemimpin yang baik dalam islam

jabatan adalah amanah, ia pada hari kiamat akan menjadikan yang menyandangnya hina dan menyesal kecuali yang mengambilnya dengan benar (bihaqqiha) dan menunaikan tugasnya dengan baik.” Itulah nasehat Rasulullah kepada Abu Dzar al-Ghifari yang meminta jabatan kepada beliau.  
Sabda Nabi itu bukan hanya untuk Abu Dzar, tapi untuk umatnya. Nadanya seperti mengancam, tapi seorang Nabi perduli pada umatnya itu sedang mewanti-wanti.  Ada tiga kriteria pejabat atau pemimpin (imam) yang tersembunyi dalam pesan diatas yaitu: amanah, mengambil dengan benar dan menunaikan dengan baik.
Kriteria diatas tidaklah sederhana. Sebab pemimpin dalam gambaran Nabi adalah pekerja bagi orang banyak, bukan sekedar penguasa. Dan pekerja seperti digambarkan oleh al-Qur’an harulah orang yang kuat dan terpercaya. “Sesunguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja, ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya” (al-Qashas :26)
Kuat pada ayat diatas adalah kuat bekerja dalam memimpin. Sedang maksud amanah adalah tidak berkhianat dan tidak menyimpang, dengan motif karena takut kepada Allah. Maka sebagai pekerja untuk umat, sifat kuat bekerja adalah prasyarat penting pemimpin. Tapi yang lebih penting lagi adalah menjaga sifat amanah yang bisa hilang karena tuntutan pekerjaannya. (Yususf al-Qaradhawi, Al-Siyayah al-Syar’iyyah Fi Dhaui Nushus al-Syari’ah wa Maqashiduha).
Nabi pun konsisten dengan kriterianya.  Khalid bin Walid dan ‘Amr bin Ash yang baru masuk Islam diberi jabatan pimpinan militer. Padahal ilmu keislaman mereka berdua belum mamadahi. Tapi ternyata keduanya dianggap kuat bekerja dan mampu menjaga amanah. Sebaliknya, orang sealim Abu Hurairah yang sangat kuat hafalan haditsnya dan banyak mendampingi rasulullah tidak diberi jabatan apa-apa. Semangat Hasan bin Tsabit membela Islam juga tidak masuk kriteria orang yang layak memegang pimpinan atau jabatan. Tentu lagi-lagi karena tidak masuk kriteria pemimpin yang dicanangkan Nabi.
Masalahnya, seseorang bisa gagal menunaikan tugas kepemimpinannya karena tidak mampu mempertahankan amanah (khiyanat) atau karena tidak ada ilmu untuk itu (jahil). Maka al-Qur’an memberi pelajaran dari kisah Nabi Yusuf. Disitu dikisahkan bahwa ia diberi kedudukan tinggi oleh raja karena dapat dipercaya (amin), pandai menjaga (hafiz) dan berpengetahuan (alim) (Yusuf; 54-55). Ini berarti kriteria pemimpin ditambah satu syarat lagi yaitu “hafizh artinya menjaga amanah. Hal ini disinggung Nabi dalam hadith yang lain: “Sesungguhnya Allah akan menanyai setiap pemimpin tentang rakyatnya, apakah menjaganya (hafiza) atau menyia-nyaikannya.” (HR. Nasa’i dan Ibnu Hibban).
Syarat yang satu lagi adalah sifat al-‘Alim. Artinya mengetahui apa yang menjadi tanggung jawabnya; mengetahui ilmu tentang tugasnya. Adalah malapetaka suatu bangsa jika pemimpin yang dipilih dan dipercaya rakyat ternyata tidak cukup ilmu tentang tugasnya. Inilah yang diwanti-wanti Umar ibn Khattab bahwa “amal tanpa ilmu itu lebih banyak merusak daripada memperbaiki”. Disini kita akan mafhum apa kira-kira sebabnya Abu Zar tidak diberi jabatan oleh Nabi.
Ringkasnya, pemimpin atau pejabat Muslim yang sesuai dengan ajaran Islam adalah yang bersifat amanah, memperolehnya dengan benar,  menunaikan dengan baik, kuat, dapat dipercaya  (amin), pandai menjaga (hafiz) amanahnya dan berpengetahuan (alim) tentang tugas kepemimpinannya.
Dari kriteria diatas, nampaknya Nabi tidak mengisyaratkan bahwa pemimpin Muslim itu harus seorang yang tinggi ilmunya dalam bidang agama. Seorang muslim dengan kekuatan leadership dan amanahnya bisa menduduki jabatan tertinggi meski ilmu agamanya tidak setingkat ulama. Ini pulalah yang disimpulkan oleh Yusuf al-Qraradhawi. Namun, tidak berarti orang yang buta agama atau bahkan yang sekuler-liberal bisa masuk dalam kriteria Nabi diatas. Sebab seseorang tidak akan amanah jika ia tidak memahami syariah.
Pemimpin yang tidak tahu agama bisa lepas dari Tuhannya, atau jauh dari masyarakatnya. Sebab seorang pemimpin (amir/imam) memiliki dua tugas yakni : beribadah kepada Allah dan berkhidmat kepada masyarakat. Untuk beribadah diperlukan ilmu dan iman, untuk berkhidmat diperlukan ilmu untuk mensejahterakan rakyat. Oleh sebab “Pemimpin yang tidak berusaha meningkatkan materi dan akhalq serta kesejahteraan rakyat tidak akan masuk surga”. (HR Bukhari).
Kriteria pemimpin (amir/imam) yang dicanangkan Nabi dan ditambah dengan kriteria dari al-Qur’an itu diterjemahkan oleh al-Mawardi dalam al-Ahkam at-Sultaniyyah menjadi enam. Enam kriteria itu adalah berperilaku adil, memiliki ilmu untuk mengambil keputusan, panca indera yang sehat (khususnya alat dengar, melihat dan alat bicara), sehat secara fisik dan tidak cacat, perduli terhadap berbagai masalah, dan terakhir  tegas  dan percaya diri.
Namun, kriteria-kriteria diatas secara amali (praxis) berkulminasi pada dua sikap nurani yaitu pemimpin yang mencintai dan dicintai; yang mendoakan dan didoakan rakyat. Bukan pemimpin yang dibenci dan dikutuk oleh rakyat (HR Muslim).

http://hamidfahmy.com/kriteria-pemimpin-2/

Kamis, 20 Februari 2014

Fakta dan Hikmah Dibalik Gerakan Shalat Menurut Ilmu Kesehatan

Fakta dan Hikmah Dibalik Gerakan Shalat Menurut Ilmu Kesehatan
Berikut ini saya uraikan mengenai fakta dan manfaat dibalik gerakan-gerakan shalat ditinjau dari segi ilmu kesehatan. Gerakan shalat adalah fitrah yang Allah ciptakan untuk kemaslahatan manusia. Manfaatnya begitu besar bagi lahir dan bathin.
Subhanallah, apa yang Allah perintahkan kepada manusia dalam kehidupan ini memang tiada sia-sia. Semua mengandung hikmah yang akan membawa kemaslahatan bagi kelangsungan hidup umat manusia yang mengimani-Nya. Sekecil apapun tentunya Allah S.W.T. menyimpan rahasia yang melahirkan hikmah. Sehingga diharapkan manusia akan bersyukur dan bertambah keimanannya kepada Allah yang telah menciptakan dirinya.

A. Takbiratul Ihram
Manfaat: Gerakan ini melancarkan aliran darah, getah bening (limfe), dan melatih otot lengan. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu mengalami peregangan sehingga aliran darah kaya oksigen akan menjadi lancar.

B. Berdiri bersedekap
Manfaat: Gerakan ini menghindarkan gangguan persendian pada tulang-tulang anggota gerak atas

C. Rukuk
Manfaat: Apabila dilakukan dengan sempurna, yaitu tubuh ditekuk membentuk sudut 90 derajat, postur ini akan menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat saraf. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi untuk relaksasi otot-otot bahu hingga ke lengan bawah. Selain itu, rukuk juga dapat melatih sistem kemih sehingga dapat mencegah gangguan prostat.

D. I'tidal
Manfaat: Variasi gerakan berdiri dan bungkuk pada rangkaian gerakan rukuk-i'tidal-sujud merupakan latihan bagi organ pencernaan yang baik. Organ pencernaan dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Hal ini dapat melancarkan dan memelihara fungsi sistem pencernaan.

E. Sujud
Manfaat: Posisi jantung yang lebih tinggi dari otak menyebabkan darah kaya oksigen mengalir lancar menuju otak. Sebuah riset yang dilakukan di AS menyimpulkan bahwa sujud dapat menyebabkan pasokan darah kaya oksigen mengalir lancar menuju otak, hal ini dapat memelihara dan memacu kerja sel-sel otak yang akan meningkatkan kecerdasan. Karena itu, bersujudlah dengan tuma'ninah (tidak tergesa-gesa) agar pasokan darah kaya oksigen mencukupi kebutuhan sel-sel otak. Menurut kabar, seorang dokter berkebangsaan AS dari Harvard University yang telah membuktikan kebenaran hasil riset tersebut melalui penelitian yang dikembangkannya sendiri secara diam-diam mengenai gerakan sujud menyatakan dirinya menjadi muallaf. Bersujud juga dapat mencegah wasir. Khusus bagi wanita, rukuk dan sujud dapat memelihara organ kewanitaan sehingga dapat menjaga keharmonisan rumah tangga. Bersujud juga dapat melatih otot dada. Hal ini disebabkan karena saat sujud, beban tubuh bagian atas bertumpu pada lengan sampai tangan. Hal ini merangsang otot dada untuk ikut berkontraksi. Bagi pria, hal ini berguna untuk membentuk tubuh lebih indah. Bagi wanita, hal ini dapat membantu mengencangkan dan memperindah payudara dan meningkatkan kualitas ASI. Sujud juga dapat melatih otot perut dan rahim untuk berkontraksi sekuat mungkin saat persalinan sehingga mempermudah proses persalinan, hal ini karena saat sujud, otot perut dan rahim berkontraksi penuh.

F. Duduk Iftirasy (Duduk di Antara 2 Sujud/Duduk Tahiyat Awal)
Manfaat: Saat duduk iftirasy, kita bertumpu pada pangkal paha yang dilewati saraf skiatik (nervus ischiadicus), hal ini dapat memelihara fungsi saraf skiatik. Hal ini dapat mencegah penyakit skiatika (ischialgia), yaitu gangguan di sepanjang daerah yang dipersarafi saraf skiatik yang menyebabkan nyeri dari punggung bagian bawah sampai kaki yang luar biasa sehingga menyebabkan penderitanya tidak mampu berjalan.


G. Duduk Tawarruk (Duduk Tahiyat Akhir)
Manfaat: Duduk tawarruk yang sempurna sangat baik bagi pria karena dapat membantu mencegah impotensi dan mencegah gangguan pada ureter, kandung kemih (vesica urinaria), vas deferens, dan uretra. Variasi posisi telapak kaki pada duduk iftirasy dan tawarruk menyebabkan seluruh otot tungkai berkontraksi dan berelaksasi secara bergantian gerakan. Gerakan yang harmonis dan teratur inilah yang menjaga kelenturan dan kekuatan organ kaki kita.

H. Salam
Manfaat: Gerakan menoleh kiri dan kanan secara maksimal dapat merelaksasikan otot leher dan sekitar kepala, hal ini dapat melancarkan peredaran darah di kepala. Gerakan ini mencegah mudah sakit kepala dan migrain. Selain itu, hal ini dapat menjaga kekencangan kulit wajah sehingga dapat menunda timbulnya keriput dan membuat kesan awet muda.

Dari uraian di atas, dapatlah kita tarik kesimpulan bahwa dengan menunaikan shalat secara istiqomah dapat menjaga kesehatan lahir maupun bathin hamba-Nya yang beriman. Sehingga akan meningkatkan kualitas hidup kita sebagai hamba-Nya. Semoga kita termasuk hamba-Nya yang beriman dan selalu istiqamah di jalan-Nya sehingga kita selalu diberikan rahmat oleh Allah SWT. Amin 
 
Keajaiban Sholat Menurut Ilmu Kesehatan 

 
103.  Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS. An-Nisa:103).
Waktu-waktu shalat mengajarkan kita untuk selalu menghargai waktu dan hidup sesuai dengan siklus alam semesta. Waktu-waktu shalat yang kita lakukan sangat sesuai dengan kaidah dan ketentuan sistem terapi dalam ilmu kesehatan China.
 Subuh : Terapi Paru-paru
 Waktu pelaksanaan Shalat Shubuh adalah sejak terbit fajar sampai hampir terbit matahari. Shubuh merupakan waktu yang tepat untuk proses terapi sistem pernapasan dan paru-paru, karena pada pagi hari udara masih bersih, oksigen masih segar. Dari paru-paru, darah mengambil “bahan bakar” yang masih baru & bersih, akhirnya keseluruhan organ menerima pasokan nutrisi yang bersih. Selanjutnya tubuh menjadi segar kembali dan otak menjadi jernih.
Penelitian mutakhir dalam ilmu medis Barat juga mengungkap manfaat kebiasaan bangun pada waktu shubuh. Ditemukan bahwa pada dini hari sekitar pukul 3.00 – 5.00 terjadi proses detoksin (pembuangan zat racun) di bagian paru-paru. Oleh Karena itu, biasanya selama durasi waktu ini, penderita batuk akan mengalami batuk hebat. Ini karena proses pembersihan (detoksin) telah mencapai saluran pernapasan.
Paru-paru dan usus besar merupakan organ yang saling berpasangan. Usus besar merupakan pengatur panas dalam perut. Jantung termasuk organ yang memiliki sifat panas. Apabila jantung memiliki sifat panas yang berlebihan, dengan pernapasan yang dilakukan pada saat udara benar-benar bersih, kita dapat mengarahkan panas jantung ke paru-paru dan dengan demikian mendinginkan panas dalam perut.
 Zuhur : Terapi Jantung dan Usus Kecil
Waktu Zuhur adalah sejak tergelincirnya matahari dari tengah-tengah langit hingga saat bayangan benda sama panjang dengan benda tersebut.
Jantung merupakan organ yang biasa dihubungkan dengan proses mental. Beberapa bentuk tekanan emosional seperti pusing, berdebar-debar, sesak napas, dan kemunduran vitalitas merupakan gejala-gejala umum dari penyakit jantung. Kemunduran chi jantung ditandai dengan kelemahan secara umum, seperti bicara terengah-engah, pernapasan yang pendek-pendek, dan sering berkeringat.
Jika wajah bengkak dan berwarna tidak cerah, kaki dan tangan terasa dingin, ini dinamakan kemunduran chi jantung. Gelisah, lekas marah, pusing, kehabisan akal, dan tidak bisa tidur adalah gejala kemunduran darah jantung. Bisa juga terasa aliran darah yang deras pada telapak tangan dan wajah, serangan demam ringan, dan berkeringat pada malam hari.
Gejala kelebihan chi jantung adalah akibat panas jantung. Ini terlihat dalam serangan demam tinggi, yang kadang-kadang disertai dengan menggingau, perasaan berdebar-debar yang mengganggu, kegelisahan yang sangat, tidak dapat tidur, dan sering mimpi buruk, wajah berwarna merah padam, lidah berwarna merah, atau terasa panas dan sakit, dan sering merasa panas ketika buang air kecil.
Waktu pelaksanaan shalat zuhur sangat sesuai dengan kaidah ilmu kesehatan China yang berpendapat bahwa berdasarkan sirkulasi chi, waktu yang tepat untuk melakukan terapi organ jantung adalah pada pukul 11.00 – 13.00. Waktu zuhur adalah saat kita berada di puncak kepenatan akibat aktivitas sepanjang siang. Dengan melakukan shalat zuhur sebagai bentuk relaksasi dan dipadukan dengan basuhan air wudhu’, panas jantung yang berlebihan bisa menjadi normal kembali. Akhirnya hal ini mempengaruhi sistem lainnya, karena fungsi jantung yang merupakan “penguasa” pembuluh-pembuluh. Jantung memompa darah agar selalu mengalir untuk membawa sari-sari makanan yang dibutuhkan oleh organ-organ lainnya. Tubuh kita yang penat dan pikiran kita yang sumpek akan tersegarkan kembali dan siap melanjutkan aktivitas.
 Ashar : Terapi Kandung Kemih
Waktu ashar adalah setelah habus waktu zuhur hingga terbenam matahari. Dalam ilmu kesehatan China, pukul 15.00 – 17.00 merupakan waktu yang tepat untuk melakukan terapi kandung kemih karena pada saat itu mulai terjadi kesesuaian secara perlahan antara hawa tubuh manusia dan hawa di sekitarnya, perubahan dari hawa udara yang panas menuju dingin.
Fungsi utama kandung kemih adalah mengubah cairan tubuh menjadi air kencing dan mengeluarkannya dari tubuh. Jika fungsi tersebut berjalan, terjadilah keseimbangan kimiawi dalam tubuh sehingga metabolisme terjaga. Jika fungsi ini terhambat, akan terjadi penumpukan cairan yang tidak bermanfaat dan mengandung racun sehingga mempengaruhi kerja organ-organ internal lainnya. Jika ini terjadi, proses pendinginan tingkat chi yang seharusnya dikeluarkan menjadi menumpuk dan menimbulkan panas yang tinggi, yang akhirnya mempengaruhi pula kerja ginjal.
Jadi, ibadah shalat ashar bermanfaat untuk meningkatkan daya kerja kandung kemih sehingga dapat lancar mengeluarkan racun yang diakibatkan oleh proses kimiawi tubuh yang berlangsung selama aktivitas sepanjang siang.
 Maghrigb : Terapi Ginjal
Shalat Maghrib dilaksanakan pada waktu sesudah matahari terbenam hingga lenyapnya mega merah di sebelah barat.
Ginjal dan kandung kemih adalah organ yang berpasangan. Kedua organ tersebut mengontrol tulang-tulang, sumsum, dan otak. Bertanggung jawab terhadap fungsi-fungsi pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi. Kesehatan kedua organ internal ini tercermin pada kondisi rambut kepala. Mereka memainkan peran yang sangat penting dalam metabolisme air dan mengendalikan cairan tubuh, dan juga menjaga keseimbangan panas dan dingin yang sangat fundamental bagi tubuh.
Untuk mengetahui gejala-gejala kemunduran energi dingin ginjal sesungguhnya mudah. Biasanya, punggung bagian bawah terasa lemah dan sakit, ada suara mendengung pada kedua telinga dan kehilangan ketajaman pendengaran, wajah berwarna keabu-abuan dan gelap, khususnya di bawah kedua mata. Biasanya kepala terasa pusing, haus dan berkeringat di malam hari, dan sering masuk angin ringan.
Gejala-gejala kemunduran energi panas secara signifikan berkaitan dengan kehilangan energi atau panas. Serupa dengan kemunduran energi dingin ginjal, ada dengungan pada telinga, pusing, dan rasa sakit di punggung bawah. Namun rasa sakit ini ditandai dengan rasa dingin, lemah, dan lesu yang sangat. Biasanya kemunduran energi dingin ginjal menimbulkan gangguan pada jantung dan hati, sedangkan kemunduran energi panas ginjal mengganggu fungsi-fungsi limpa kecil dan paru-paru.
Ditinjau dari ilmu pengobatan China, waktu pelaksanaan shalat maghrib merupakan waktu yang tepat untuk melaksanakan terapi organ ginjal. Waktu maghrib adalah saat-saat hawa udara semakin menurun, dan sistem organ juga mulai menyesuaikan diri dengan energi di sekitarnya.
 Isya : Terapi Perikardium dan Triple Burner (San Jiao)
 Shalat Isya dilaksanakan setelah habis waktu maghrib hingga menjelang shubuh.
San Jiao adalah konsep dalam ilmu kesehatan China, yaitu sebuah organ fungsional yang tidak dikenal oleh ilmu kedokteran Barat modern. Menilik makna kata asalnya, yaitu lapisan yang terletak di bawah kulit dan di antara otot-otot, sebagian ahli mengajukan teori bahwa organ ini sama dengan sistem limfatik. San Jiao dianggap terutama bersifat energetik dan tidak memiliki komponen fisik.
Fungsi perikardium adalah membuang kelebihan energi jantung dan mengarahkannya pada titik Laogong yang terletak pada pusat telapak tangan. Dari Laogong, kelebihan energi akan dilepaskan secara alamiah sehingga terciptalah stabilitas tingkat energi jantung. Titik Laogong digunakan dalam ilmu kesehatan China untuk mengurangi suhu tubuh selama terkena sakit demam.
Waktu yang tepat untuk melakukan terapi organ perikardium adalah pada pukul 19:00 – 21:00. Pada waktu tersebut hawa di sekitar sudah mulai rendah daripada hawa tubuh. Maka, diperlukan penyesuaian sistem energi di dalam tubuh manusia untuk bisa menyesuaikan diri dengan hawa di sekitarnya.
Pada waktu pelaksanaan shalat Isya, dimulailah penurunan kerja organ internal yang telah digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Tubuh memasuki masa istirahat, terutama kerja jaringan otot yang digunakan untuk gerak dan berpikir. Waktu isya bisa disebut sebagai masa pendinginan keseluruhan sistem organ dan saraf. Proses pengistirahatan tubuh kemudian disempurnakan dengan tidur pada malam hari.
 Penutup
Paparan di atas tidaklah mutlak untuk menyatakan bahwa alasan penetapan waktu-waktu shalat adalah untuk menyesuaikan dengan sirkulasi chi dalam tubuh manusia. Terlebih lagi untuk daerah-daerah subtropis, panas musim panas, siang lebih panjang daripada malam, sehingga waktu pelaksanaan shalatpun bergeser. Oleh karenanya perlu diberikan penjelasan yang lebih khusus.
 http://lppdmutiaraummah.blogspot.com/2012/02/fakta-dan-hikmah-dibalik-gerakan-shalat.html

Selasa, 18 Februari 2014

Mahasiswa Jangan Mau Dipolitikin!

Berbicara mengenai mahasiswa, sesungguhnya kita sedang membicarakan sebuah kekuatan intelektual muda yang cerdas, berdedikasi dan berani. Banyak perubahan bangsa terjadi dengan kekuatan mahasiswa, seperti gerakan mahasiswa tahun 1928, 1966, dan 1998. Mahasiswa selalu berada di garda terdepan perubahan, independen, non-partisan, tanpa tekanan.

kualitas individu rata-rata lebih baik, tentu saja mahasiswa memiliki posisi dan potensi menggiurkan bagi parpol untuk digarap. Bahkan, ada di antara mereka yang telah menjadi kader atau simpatisan dari sebuah parpol tertentu.

Menentukan pilihan pada parpol tertentu adalah kebebasan individu yang dijamin oleh Undang-Undang dan Konstitusi. Namun menggunakan organisasi mahasiswa di luar negeri sebagai kendaraan politik, untuk kepentingan pribadi atau golongan adalah hal lain yang menjadi perdebatan serius.

Infiltrasi dengan manuver yang diselubungkan dalam organisasi kemahasiswaan menjadi rentan dan kontraproduktif bagi gerakan mahasiswa itu sendiri. Mengapa? Karena akan menghilangkan kepercayaan publik pada kredibilitas organisasi mahasiswa yang telah dibangun dengan susah payah.

Untuk itu organisasi kemahasiswaan jelas harus menjaga sikap non-partisan dan menghindarkan diri dari masuknya kepentingan parpol yang semakin gencar menjelang pemilu 2014.

Lalu di mana peran politik mahasiswa Indonesia ?
Mahasiswa dapat ikut memberikan alternatif solusi untuk berbagai permasalahan bangsa tanpa terjebak ke dalam politik praktis, baik dalam kapasitas institusi atau individu. Alternatif solusi ini seyogyanya sesuai dengan latar belakang kompetensi akademik serta pengalaman yang dimilikinya dan bukan sekadar pernyataan sikap di media massa dan media sosial, yang sebenarnya sudah ramai diwacanakan oleh banyak pihak.

Hari ini banyak sekali mahasiswa berbicara mengenai politik praktis, masalah hukum, sampai isu-isu sosial lainnya tanpa memiliki kompetensi akademik atau latar belakang pengalaman selaras. Hal ini penting untuk menekankan bahwa mahasiswa menjadi bagian dari solusi dan tidak sekadar menjadi corong pengontrol. Kritik tanpa disertai solusi akan memungkinkan masuknya kepentingan politik praktis yang sedang giat menggalang suara.

 http://news.detik.com/read/2013/11/23/213951/2421690/103/mahasiswa-jangan-mau-dipolitikin

Sabtu, 15 Februari 2014

Idealisme dan pragmatisme mahasiswa

 Semenjak bergulirnya abad ke-20 arus globalisasi melaju dengan akselerasi yang luar biasa kencangnya. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi semakin mendukung tumbuhnya globalisasi di segala bidang, baik itu ekonomi, sosial, budaya, teknologi maupun bidang kehidupan lainnya. Globalisasi sendiri membawa dampak yang sangat besar dalam merubah pola hidup masyarakat dunia. Tuntutan efektifitas dan kecepatan kerja, akurasi serta hasil / profit yang tinggi tanpa sengaja merubah ideologi dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat dunia menuju kearah yang serba instan. Begitu pula mahasiswa, kaum muda yang disebut-sebut sebagai "agent of change" ini tak luput dari pengaruh globalisasi.

Sudah tidak diragukan lagi bahwa peran mahasiswa sangatlah besar dalam sejarah bangsa ini. Mahasiswa - kaum muda umumnya - berhasil memaksa sejarah untuk mencatat peran mereka dalam peristiwa-peristiwa sakral negeri ini. Mulai dari awal pergerakan nasional dengan berdirinya Budi utomo hingga berakhirnya era orde baru, kita bisa melihat betapa besar peran yang dilakukan oleh pelajar dan mahasiswa. Seiring berjalannya waktu, diawal abad ke-20, awal dari era reformasi dan awal dari abad "globalisasi", peran mahasiswa sebagai #agent_of_change, #agent_of_science, dan #agent_of_society semakin pudar ditelan waktu. Kita tidak lagi melihat idealisme mahasiswa terdahulu yang benar-benar mendedikasikan diri mereka demi kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat didalam sosok mahasiswa modern. Mahasiswa modern terkesan pragmatis dan apatis terhadap hal-hal yang terjadi disekelilingnya. Tekanan eksternal yang begitu kuat seakan melunturkan semangat juang dan patriotisme pemuda terdahulu yang  seharusnya diwarisi oleh para mahasiswa.
 Membicarakan idealisme dan pragmatisme mahasiswa, rasanya tidak sah bila kita tidak membahas esensi dari idealisme maupun pragmatisme itu sendiri. Sosok idealis merupakan sosok yang berprinsip dan berkarakter. Seorang yang idealis akan cenderung untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip dan teori yang menurutnya benar berdasarkan pengalaman-pengalaman yang didapatkannya. Prinsip-prinsip tersebut akan digunakannya sebagai alat "benchmarking" terhadap apa yang dihadapinya sehari-hari, sehingga ia tidak mudah dipengaruhi untuk mengikuti arus.
Lain halnya dengan seseorang yang pragmatis. Sosok pragmatis cenderung mengutamakan segi praktis dan instan. Baik buruknya sesuatu ditentukan dengan kebermanfaatannya, baik bila menghasilkan keuntungan yang besar dan buruk bila merugikan. Seorang pragmatis cenderung bersifat "profit hunter" dan mengabaikan proses untuk mendapatkan profit tersebut. Bahkan dalam prosesnya terkadang menabrak norma-norma yang telah ada.
 Memang tidak mudah bagi seseorang untuk mempertahankan idealismenya di zaman seperti sekarang ini, apalagi bagi seorang mahasiswa. Mahasiswa adalah darah muda dengan semangat yang menggebu-gebu. Terkadang semangat tersebut dapat menjadi pemicu mahasiswa untuk terjerumus ke area negatif apabila sang mahasiswa belum memiliki pemahaman yang komprehensif tentang nilai, moral dan etika. Mahasiswa modern cenderung termotivasi untuk mengerjakan hal-hal yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya dengan jalan-jalan pintas nan cepat untuk menghindari kerepotan. Penyakit malas dan hedonisme benar-benar telah menggerogoti sebagian besar mahasiswa. Tugas "copy-paste", titip absen, mencontek, kerjasama saat ujian, bahkan menyewa jasa pembuatan skripsi seolah menjadi hal yang biasa bagi seorang mahasiswa. Gaya hidup mahasiswa pun kini sangat mewah dan cenderung boros.
Tuntutan eksternal baik itu dari orang tua maupun lingkungan untuk memiliki Indeks Prestasi tinggi terkadang membuat mahasiswa gelap mata dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Ditambah lagi keinginan untuk lulus tepat waktu dan bisa mendapatkan pekerjaan idaman bergaji tinggi ditengah biaya kuliah yang semakin mahal. Ilmu yang didapatkan dari bangku kuliah pun tidak dikuasai dengan baik, yang penting masuk kuliah, wisuda, lulus, lalu kerja. Cari kerja juga masih menjadi mindset yang dominan bagi mahasiswa modern. Sedikit yang tertarik dengan dunia kewirausahaan. Iming-iming gaji yang lebih besar sangat sulit untuk ditolak meskipun harus menambah daftar panjang antrian sebuah lowongan pekerjaan.
Abraham maslow (1908-1970) dalam teori hierarchy of needsnya menyatakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki kebutuhan pokok yang digambarkan sebagai piramida dengan 5 tingkatan, dimana setiap orang akan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dari tingkatan terbawah menuju ke puncak piramida. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dibagi menjadi 2 bagian, yaitu kebutuhan dasar dan kebutuhan pertumbuhan. Kebutuhan dasar terdiri dari kecukupan fisiologis, keselamanatan dan keamanan. Sedangkan kebutuhan pertumbuhan terdiri dari keterlibatan dan hubungan sosial, harga diri dan aktualisasi diri. Saat kebutuhan dasar seseorang belum bisa dipenuhi dengan baik, maka akan muncul sifat serakah dan tamak demi mencukupi kebutuhan dasar tersebut. Kebutuhan pertumbuhan yang didalamnya terdapat interaksi sosial, harga diri dan aktualisasi diripun menjadi terabaikan.

Hal inilah yang mungkin sedang terjadi ditengah-tengah mahasiswa modern. Merasa bahwa dirinya harus mampu memenuhi kebutuhan dasarnya sebagai mahasiswa terkadang membuat dirinya lupa bahwa masih ada kebutuhan pertumbuhan yang sebetulnya sama pentingnya. Mereka cenderung mengejar kewajiban-kewajiban mereka saja, seperti IP tinggi dan lulus tepat waktu. Kuliah-pulang-kuliah-pulang pun menjadi pilihan yang paling realistis mengesampingkan interaksi sosial yang sebenarnya harus mereka laksanakan mengingat status mahasiswa yang melekat.

Memang ini bukan sepenuhnya salah dari mahasiswa, dorongan dari luar seperti penanaman doktrin-doktrin hedonis dan apatis yang didapatkan dari media, dorongan orang tua untuk segera lulus dan mendapatkan pekerjaan, maupun sistem pendidikan negeri ini yang terkesan coba-coba dan belum mapan ikut berperan dalam menciptakan kondisi ini. Semenjak SD para pelajar Indonesia seakan dijadikan kelinci percobaan dari berbagai macam kurikulum yang digagas oleh para pemangku kepentingan. Sistem belajar pun berubah-rubah, tidak tetap dan menimbulkan kebingungan dikalangan pelajar. Sudah saatnya kita merumuskan kurikulum dan sistem pendidikan yang tepat dan efektif, kurikulum yang tidak meninggalkan nilai-nilai luhur bangsa dan tetap mengikuti perkembangan arus globalisasi. Sehingga terbentuklah insan pelajar yang cerdas namun tidak kehilangan akar-akar budayanya.

Peran serta lembaga/organisasi internal maupun eksternal kampus pun sangat diperlukan, terutama lembaga yang bergerak dalam pengembangan karir, leadership maupun softskills lainnya.

Sabtu, 08 Februari 2014

BELAJAR DARI KEJAYAAN ILMUWAN ISLAM MASA LALU


Oleh: Aries Musnandar, Dosen UIN Malang

"Pada usia Balita mereka sudah terbiasa dan dibiasakan dengan ayat-ayat suci al Quran bahkan banyak dari mereka yang hafal al Quran semasa kecil. "

Kaum ilmuwan sejarahwan sejati dari dunia Barat tentu mengetahui betapa dahulu kala umat Islam pernah berjaya memimpin bangsa-bangsa lain dimuka bumi ini. baik dalam pemerintahan maupun kemajuan peradaban dunia. Sejarah Islam menunjukkan keunggulan umat Islam dibidang paradaban dalam arti seluas-luasnya termasuk pesatnya perkembangan sains, ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa lalu. Tidak sedikit ilmuwan Islam yang berhasil meletakkan dasar-dasar ilmu baru yang kemudian dalam perjalanan sejarahnya menjadi acuan ilmuwan Barat untuk lebih mengembangkan ilmu-ilmu yang dirintis oleh ilmuwan Islam tersebut.

Jasa Ibnu Sina (Avicenna), saintis Islam misalnya telah berhasil memosisikan dirinya sebagai pelopor lahirnya ilmu kedokteran modern. Ilmuwan Islam lain yang berjasa sekaligus perintis pengembangan keilmuwan, sebut saja misalnya Ibnu Rushd (Averroes), al Biruni, Jabir Ibnu Hayyan (Ibnu Geber), Ibnu Ismail al Jazari penemu ilmu robot modern, al Mawsili, ahli musik klasik, al Ghazali ahli dibidang ilmu tafsir, fiqih, filsafat dan akhlak, Ibnu Haitham, ilmuwan optik dari Basrah yang teorinya digunakan para saintis Itali untuk menemukan kaca pembesar pertyama di dunia, serta masih banyak lagi ilmuwan Islam yang telah meletakkan fondasi bagi pengembangan ilmu modern sebagaimana yang kita rasakan dan alami sekarang ini.

Sungguh hebat Ilmuwan Islam pada masa lampau bisa menghasilkan karya-karya besar, fenomenal dan manfaatnya terasa hingga kini yang dinikmati oleh umat manusia dimuka bumi ini. Keunggulan para intelektual Islam tersebut nyaris tidak pernah dipublikasikan secara masif terutama agar diketahui oleh umat Islam itu sendiri. Sengaja atau tidak sengaja kita merasakan betapa informasi mengenai suksesnya tokoh sains kita tersebut tertutupi dengan gencar, semaraknya propaganda dan publikasi Barat yang mendunia, sehingga kita tidak mengetahui secara gambling akan keberhasilan sejumlah saintis Islam masa lalu.

Kini, mari cermati mengapa para ilmuwan Islam zaman dahulu berhasil menunjukkan kinerja cemerlang? Coba tengok sejenak kebelakang perjalanan kehidupan mereka sebelum akhirnya menghasilkan temuan dan karya spektakuler yang diakui dunia. Tentu ada sesuatu hikmah yang dapat dipelajari bagi kita umat Islam sekarang agar zaman kejayaan Islam dalam peradaban, ilmu dan kehidupan dunia dapat berulang kembali. Bukankah melalui sejarah kita bisa mengambil hikmah dan dari sana kita akan mampu meraih masa depan yang lebih baik?

Hal yang menarik untuk dibahas disini adalah bahwa ternyata masa kecil para ilmuwan tersebut diatas tidak bisa dilepaskan dari pemahaman tentang keagamaan. Pada usia Balita mereka sudah terbiasa dan dibiasakan dengan ayat-ayat suci al Quran bahkan banyak dari mereka yang hafal al Quran semasa kecil. Pemahaman bahasa Arab dan ketekunan mendalami ajaran Islam yang bersumber dari al Quran dan Hadist membuat mereka bersemangat untuk lebih meneliti obyek-obyek yang menjadi kajiannya. Bisa jadi dan suatu keniscayaan kekuataan naqliyyah para ilmuwan itu membimbing daya aqliyyah dan emosi mereka dalam memperoleh karya spektakuler.

Rata-rata dari para ilmuwan Islam memulai kajian ilmu setelah mendekati (dalam arti mempelajari) ayat-ayat qawliyyah dan kemudian melakukan uji coba, riset dan penyelidikan mendalam untuk memahami lebih lanjut ayat-ayat kauniyyah. Perpaduan pemahaman kedua ayat (qawliiyah dan kauniyyah) ini membawa ilmuwan kita pada keunggulan unjuk kerja optimal yang menghasilkan karya-karya agung dan mendasar. Ini mungkin bisa disebut berkah yang diberikan Allah disebabkan kecintaan mereka dalam mempelajari tanda-tanda kekuasaan Allah baik yang bersifat qawliyyah dan kauniyyah serta merupakan perpadauan kedua kekuatan yang ada dalam aqilyyah dan naqliyyah. Keberhasilan mendapatkan hikmah dari kegiatan memahami agama (Islam) semenjak usia dini merupakan kata-kata kunci terpenting bagi tumbuh-kembangnya ilmu pengetahuan di dunia ini.

Pada masa kecil ilmuwan Islam tersebut disiplin, tekun dan giat menggali ilmu melalui al Quran dan Hadist. Tiada hari tanpa membaca dan mengkaji al Quran dan Hadist serta terus berupaya untuk meningkatkan pemahaman dari apa yang tersirat dan tersurat dalam ayat-ayat qawliyyah tersebut. Ketertarikan mereka pun berlanjut pada ayat-ayat Allah yang lain (kauniyyah) sehingga mereka berhasil melakukan perenungan, uji coba, penyelidikan dan pendalaman lebih lanjut terhadap apa yang dikaji. Semangat mereka tak dapat dipungkiri berasal dari hati tercerahkan setelah sekian lama mendalami secara sungguh-sungguh ayat-ayat Allah, seraya berharap memperoleh keberkahan dari apa yang ditekuninya dari Allah SWT. Mengapa umat islam Indonesia tidak mempelajari cara ilmuwan Islam menekuini ilmu yang dimulai dari penguasaan ayat-ayat qawliiyah. Program pendidikan anak usia dini (PAUD) mesti memerhatikan hal ini jikalau ingin sukses seperti imuwan Islam tersebut. . Wallahu'alam. (uin-malang.ac.id)